Reihan sedang mengaduk cat di ember besar dengan batang kayu, sesekali dirinya terlihat menyeka keringat yang meleleh di wajahnya. Sang kakek pemilik toko datang menghampiri dan memberinya sebotol air mineral dingin. “Minumlah dulu,” seru kakek itu ramah.
“Makasih Kek..” Reihan langsung menenggak air itu dan hanya menyisakan setengah botol.
“Nak Reihan kalau sudah capek, istirahat saja. Jangan dipaksakan.”
“Hahaha gak apa-apa.. masih belum capek kok... Kakek tenang aja aku masih muda..” Reihan memukul dada bidangnya dengan bangga. Kakek itu tertawa melihat tingkah Reihan. Menurutnya Reihan adalah pria manis dan baik hati. Semenjak Reihan mengontrak di rumahnya, laki-laki itu selalu datang setiap hari untuk membantunya.
Mily sudah tampak berdiri di bawah tiang lampu di persimpangan samping kanan toko kelontong itu. Gadis itu tersenyum melihat dari kejauhan Reihan dan kakek yang sedang tertawa. “Reihan.. aku datang..” seru Mily sembari berjalan mendekat.
“Eh kamu sudah datang.. Sini-sini bantu aku mengecat toko..” jawab Reihan dengan girang.
“Ahhh?? Aku juga ikut mengecat??” Mily terperangah. Kakek tua yang masih berdiri disitu tersenyum. “Apa nona cantik ini pacarnya nak Reihan?” tanya Kakek itu.
“Oh kalau sekarang masih belum, Kek. Mungkin besok-besok bisa jadi..” jawab Reihan sembari terkekeh.
Mily tak mempersalahkan ucapan Reihan, pikirnya itu hanyalah candaan karena memang pada dasarnya Reihan suka bercanda dan berbicara yang aneh-aneh. “Ini pegang.” Reihan memberikan kuas cat pada Mily dan menarik pelan lengan gadis itu ke arah tembok samping kiri toko. “Kita mulai mengecat dari sini ya..” seru Reihan lagi.
“Bagaimana caranya? Aku gak ngerti.”
“Kamu hanya perlu melakukannya seperti ini..” Reihan memegang tangan gadis itu dan meliuk-liukkan kuas itu ke atas dinding toko. Laki-laki itu berada diposisi terdekat dengan Mily. Sampai-sampai Reihan bisa mencium wangi sampo dari rambut gadis itu.
“Ahh ternyata begitu.. Oke aku paham..” seru Mily girang.
Gadis itu memulai pekerjaannya. Dengan perlahan Mily menyapu dinding toko dengan kuas bercat putih ditangannya. Dinding toko yang semula sudah berwarna kusam perlahan tapi pasti terlihat seperti baru. Sesekali Mily tertawa kecil, sepertinya hal yang sedang dilakukannya saat itu membuat dirinya melupakan kesedihannya.
**
Sejak pagi Mike sudah disibukkan dengan pekerjaannya,sama seperti hari-hari biasa, hanya hari itu sepertinya masalah yang ada lebih menumpuk. Mulai dari masalah penunggakan biaya sewa yang sudah berhari-hari belum selesai, beberapa pemegang saham yang sudah mulai protes karena penurunan pendapatan perusahaan, sampai masalah pembangunan proyek baru yang benar-benar menguras otak dan waktu.
Pintu ruangan terbuka dan tampaklah Alvin mendatanginya. “Kalian berdua kenapa terus menerus membuat hidupku tidak tenang?” seru laki-laki itu langsung duduk dikursi depan meja kerja Mike sambil menyilangkan kakinya. “Sampai-sampai aku gak bisa sarapan dirumah ku sendiri..” protes Alvin lagi. “Sebenarnya kamu ini maunya gimana? Kenapa terus menerus membuat nangis anak orang?” tanya Alvin.
Mike tak menanggapi semua ucapan Alvin tadi. Dirinya malah asyik membuka satu persatu berkas berwarna hitam. “Hei aku sedang bicara denganmu..” protes Alvin yang merasa diacuhkan.
