Suara derap langkah kaki berlari terdengar sepanjang lorong. Langkah kaki Mike terhenti saat melihat Mily berdiri disana dengan menjinjitkan kaki kanannya. Laki-laki itu bisa melihat luka di dahi Mily dengan jelas.
“Mike kamu kesini,” seru Mily pelan sambil menatap Mike yang masih mencoba mengatur nafas.
Laki-laki itu berjalan pelan ke arah Mily dengan tatapan hangat tak seperti sebelumnya. Ana dan Priska hanya bisa menyingkir dan melepaskan Mily membuat gadis itu oleng dan nyaris terjatuh. Tepat. Mike menangkapnya.
“Sore nanti aku pergi, jadi sebelumnya aku mau ketemu Om dan Tante,” ucapnya mencari alasan untuk menutupi rasa khawatir. Mily terdiam dan terus menatap mata Mike yang juga menatapnya. Tak lama Mike berjongkok, “Naiklah, aku gendong,” serunya.
“Eh?” Mily tampak terkejut.
“Bukannya kaki kamu terkilir?” suara Mike terdengar sangat lembut.
“Ta-tapi aku pake rok,” jawab Mily terbata.
Mike menatap ke arah rok gadis dihadapannya dan laki-laki itu melepas jaket berwarna biru bergaris putih yang dikenakannya. Melingkarkan lengan jaket itu dipinggang Mily dan mengikatnya, lalu berjongkok kembali. “Naiklah.” Mily menuruti perintah Mike. “Mana tas sekolahnya?” tanya Mike pada Ana.
“Ini.” Ana memberikan tas Mily pada Mike.
“Kamu pegang tasnya,” seru Mike pada Mily. Beberapa pasang mata terus menatap ke arah mereka berdua. “Astaga kamu lari cepat banget,” seru Alvin yang baru saja tiba.
“Vin nanti tolong bilang sama sopir, aku mau ke rumah Mily. Tidak perlu dijemput, nanti aku pulang sendiri”
“Oke," sahut Alvin.
**
Angin berhembus pelan sesuai dengan langkah kaki Mike. Kedua tangan Mily memeluk erat leher laki-laki yang menggendongnya itu. “Sebelum sampai ke rumah kamu, bisa-bisa aku sudah mati,” seru Mike tiba-tiba.
“Ah?” Mily tak paham maksud ucapan Mike.
“Kamu kendorin sedikit, aku gak bisa nafas.”
“Oh." Mily baru paham maksud ucapan Mike dan Mily mengendurkan sedikit pelukannya ke leher laki-laki itu.
Baru sebulan mereka berpisah dan bersikap asing satu sama lain bisa membuat suasana sangat canggung. “Lain kali kamu harus lebih hati-hati. Jangan lari-lari gak jelas,” ucap Mike menasihati.
“Ehmm.” Mily menganggukan kepalanya. Didalam hati Mily menggerutu, ‘Aku kan lari gara-gara mau mengejar kamu ke parkiran.’
Tak berapa lama mereka berdua sampai dirumah, kondisi rumah saat itu tengah kosong. Mike hanya mencari alasan ingin bertemu dengan orang tua Mily, padahal dia tahu betul orang tua gadis itu tak ada dirumah. Papa Mily baru akan pulang jam lima sore. Sedang mamanya saat itu sedang pergi ke pasar swalayan untuk belanja mingguan. Mike masih hafal rutinitas harian di keluarga asuhnya.
Mike mendudukan Mily di kasurnya dengan perlahan. “Aku ambil kotak obat dulu,” serunya berlalu pergi. Mily menundukan kepalanya merenung. Apa yang harus dikatakannya sekarang? Dia benar-benar mati kutu.
Mike sudah datang kembali dengan menjinjing kotak obat berwarna putih. Laki-laki itu membuka tutup kotak, mengambil kapas dan menyiramnya dengan alkohol. “Ini mungkin sedikit perih,” Mike menempelkan kapas basah itu pada luka di dahi Mily. Wajah gadis itu tampak meringis kesakitan. Mike meniup luka didahi gadis itu pelan. Sedang jantung Mily berdegup semakin kencang.
Mily baru sadar, ini untuk pertama kalinya dirinya merasa sedikit gugup dengan perlakuan manis Mike padanya.
“Kamu kenapa?” tanya Mike. Laki-laki itu menatap Mily lembut.
“Kenapa kamu bersikap baik lagi?” Mily balik bertanya dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Dirinya tahu betul kehampaan yang sudah dilewati semenjak Mike tidak tinggal dirumahnya lagi.
“Karena ini mungkin yang terakhir kalinya aku memperlakuin kamu sebagai saudara terbaik dan teman terbaik, karena sore nanti aku sudah pergi. Kita mungkin tidak akan bertemu lagi. Dan, anggap ini sebagai rasa terima kasih karena selama ini kamu sudah mau rela membagi orang tua kamu sama aku.”
“Aku tahu kenapa kamu marah sama aku,” ucap Mily, membuat Mike sedikit kaget. “Dua hari yang lalu aku dengar Papa dan Mama cerita tentang kamu. Mereka bilang kamu mendengar pembicaraan aku sama Mama dikamar waktu aku sakit. Aku bisa jelaskan ke kamu maksud omongan ku waktu itu.”
