Tekad yang sudah bulat

Raut wajah Mily berubah setelah mendengar ucapan kakek Mike dan sekretarisnya. “Gak mungkin Mike akan setuju. Dia gak boleh kuliah di luar negeri,” bantah Mily tak setuju.

“Aku akan tanda tangan,” suara Mike tiba-tiba.

“Gak mungkin..” Mily tak percaya Mike akan semudah itu mau menandatangani berkas masuk universitas yang dibawa kakeknya.

“Kenapa gak mungkin?” tanya Mike dingin. Suasana saat itu nampak hening. Keempat orang yang juga berada disana menatap Mike dan Mily bergantian.

“Kenapa gak mungkin?” Mike mengulangi pertanyaannya. Kali ini dengan nada tinggi dan sedikit membentak. Mily tampak sedikit tersentak. Gadis itu tak menyangka Mike akan berani membentaknya. Dan ini untuk pertama kali. "Aku sudah berdiskusi dengan kakek untuk masalah ini. Kamu gak punya hak untuk menentukan aku akan kuliah dimana," ucap Mike ketus.

Mily berjalan menghampiri Mike. Mata gadis itu sudah terlihat basah oleh air mata. “Karena kamu udah janji akan selalu menemani aku,” seru Mily dengan suara pelan dan nyaris tertahan. Gadis itu merasa dadanya sesak dan terasa sakit. “Dulu kamu janji dimanapun aku berada kamu akan ada disana. Kamu selalu bilang kalau kamu akan selalu menemani aku,” seru Mily dengan terisak. Dirinya sudah tak kuasa menahan tangisnya yang sudah dipendam sejak pagi tadi.

“Kamu harusnya sadar. Janji itu adalah janji yang dibuat sembilan tahun lalu. Sekarang kamu lihat. Kita sudah sama-sama besar. Kamu harus bangun dari tidur. Jangan selalu bermimpi tentang hal di masa lalu. Orang akan muak.” Mike berkata cukup pedas. Dia sadar betul ucapannya barusan akan sangat menyakiti hati gadis yang disukainya.

“Kamu muak sama aku?” tangan kanan Mily memukul pelan bahu kanan laki-laki yang sedang menatapnya tajam. “Jauh sebelum kamu hadir dikeluarga ku, aku selalu merasa kesepian. Tapi semenjak kamu ada, aku pikir aku punya teman terbaik. Aku punya saudara terbaik. Aku selalu berpikir kalau kamu itu pelangi yang hadir cuma untuk aku. Setiap aku ada masalah. Kamu selalu ada disana. Kamu selalu bilang ‘jangan takut, aku ada disini’. Kalimat sederhana yang sering kamu ucapkan itu selalu membuat aku tenang.” Mily menangis sejadi-jadinya. Gadis itu tak mempedulikan kedua orang tuanya.

"Kalau kamu marah sama aku, kamu bisa kasih tahu salah ku dimana. Aku akan minta maaf. Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini," lanjut Mily dalam isak tangisnya.

“Kamu harus tahu. Pelangi tak selalu ada saat hujan turun,” ucap Mike sembari berjalan menghampiri kakeknya dan mengambil amplop coklat yang tergeletak di atas meja. Mily yang tak sanggup lagi melihatnya langsung berlari masuk kekamarnya, pintu kamar dibantingnya keras-keras.

“Kamu yakin sebelum kamu masuk kuliah akan tinggal di tempat kakek?” tanya pria tua itu sembari menatap wajah cucunya dengan tatapan penuh kerinduan.

“Hmm.” Mike mengiyakan.

“Apa maksudnya?” tanya mama Mily. Wanita itu tak paham dengan hal-hal yang baru saja terjadi.

“Tante, minggu depan aku akan pindah ke tempat kakek. Maaf sebelumnya tidak memberi tahu Om dan Tante terlebih dahulu.”

“Ah?” wanita itu terperangah. Sebelumnya Mike tak pernah mengungkit tentang masalah kepindahannya. Ini benar-benar sangat mendadak. "Apa tidak menunggu nanti setelah selesai ujian?" tanya mama Mily lagi.

“Apa kamu sudah pertimbangkan baik-baik?” tanya papa Mily bijaksana. Dari dulu pria itu selalu berpikir bahwa hari ini pasti akan terjadi cepat atau lambat. Mike mengangguk. Laki-laki itu tetap saja tidak bisa menyembunyikan raut wajah sedihnya.

“Om akan selalu menghargai dan mendukung apa pun keputusan kamu, selama itu baik.” Papa Mily mengelus pelan punggung Mike. Jauh didasar hati pria itu, Mike sudah dianggapnya sebagai putra kandungnya sendiri. Mama Mily tampak menyeka air mata yang menetes di sudut matanya.

