Mike kembali ke kamarnya dengan wajah sedikit murung. Setiap kata yang terlontar dari mulut gadis itu terdengar jelas. “Eh kamu gak jadi memberi catatan ke Mily?”Pertanyaan yang dilontarkan Alvin membuyarkan lamunannya.
“Ehmm.. aku mendadak ngantuk banget, nanti kamu aja yang berikan ke dia. Aku mau tidur sebentar.”
“Terus kerja kelompok kita gimana?”
“Kamu kerjakan dulu, nanti kalau belum selesai, sisanya aku yang urus.”
“Oh ya sudah. Kamu tidur sana. Syukur-syukur kalau aku bisa menyelesaikan semua. Kamu silahkan beristirahat dalam damai.” Alvin tersenyum nakal. Tak lama sebuah bantal mendarat dikepalanya. “Aku cuma mau tidur, bukan mau pergi untuk selama-lamanya,” protes Mike.
Setelah melempar salah satu bantal miliknya ke arah Alvin, laki-laki itu berbaring dan memejamkan matanya. Suara tombol laptop yang semula terdengar nyaring perlahan-lahan semakin samar. Mike terlelap.
**
Langit sudah berubah gelap ketika Mily berlari masuk menerobos kamar Mike dan gadis itu langsung loncat ke atas tempat tidur, tepat menindih tubuh Mike yang saat itu masih tertidur pulas. Mike langsung terbangun dengan ‘serangan’ mendadak itu.
“Awhh... berat,” suara Mike pelan nyaris tak terdengar.
“Bangun...bangun.. bangun...ayo makan malam,” suara Mily terdengar manja. Gadis itu mengguncang-guncang tubuh Mike.
Laki-laki itu menggerakkan tangannya yang ternyata terasa nyeri karena berjam-jam tertindih. “Gimana aku bisa bangun kalau kamu tetap disitu,”ucap Mike.
“Oh..”Gadis itu langsung menyingkir dan duduk di samping ranjang Mike.
Mike menatap gadis disampingnya dengan tatapan dingin. “Lain kali kalau mau masuk ke kamar orang lain, lebih baik ketuk pintu dulu.” Suara Mike terdengar menyeramkan ditambah raut wajahnya yang nampak serius.
“Eih, kenapa tiba-tiba? Kan aku biasa juga seperti ini."
“Mau sampai kapan? Harusnya kamu sadar, kita berdua sama-sama bukan anak kecil lagi. Dan jangan pernah naik ke atas tempat tidur ku lagi.” Mily tampak bengong mendengar ucapan Mike barusan.
“A-apa sewaktu aku loncat tadi, punggung kamu sakit? Kalau begitu aku minta maaf.” Mily merasa menyesal. Mike tidak menjawab.
“Keluar,” seru Mike dengan nada bicara ketus.
“Kamu tidak makan malam?”
“Belum lapar.”
Mily menutup pintu kamar Mike dengan sangat pelan, karena takut kena tegur lagi. Barusan, untuk pertama kalinya sikap Mike seperti itu terhadap dirinya. Gadis itu berjalan ke arah meja makan dengan masih memikirkan sikap Mike tadi.
“Sayang, Mike mana?” tanya mamanya.
“O-ooh dia bilang gak ikut makan malam katanya belum lapar.” Mily menjawab dengan terbata.
“Mungkin dia kecapekan karena semalaman menjaga kamu, terus paginya dia udah bangun siap-siap ke sekolah,” seru papanya.
“Oh ia benar tuh sayang, tadi pagi Mike bilang jam dua pagi aja masih mengecek suhu badan kamu. Jadi dia pasti tidur lewat dari jam segitu.”
“Tapi Ma, kok aku rasa dia jutek gitu? Apa aku ada salah ya sama dia?” ucap gadis itu sambil menggaruk-garuk dahinya.
“Kamu, makanya kalau bercanda jangan keterlaluan. Selama ini Mike sudah sabar sama kamu.. Jadi kalaupun dia marah sama kamu sekarang, Papa dukung Mike.”
“Papaaaaaa,” teriak Mily kesal.
**
“Ma, Mike mana? Biasanya dia jam segini sudah siap?” tanya Mily sambil melihat sekilas jam tangannya.
“Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali katanya mau ke rumah Alvin dulu mengurus tugas.”
“A-aa? Kok dia gak bilang apa-apa sih sama aku. Padahal dia juga bisa kan mengajak aku ke rumah Alvin. Duh males banget berangkat sekolah sendirian,” gumam Mily dengan raut wajah kesal sambil memonyongkan mulutnya.
“Sayang mau sampai kapan Mike mengasuh kamu terus?” Dia juga punya kehidupan sendiri. Kamu juga sudah besar masa berangkat sekolah juga harus bareng Mike?”
“Jelas.. dia kan sudah janji mau menemani aku terus.”
