Langit sudah sedikit gelap saat kerja kelompok berakhir. Berulangkali Mike menatap layar ponselnya. Tak ada satupun pesan atau panggilan dari Mily. Padahal dia sudah jelas-jelas mengingatkan gadis itu untuk mengabarinya saat tiba dirumah. Akhirnya dia memutuskan untuk menelepon Mily tapi ponsel gadis itu tidak aktif.
“Halo Tante, apa Mily sudah sampai dirumah?” tanya Mike ditelepon.
“Bukannya Mily ikut kamu kerja kelompok?” tanya mama Mily mulai panik.
“Gak Tante, dia lagi kurang enak badan jadi aku suruh dia pulang. Tapi Tante jangan khawatir. Aku akan coba cari Mily.” Setelah berkata seperti itu, Mike langsung menutup panggilan teleponnya dan langsung pergi tanpa berkata apa-apa pada teman-temannya. Saat itu prioritas pertamanya adalah menemukan Mily sebelum malam.
Otaknya terus berpikir. Mengingat apa yang terjadi hari ini yang berhubungan dengan Mily. “Mungkin disana,” gumamnya pelan. Langkah kakinya terburu-buru setengah berlari saat memasuki gerbang sekolah. Mike menyalakan senter di ponselnya dan berjalan lurus ke arah belakang kantin.
Ada satu ruangan yang tidak terpakai. Firasatnya menunjukkannya ke tempat itu. Dan benar, saat pintu dibuka tampak Mily sedang meringkuk di sudut kiri ruangan. Bau debu dan pengap memenuhi ruangan yang digunakan sebagai gudang itu. Mike mengarahkan senter ponselnya ke arah Mily untuk memastikan bahwa itu benar-benar gadis yang dicarinya.
“Mily,” panggilnya.
“Mike.” Mily menyahut pelan. Mike tidak langsung menghampiri gadis itu, dia mengambil batu untuk mengganjal pintu gudang.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Mike panik.
Mily diam tak menjawab pertanyaannya. Mike memperhatikan bahwa gadis dihadapannya menangis. “Jangan menangis. Aku disini.” Mily langsung memeluk Mike. Gadis itu merasa bersyukur Mike bisa menemukannya. “Ayo pulang, sudah malam,” seru Mike lembut.
Mily masih tetap memeluk Mike. Gadis itu bisa mendengar dengan jelas degup jantung Mike. Sampai sepertinya jantung laki-laki itu akan menerobos keluar.
“Ayo berdiri." Mike membantu Mily berdiri tapi gadis itu mengerang kesakitan. “Kenapa?” tanya Mike khawatir.
“Tadi aku menendang pintu, tapi meleset. Yang aku tendang malah pegangan pintu.” Mily menjelaskan dengan wajah cemberut. “Dasar bodoh,” timpal Mike pelan sembari tersenyum. ”Bukannya aku pernah bilang pintu gudang ini rusak." Mike berjongkok membelakangi Mily. “Naik, biar ku gendong,” serunya.
“Tunggu,” ucap Mily.
“Ada apa lagi?”
“Aku mau bawa ini.” Mily menunjukan kardus kecil berisi anak kucing yang sudah beberapa hari ini di rawatnya.
“Kamu mau bawa pulang anak kucingnya kerumah?” tanya Mike dan gadis itu hanya mengangguk.
“Oke.“ Mike setuju dengan saran Mily. Dia hanya khawatir kalau kejadian hari ini terulang lagi jika Mily terus merawat anak kucing itu di sekolah. Jauh lebih aman merawatnya dirumah.
“Mike kamu kok bisa tahu aku ada digudang sekolah?” tanya Mily penasaran.
“Tadi pagi aku lihat kamu ke arah sini. Terus juga bukannya semalam kamu beli makan kucing di minimarket. Makanya aku tahu kamu disini.” Mike menjelaskan. "Kamu yakin mau mengurus anak kucingnya?" tanya Mike lagi. Laki-laki itu tahu Mily bukanlah orang yang pandai dan konsisten dalam hal mengurus hewan peliharaan.