**

"Mike, kamu sedang apa?" tanya mama Mily saat melihat pintu kamar Mike yang terbuka. "Ah Tante. Aku sedang membereskan barang-barang." Mike menjawab dengan tersenyum.

Tampak beberapa kardus sudah ditumpuk rapih dan dua koper besar sudah berjejer. "Kamu akan membawa semua ini? Apa kamu tidak berniat untuk kembali kerumah ini lagi?" tanya mama Mily dengan tatapan sedih.

"Bukan begitu Tante. Nanti saat ada kesempatan, Mike akan main kesini lagi. Sebelumnya Mike mau mengucapkan terima kasih karena Tante dan Om selama ini sudah merawat Mike dengan sangat baik. Aku bisa merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap karena Om dan Tante." Ucapan Mike barusan sungguh menyayat hati. Jarang sekali anak asuhnya itu berbicara panjang lebar.

"Kamu harus ingat Mike, rumah ini akan selalu menjadi rumah kamu. Kamu bisa datang kesini kapan pun kamu mau. Tidak peduli apa yang terjadi di hari esok dan seterusnya, Tante dan Om akan selalu menjadi orang tua kamu." Wanita itu akhirnya menangis.

"Iya Tante. Terima kasih."

"Oh iya ada yang mau Tante sampaikan, masalah kakekmu. mungkin selama ini kamu salah paham. Maksud kakekmu menitipkan kamu disini bukan karena kakekmu tidak mau merawat kamu. Tapi lebih karena kakekmu ingin kamu tumbuh dan besar dengan keluarga yang lengkap." Mike terdiam mendengar ucapan perempuan yang merawatnya selama ini.

"Sepertinya selama ini aku sudah salah paham," ucap Mike pelan.

"Ada lagi yang mau Tante tanya sama kamu. Sebenarnya ada masalah apa antara kamu dan Mily? Tante gak berani bertanya sama anak itu. Kalian sudah berhari-hari gak saling tegur sapa." Perempuan itu menunggu jawaban dari Mike yang tampak sedikit bingung. Laki-laki itu tidak tahu harus memulai dari mana.

"Aku mendengar pembicaraan Tante dan Mily," jawab Mike singkat.

"Pembicaraan yang mana?" tanya mama Mily. "Jangan-jangan pembicaran yang waktu itu?" Wanita itu tiba-tiba teringat pembicaraannya dengan Mily yang saat itu sedang membahas tentang Mike.

"Kamu jangan salah paham. Mily masih belum paham sama perasaannya sendiri. Tapi Tante ini orang tuanya. Jadi Tante tahu betul sebenarnya dia itu suka sama kamu, Mike. Kamu juga tahu kan kalau Mily sedikit belum dewasa, jadi jawaban dia yang kamu dengar bisa jadi bukan berdasar apa yang dia rasakan. Dia juga pasti malu sama Tante kalau mengaku tentang perasaannya sendiri, makanya dia berkata seperti itu." Wanita itu mencoba menjelaskan. "Apa sebenarnya kamu suka sama Mily?" tanya wanita itu ragu-ragu. Mike hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Kalau begitu kamu bisa batalkan kepergian kamu kan?" tanya wanita itu penuh harap.

"Tidak bisa Tante. Mike sudah berpikir beberapa hari ini. Seandainya aku tetap disini, Mily tidak akan pernah bisa bersikap dewasa. Dan itu hanya akan membuatnya kesulitan dikemudian hari." Mike menjawab dengan tegas.

"Tapi.."

Mike langsung memotong ucapan wanita itu. "Tante, aku mungkin suka sama Mily, tapi untuk sekarang prioritas utama ku adalah aku ingin belajar kemudian mengejar karier. Aku ingin meraih masa depan ku dulu. Kalau saat itu sudah tiba, aku akan datang menemui Om dan Tante secara langsung." Mike berkata dengan penuh ketulusan.

"Baik, tante mengerti," jawab wanita itu. Ada sedikit perasaan bahagia mendengar ucapan Mike barusan.

"Maka dari itu Mike mau minta tolong Tante. Tolong rahasiakan pembicaraan kita malam ini. Biar kita berdua yang tahu." Mike menggenggam erat tangan ibu asuhnya. Wanita itu tak sadar air mata menetes jatuh di pipinya dan Mike mengusap air mata itu.

**

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tepat hari ini, mata pelajaran terakhir dalam ujian nasional akan segera dimulai. Ana sibuk membolak-balik buku pelajaran yang sedari tadi berada dipangkuannya. Sementara Mily terus menerus memandangi lembaran buku yang sama tanpa membaliknya selama hampir lima belas menit. Priska yang ingin menyadarkan Mily di cegah oleh Ana. “Biarkan dia seperti itu. Jangan diganggu.”