**
Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas dengan bergerombol. Tak terkecuali Mily. Gadis itu berjalan cepat seorang diri melintasi koridor dibawah tangga menuju kelas Mike. Raut wajah cantiknya tetap terlihat sekalipun dirinya sedang kesal. Rambut panjangnya tertiup angin. Matanya menangkap dua sosok laki-laki yang baru saja keluar dari ruang guru. Kedua laki-laki itu tampak sibuk mengobrol sambil membawa beberapa lembar berkas. Sesekali Mike tertawa kecil mendengar celoteh Alvin. Laki-laki itu sama sekali tak menyadari Mily berdiri tak jauh dari sana. “Mike,” panggil Mily. Gadis itu melipat kedua tangannya di perut.
Mike yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh dan melihat gadis yang disukainya berdiri di dekat pintu kelasnya.
“Vin, kamu tadi bilang mau ke perpustakaan kan? Yuk,” ajak Mike tiba-tiba. Laki-laki itu tampak tak menghiraukan Mily dan langsung menarik Alvin pergi dari situ.
“Mike,” panggil Mily lagi. Kali ini gadis itu berjalan cepat ke arah Mike dan memegang pergelangan tangannya.
“Ada apa?” tanya Mike dingin. Mily menatap Alvin yang pada waktu itu berdiri di sana. Tatapan Mily seolah mengatakan ‘pergi kamu dari sini!’ dan untungnya Alvin paham maksud tatapan gadis itu. Laki-laki itu menepuk bahu Mike pelan, “Aku pergi ke perpustakaan duluan ya.” Mike mengangguk.
“Kamu marah sama aku?” tanya Mily langsung tanpa bertele-tele.
“Marah? Sepertinya aku gak punya hak untuk marah sama kamu.”
“Maksud kamu apa?”
“Aku sekarang sibuk. Banyak tugas yang harus dikerjakan. Jadi tolong kamu jangan ganggu aku.”
“Aku... ganggu kamu?” Mily tampak tak percaya dengan ucapan Mike yang barusan didengarnya.
“Iya,” jawab Mike sembari menatap mata Mily tajam. Laki-laki itu tak berkata apa-apa hanya menatap Mily dengan sedikit dingin dan tak lama pergi meninggalkannya yang masih terdiam mematung.
“Oke kalau kamu gak mau bicara sama aku. Aku juga gak mau bicara sama kamu lagi,” seru Mily sedikit berteriak namun tetap saja Mike tak peduli.
**
Seorang pria tua berjalan dengan pelan sembari dipapah oleh seorang laki-laki. Laki-laki yang berada disamping pria tua itu berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Mengenakan jas berwarna biru tua, berkemeja putih dan bercelana senada dengan warna jas yang dikenakannya. Tampak rapih dan sopan. Sedang pria tua itu hanya mengenakan kaos berkerah berwarna coklat muda dan bercelana kain hitam. Tangannya memegang sebuah tongkat kayu yang tampak mengkilap.
“Silahkan diminum.” Mama Mily tampak meletakkan dua cangkir berisi air teh yang masih mengepul. “Mungkin Mike sebentar lagi pulang,” lanjut wanita itu sembari tersenyum.
“Apa setiap hari anak itu selalu pulang larut malam?” tanya pria tua itu. Nada bicaranya terasa sangat mirip dengan Mike. Tentu saja. Karena pada dasarnya mereka memiliki hubungan darah.
“A-ah tidak. Hanya memang beberapa hari ini dia sibuk. Banyak tugas yang harus dikerjakan. Mungkin karena sudah berada dikelas tiga dan sebentar lagi ujian sekolah.” Papa Mily menjelaskan. Mily yang sedari tadi ikut duduk di sana tampak canggung. Gadis itu tahu betul hubungan Mike dan kakeknya tidak begitu baik. Setiap bertemu selalu saja bertengkar. Ada saja yang diperdebatkan.
“Oh iya, sebelumnya saya mau minta maaf. Kalau boleh tahu apa Mike sudah mendaftar masuk universitas?” tanya papa Mily sopan.
“Sudah. Saya daftarkan dia di salah satu universitas di luar negeri,” ucap kakeknya. Pria tua itu memberi kode pada laki-laki yang berdiri disebelahnya. Tak lama laki-laki itu menyodorkan sebuah amplop coklat berukuran besar.
“I-ini?” papa Mily tampak bingung menerima amplop coklat itu.
“Itu adalah beberapa persyaratan dari universitas yang masih harus di tandatangani oleh tuan muda,” seru laki-laki itu menjelaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yurina Mian
mungkin Mike marah karna denger percakapan Milly sm mamanya 🤔 Milly bilang Mike bukan tipenya
2021-02-18
1
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Mampir lagi kak, salam dari Jacob and Alesha: Mafia Acted, semangat 😊
2021-02-11
1
Nanadela Pratiwi
Sudah sampai Perubahan Sikap Mike
2021-01-09
1