“Apa kamu bawa mobil kesini?” tanya Mike datar.
“Ehmm bawa.. Kenapa?”
“Kalau begitu ayo pergi.. antar aku ke swalayan SH group.. aku sudah ada janji dengan orang disana..” Mike menarik tangan Alvin karena laki-laki itu masih saja dengan santainya duduk disana.
“Hei aku belum setuju.. ceritakan dulu tentang masalah kalian berdua..”
“Cepatlah kalau sampai terlambat aku akan memberitahu Priska semua yang kamu tutupi.”
“E-eh jangan..”
Akhirnya dengan terpaksa Alvin mengikuti Mike ke tempat parkiran di basement sambil menggerutu. “Kenapa bisa aku punya istri dan teman yang sifatnya sama. Sama-sama suka memerintah..”
**
Mily dan Reihan berlari kecil ke arah gudang belakang, sementara Tiara sudah menunggu mereka dari lima belas menit yang lalu. “Eh kenapa kalian baru datang?” tanya Tiara saat melihat Mily dan Reihan yang berlari kearahnya.
“Kenapa disana banyak sekali orang?” tanya Mily penasaran melihat beberapa orang berseragam abu sedang berkumpul sambil sesekali mendongakkan kepalanya keatas.
“Mereka sudah sejak tadi disini. Aku juga gak paham mereka sedang apa..” jawab Tiara seadanya.
“Mereka sedang meninjau bangunan ini untuk proyek baru yang sebentar lagi akan dimulai..”
“Kenapa harus berpatokan sama bangunan ini? Terus kok kamu tahu?” tanya Mily sambil menatap Reihan.
“Haha aku tahu sejak kemarin dari teman-teman yang lain.. terus kenapa harus berpatokan dengan bangunan ini, karena saat kita membangun bangunan didekat bangunan yang sudah ada, akan ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah satunya ketahanan bangunan lama. Saat ada proyek baru pasti ada banyak alat-alat berat terus juga pasti ada beberapa getaran yang mengganggu.. Nah disitu akan terlihat apakah berdampak atau tidak pada bangunan yang sudah berdiri sebelumnya..” Reihan menjelaskan.
“Aku sudah pernah membaca buku tentang hal-hal seperti itu tapi aku tetap gak ngerti..” seru Mily polos. Ucapan sederhananya membuat Reihan dan Tiara tertawa kecil.
“Untuk apa kamu membaca buku seperti itu?” tanya Tiara.
“Oh aku pernah mendaftar kerja di BLC group tapi ditolak..” jawab Mily sembari mereka bertiga berjalan keruang ganti.
‘BLC group? Bukannya laki-laki yang semalam ada dirumahnya adalah direktur BLC group?’ Reihan bertanya-tanya dalam hatinya. Laki-laki itu pernah melihat Mike mengobrol dengan Papanya kurang lebih dua bulan yang lalu. Tapi beruntung Mike tidak tahu mengenai identitasnya.
Tak jauh dari sana Alvin yang pada akhirnya mengekor Mike melihat Mily dan memanggil gadis itu namun sayang Mily tak mendengarnya. “Hei kalian berdua sepertinya akan bertemu lagi..” Alvin menyenggol Mike. “Kamu pasti senang selama proyek berlangsung bisa sekalian cuci mata disini..” lanjutnya lagi.
Sedang Mike hanya berdiri diam dan tatapannya terfokus pada sosok Mily yang berjalan menjauh bersama Tiara dan Reihan. Hatinya semakin panas melihat Reihan mengelap lembut pipi kiri Mily karena sedikit bercak cat tertinggal disana.
“Mily kamu habis ngecat?” tanya Tiara penasaran melihat Reihan mengelus pipi temannya itu.
Mily mengangguk dengan tersenyum lebar. “Aku abis bantu dia ngecat..” Mily menepuk bahu Reihan pelan.
“Kalian berdua ini kompak banget..” puji Tiara sedikit gemas melihat kedekatan dua orang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like..
like..
jejak.ya😘
2021-01-23
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
lanjuuut
2021-01-17
1
Lenkzher Thea
lagi 👍 jempol
2021-01-17
1