“Tapi itu sama aja dia tidak belajar. Bagaimana kalau hasilnya jelek?” seru Priska.

“Phiiiih. Jangan bicara itu ah. Pokoknya kita bertiga akan lulus. Dan lagi siapa yang tidak akan bersikap seperti Mily sekarang. Kalau orang yang selama ini paling dekat sama kamu, selalu melindungi kamu tiba-tiba jadi orang asing.”

“Apa perlu aku seret Mike kesini?” tanya Priska. Gadis itu terlihat sangat emosi melihat sahabat dekatnya seperti mayat hidup.

“Hushhh...”Ana langsung membekap mulut Priska. “Jangan sebut nama itu,” ucap Ana mengingatkan.

“Sebenarnya masalah diantara mereka berdua itu apa sih? Jujur aku sampai sekarang sama sekali tidak mengerti,” seru Priska lagi. Gadis itu tampak sedikit menyesal karena sudah menyebutkan nama Mike dihadapan Mily. Membuat teman baiknya itu meneteskan air mata lagi.

Ana tak menjawab, gadis itu malah berbalik menghampiri Mily dan merengkuh pundaknya. “Jangan menangis lagi ya. Sebentar lagi ujian mau dimulai. Kalau kamu menangis nanti kamu bakal kesusahan baca soal ujiannya.” Ana menghapus air mata yang menetes dipipi Mily dengan tisu.

Priska ikut nimbrung dan dengan raut wajah menyelidik gadis itu bertanya, “Apa mungkin kamu suka sama Mike?” Mily hanya diam. Air mata masih terus berguguran. Bahkan lembaran buku yang berada dipangkuannya sudah basah.

“Kalau kamu suka harusnya kamu bilang. Kamu seperti ini sama saja menyiksa diri sendiri”

“Eihh.. mana bisa begitu. Mily kan perempuan mana bisa menyatakan perasaan terlebih dulu.” Ana tak setuju dengan ucapan Priska.

“Tapi, sore ini dia sudah mau pergi,” ucap Mily pelan.

“Kalau begitu sepulang ujian nanti kamu cari dia. Kamu benar-benar harus menemui dia. Jujur sama hati sendiri. Jangan sampai karena gengsi semata kamu menyesal." Priska tampak meyakinkan Mily.

**

Beberapa jam sudah berlalu. Mata pengawas yang sudah melotot sejak tadi tampak mengendur saat bel berbunyi. “Anak-anak ayo kumpulkan lembar jawab dan soalnya ke depan.”

Mily langsung berlari keluar meninggalkan tas sekolahnya begitu saja karena melihat Mike baru saja melewati kelasnya. Sedang Ana melempar pandang ke arah Priska. Mike sudah tak terlihat lagi, saat gadis itu berada di ujung lorong kelas lantai dua. “Parkiran, dia pasti kesana,” gumamnya.

Mily berlari lagi dan “braaak.”

“Mily,” teriak Ana menerobos kerumunan beberapa anak yang tampak masih mengobrol.

“Kamu gak apa-apa?”tanya Priska khawatir.

“Aww sakit.” Mily memegang dahinya yang sedikit berdarah.

“Jangan dipegang itu berdarah. Ayo sini aku bantu berdiri.” Ana membantu Mily berdiri tapi teman baiknya itu mengerang kesakitan.

“Sepertinya kakiku terkilir,” seru Mily sembari menjinjitkan kaki kanannya.

“Eh ada apa ini? Kok pada ngumpul.”Alvin yang kebetulan lewat dan melihat kerumunan, mampir ikut nimbrung. “Dahi kamu kenapa berdarah?”tanya Alvin lagi.

“Kebetulan kamu disini.” Priska langsung menarik tangan Alvin ke arahnya. “Cepat kamu panggil Mike kesini. Bilang Mily jatuh dari tangga luka parah,” perintah Priska.

“Aduh aku tidak mau ikut campur urusan mereka. Seram.” Alvin menolak. Tapi belum juga lewat lima detik, “O-oke aku cari Mike dulu.” Alvin tampak bergidik ngeri dengan tatapan malaikat maut yang dilontarkan Priska. Laki-laki itu langsung berlari ke arah parkiran, dan beruntung Mike masih baru saja membuka pintu mobil.

Sebelum sempat Mike masuk, Alvin menutup pintu mobil dan membuat Mike sedikit kaget. “Kamu ngapain?” tanya Mike bingung melihat tingkah temannya barusan. “Kamu abis lari marathon sampe ngos-ngosan gitu?” tanya Mike lagi.