"Aku bisa minta tolong Mama untuk memberikan anak kucing ini ke tetangga. Kamu tahu kan rumah yang di ujung gang. Setahuku pemilik rumahnya sangat suka kucing, jadi berikan saja padanya untuk merawat anak kucing ini." Mily menjelaskan.
"Baguslah kalau kamu sudah memikirkannya," cetus Mike. Tak lama laki-laki itu mendengar Mily tertawa kecil.
“Kamu kenapa tertawa?” tanya Mike.
Mily masih tampak tertawa kecil di atas punggung Mike. “Kamu menggendong aku sekarang sudah seperti di drama-drama korea tahu. Orang lain yang lihat pasti mengira kita berdua pasangan kekasih.”
“Jangan kebanyakan nonton drama. Dan lagi, kenapa juga harus peduli dengan pikiran orang lain,” ucap Mike.
“Aku tahu. Tapi dengan menonton drama korea ada perasaan bahagia tersendiri. Apalagi kalau melihat oppa-oppa yang super ganteng. Hmmm kapan ya aku bisa punya pacar yang mirip Seon Ho oppa,” celoteh Mily.
“Tapi oppa-oppa yang kamu tonton di drama gak bisa 9bantu kamu mengerjakan tugas sekolah. Kegantengan yang sia-sia,” celetuk Mike sinis.
Mily memukul kepala Mike, tapi laki-laki itu hanya diam. “Kamu tahu apa. Kegantengan oppa-oppa itu bisa membuat langit yang mendung menjadi cerah. Bisa dibilang kegantengan oppa-oppa itu ibarat pelangi yang muncul setelah hujan. Benar-benar menyegarkan mata. Sekaligus punya manfaat memperbaiki mood,” celoteh Mily tak mau kalah.
“Terserah kamu.”
**
“Ma aku pulang,” teriak Mily dari teras depan rumahnya.
Terlihat mamanya sedang duduk di ruang tamu dengan raut wajah cemas. Sedang papanya memegang ponsel sambil mencoba terus menghubungi ponsel putrinya. Dengan perlahan Mike mendudukan gadis itu dikursi.
“Kamu kemana aja? Ini kenapa kamu sampai di gendong Mike? Apa kamu terluka?” tanya mamanya secara beruntun.
“Ma pertanyaan yang mana dulu yang harus dijawab. Aku sampai bingung,” seru Mily dengan nada manja.
“Jawab semuanya. Harus lengkap,” pinta mamanya.
“Okay.. jadi sewaktu pulang sekolah aku pergi ke gudang sekolah untuk memberi makan anak kucing.Tapi pintu gudangnya ternyata rusak. Kalau pintunya tertutup itu cuma bisa dibuka dari luar. Aku tendang-tendang pintunya tetap saja gak bisa terbuka. Yang ada kaki aku kena besi pegangan pintunya. Aku mau telepon Mike tapi HP ku mati kehabisan baterai. Terus Mike datang. Udah cuma gitu.” Mily bercerita panjang lebar.
“Anak kucing?” tanya papanya bingung.
“Ini.” Mily mengangkat kardus yang sedari tadi dipegangnya. Gadis itu membuka bagian atas kardus dan nampak kepala kucing kecil menjulur keluar sambil mengeong menggemaskan.
“Kamu sejak kapan melihara anak kucing?” tanya mamanya.
“Sejak tiga hari yang lalu. Waktu itu dia basah kuyup kehujanan. Jadi aku pelihara sementara, nanti mau minta tolong Mama berikan ke tetangga kita yang diujung gang," jelasnya sembari tersenyum dan menggendong anak kucing kecil itu. Mike hanya duduk di sofa mendengarkan cerita Mily tanpa berkomentar apapun.
“Ya sudah kamu pasti lapar. Ma, siapkan makan malam untuk anak perempuan mu,” seru papanya. “Mike kamu sudah makan malam?” tanyanya pada Mike.
“Sudah Om tadi sekalian kerja kelompok.”
“Ya sudah. Kalau kamu capek istirahat ya.”
Mike hanya menganggukan kepala tanda mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Maliq Abdul Azis
👍👍👍😁😁😁
2021-06-30
1
Ade Yayuk
Semangat..
2021-02-28
1
Rian Cappuchino
Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray Stardust."
Kutunggu kedatanganmu.
Terima kasih
2021-02-02
2