“Gak ada yang perlu kamu jelaskan. Apa pun itu, tetap gak akan merubah keputusan ku sekarang.”
“Aku suka kamu,” seru Mily tiba-tiba. Mike menatap Mily dengan tatapan datar. “Aku suka kamu dan aku baru sadar itu beberapa hari yang lalu.” Air mata jatuh menetes dipipi gadis itu. Matanya nyaris tak berkedip menatap Mike yang berada tepat dihadapannya.
“Sewaktu kita berdua bertengkar malam itu, ada rasa sakit disini. Sewaktu kamu gak ada di sini, ada rasa kosong disini. Sewaktu kamu jadi orang asing, ada rasa sesak disini. Seberapa banyak aku menangis, rasa sakit, rasa kosong dan rasa sesak itu tetap gak menghilang.” Mily memegang dadanya.
“Kamu bilang pelangi tak selalu ada saat hujan turun. Kamu bohong. Buktinya kamu selalu ada setiap aku membutuhkan kamu.” Air mata Mily mengalir semakin deras. “Aku harus bagaimana agar kamu gak jadi pergi?” suara Mily terdengar parau. Gadis itu menundukkan kepalanya. Bulir air mata berjatuhan ke pangkuannya. Sedang Mike termenung sesaat menatap Mily yang baru saja mengungkapkan perasaan kepadanya.
“Kaki kamu jangan lupa direndam pakai air hangat supaya bengkaknya berkurang. Aku pergi dulu.” Mike hendak pergi namun tangan Mily memegang tangannya. “Kalau kamu pergi aku akan benar-benar membenci kamu,” seru Mily.
“Kalau begitu, benci aku sebanyak yang kamu bisa.” Ucapan terakhir Mike benar-benar membuat Mily patah hati. Luka yang sudah bertengger didalam hatinya terasa semakin perih. “Oke aku akan membenci kamu seumur hidup aku,” jerit Mily.
**
Sepuluh tahun kemudian...
**
Seorang pria bertubuh tegap dan tinggi terlihat keluar dari mobil sport berwarna putih miliknya. Rambutnya terlihat rapih dan sangat modis. Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya juga terlihat sangat mewah.
“Presdir,” suara seorang pria dengan setelan jas berwarna abu-abu datang menghampirinya sembari membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
“Apa jadwal hari ini?” tanya pria yang dipanggil presdir itu.
“Jam sepuluh nanti anda harus bertemu dengan para pegawai kita yang baru masuk, lalu jam sebelasnya anda sudah harus pergi bertemu dengan bos dari SH group untuk mendiskusikan perihal kerjasama dengan perusahaan kita di villa miliknya.”
“Mikeeeee.... ada kabar buat kamu...” Baru saja pria yang dipanggil presdir itu mengangkat panggilan telepon miliknya, sebuah teriakan sudah mendarat di telinganya.
“Apa kamu gila? Ini masih pagi kenapa teriak-teriak?” Mike menyahut datar. Pria itu berjalan masuk melewati pintu kaca berukuran besar. Setiap orang yang ditemuinya selalu memberi salam “Presdir’ dan Mike mengabaikannya. Semua karyawan disana sudah terbiasa dengan sikap dingin atasannya.
“Selama empat tahun aku kerja disini aku belum pernah melihat presdir kita tersenyum. Mukanya selalu serius,” seru salah seorang karyawan wanita. Temannya yang berdiri tepat disebelahnya langsung menyenggolnya, memperingatkan. “Hush, jangan bicara sembarangan.”
“Mike hari ini kamu akan mendapat kejutan yang luar biasa,” seru Alvin di telepon.
“Kejutan? Hari ini bukan ulang tahun ku.”
“Yah pokoknya liat nanti.” Alvin semakin membuat Mike penasaran.
Mike menghentikan langkah kakinya persis dipintu masuk lobi kecil. “Aku hitung sampai tiga kalau..” ucapan Mike terputus karena Alvin langsung memilih untuk memberitahu kejutan besar apa yang akan didapatnya. “Hari ini kamu akan bertemu dengan Mily,” seru Alvin cepat.
“Kenapa aku ketemu dia?” Mike masih belum paham.
“Karena dia sekarang resmi menjadi karyawan di perusahaan kamu.” Baru saja Alvin selesai dengan kata-katanya, gadis yang dibicarakan di telepon sudah berdiri tak jauh dari meja resepsionis di lobi kecil.
Mata gadis itu terlihat sedikit memerah. Meski jarak mereka berdiri tiga meter, tapi Mike bisa melihat dengan jelas sorot mata gadis itu merindukannya. Untuk sesaat setelah sekian lama, takdir akhirnya mempertemukan mereka kembali. Saat itu, waktu seakan hanya berdetak untuk mereka berdua. Waktu disekeliling terasa terhenti untuk sesaat.
Mike masih berdiri di tempat yang sama saat Mily datang ke arahnya. Namun tak seperti dugaannya. Gadis itu hanya berjalan melewatinya dan berlalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yurina Mian
asli bukan pula palsu thur, aku jd deg deg gaaaan...
2021-02-18
1
Nanadela Pratiwi
Sultan Singa dan Jenderal Sauqy baca
2021-01-26
1
Mei Shin Manalu
9 like
2021-01-08
1