“Bukan, aku abis lari dari malaikat maut dan bersyukur masih hidup,” celoteh Alvin. Mike hanya menggeleng kepala tak mengerti , tapi laki-laki itu tersenyum. “E-eh bukan itu yang mau aku omongin. I-itu Mily, dia jatuh dari tangga. Kepalanya berdarah, sekarang lagi di kerumunin temen-temen.” Alvin menjelaskan dengan terbata.

Tak menunggu sampai Alvin menutup mulutnya, Mike sudah melesat pergi.

Terpopuler

Comments

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Neng Yuni (Ig @nona_ale04)

Mampir lagi kak, semangat 🤗

2021-03-10

1

Nanadela Pratiwi

Nanadela Pratiwi

Sultan Singa dan Jenderal Sauqy mampir.

2021-01-26

1

zsarul_

zsarul_

hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt yaa
yuk baca lagi cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
ada part baru lohh 😍
mari saling support ya thorrr ❤️
thanks

2021-01-17

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan pertama
2 Perhatian Mike
3 Mily menghilang
4 Obrolan tengah malam
5 Malam disaat Mily sakit
6 Pernyataan yang menyakitkan
7 Perubahan sikap Mike
8 Tekad yang sudah bulat
9 Pengakuan yang tiba-tiba
10 Marah dan perhatian beda tipis
11 Teman yang nyata
12 Tuan muda yang jatuh miskin
13 Perkenalan tak disengaja
14 Makan malam dua keluarga
15 Hari pertama masuk kerja
16 Mike, Mily dan Reihan
17 Cemburu
18 Semakin dekat
19 Rasa takut
20 Sebuah pelukan
21 Mimpi indah Mily
22 Reihan datang menyapa
23 Pertemuan Rahasia
24 Insiden tak menyenangkan
25 Pengorbanan Reihan
26 Hari pertama jadian
27 Terjebak bersama
28 Rasa percaya yang ternodai
29 Kebohongan yang manis
30 Pertengkaran
31 Air mata
32 Mengingat masa lalu
33 Taktik tersembunyi
34 Waktu yang pernah hilang
35 Kepastian untuk Reihan
36 Kerja sama
37 Terungkap
38 Sorot mata yang sama
39 Dua hati yang tersakiti
40 Sang bos
41 Tak selalu buruk
42 Keraguan
43 Seribu kali
44 Diantara dua pilihan
45 Trik kecil
46 Rasa khawatir
47 Seperti keajaiban
48 Gombalan manis
49 Bersamaku selamanya
50 Kita menjadi saudara
51 Masalah datang kembali
52 Penghuni dunia kecil
53 Kemarahan Mike
54 Masih ingin melihatnya
55 Keberanian untuk mengaku
56 Teman baik
57 Pertarungan sengit
58 Pengorbanan kedua
59 Penyesalan
60 Selamat berbahagia dan sampai jumpa
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Pertemuan pertama
2
Perhatian Mike
3
Mily menghilang
4
Obrolan tengah malam
5
Malam disaat Mily sakit
6
Pernyataan yang menyakitkan
7
Perubahan sikap Mike
8
Tekad yang sudah bulat
9
Pengakuan yang tiba-tiba
10
Marah dan perhatian beda tipis
11
Teman yang nyata
12
Tuan muda yang jatuh miskin
13
Perkenalan tak disengaja
14
Makan malam dua keluarga
15
Hari pertama masuk kerja
16
Mike, Mily dan Reihan
17
Cemburu
18
Semakin dekat
19
Rasa takut
20
Sebuah pelukan
21
Mimpi indah Mily
22
Reihan datang menyapa
23
Pertemuan Rahasia
24
Insiden tak menyenangkan
25
Pengorbanan Reihan
26
Hari pertama jadian
27
Terjebak bersama
28
Rasa percaya yang ternodai
29
Kebohongan yang manis
30
Pertengkaran
31
Air mata
32
Mengingat masa lalu
33
Taktik tersembunyi
34
Waktu yang pernah hilang
35
Kepastian untuk Reihan
36
Kerja sama
37
Terungkap
38
Sorot mata yang sama
39
Dua hati yang tersakiti
40
Sang bos
41
Tak selalu buruk
42
Keraguan
43
Seribu kali
44
Diantara dua pilihan
45
Trik kecil
46
Rasa khawatir
47
Seperti keajaiban
48
Gombalan manis
49
Bersamaku selamanya
50
Kita menjadi saudara
51
Masalah datang kembali
52
Penghuni dunia kecil
53
Kemarahan Mike
54
Masih ingin melihatnya
55
Keberanian untuk mengaku
56
Teman baik
57
Pertarungan sengit
58
Pengorbanan kedua
59
Penyesalan
60
Selamat berbahagia dan sampai jumpa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!