Sandra memutar bola matanya, nyatanya senyuman manis dari Devan tidak bisa membuatnya tertarik dengan pria itu. Malah Larra yang tampak cengengesan salah tingkah melihat Devan ada di depan pintu kadok itu.
"Ngapain pada ke sini?" tanya Sandra sedikit Ketus karena aktivitasnya terganggu.
"Enggak ada pingin lihat lu aja sih, eh ni ada si Devan Masa enggak disambut?" tanya Joshua.
"Ya, kalau mau masuk-masuk aja kali nggak usah disebut sambut emang apaan?" kata Sandra lagi.
Joshua memandang Devan merasa sedikit tidak enak karena sambutan dari Sandra tapi nyatanya pria itu hanya tersenyum, dia menyukai gaya cuek dari Sandra.
Tapi baru saja Joshua dan Devan ingin masuk ke dalam kadok tiba mereka diserobot oleh Seorang perawat dengan keadaan yang tergesa-gesa dan sedikit cemas.
"Dok, KLL (kecelakaan lalu lintas) lagi, dok," ucap Kak Lesti dengan sangat panik.
"Waduh baru juga mau masuk udah disambut dengan beginian" ujar Joshua sambil menggaruk keningnya kecil.
"Lu sih, emang pembawa pasien," gerutu Sandra malas, tak sedikit pun dia menatap ke arah Devan yang selalu melihat ke arahnya.
Sandra dengan malas berdiri dari tempat tidurnya dia menyambar jas dokternya, berjalan sedikit gontai menuju ke arah IGD yang terlihat remang, Larra mengikutinya perlahan.
Joshua dan Devan yang ditinggalkan oleh Sandra dan Larra, hanya bisa melihat mereka menjauh pergi dan menghilang di balik pintu IGD.
Sandra melebarkan matanya lihat keadaan yang cukup genting di dalam IGD tersebut, ternyata bukan hanya satu orang yang mengalami kecelakaan, tempatnya satu keluarga.
Di ranjang pertama sang suami sudah terlihat tidak sadarkan diri hanya sesekali mengerang meluapkan rasa sakit yang dia rasa, tak ada luka di bagian wajah tangan atau kakinya, semuanya bersih namun rasa sakit jelas terlihat sangat di wajahnya.
Di ranjang kedua tampak istrinya hanya sesekali membolak balikkan kepalanya, salah satu perawat buka baju sang istri menunjukkan bagian perutnya, Sandra sedikit bergidik, melihat lubang yang mengeluarkan darah seperti luka tusukan suatu benda.
Pera perawat di sana Sigap langsung memasangkan infus kepada mereka, semua orang di IGD tampak sangat sangat sibuk mengurusi pekerjaan mereka masing-masing.
Seorang perawat langsung mendatanginya, menjelaskan bahwa mereka mengalami kecelakaan diserempet oleh mobil yang tak bertanggung jawab, suaminya mengeluhkan nyeri dada sebelum dia mengalami penurunan kesadaran.
Sandra langsung menangani suaminya, sedangkan Larra menangani sang istri, segera melihat keadaan pria tersebut, tampak kesulitan dalam bernapas, napasnya pendek hingga terlihat begitu sesak.
"Kak, kasih oksigen 3 - 5 liter, ayo!" kata Sandra segera.
Dia segera melihat dada pria itu, tidak ada terlihat luka ataupun bekas menunjukkan adanya trauma pada bagian dadanya, namun dia melihat perbedaan pergerakan dari paru-parunya, sebelah kiri tertinggal dari yang kanan, melihat cara bernapas pasien yang cepat namun pendek Sandra langsung curiga ada sesuatu.
"Kak, naikkan tempat tidurnya, usahakan posisinya duduk," kata Sandra meminta tolong pada perawat lelaki untuk menaikkan ranjang agar posisi pasien terduduk, karena untuk kasus yang dia curigai, pasien memang lebih baik diperiksa dengan posisi duduk atau sebaliknya menggunakan posisi Trendelenburg.
Sandra segera mengambil stetoskopnya dengan cepat, dia mendengarkan suara napas dari pria yang masih saja tampak susah mengambil napasnya, sisi lain para perawat menggunting celananya, memastikan tak ada yang luka, perawat lain memeriksa bagian kepalanya, telihat luka di bagian daun telinganya, tak berbahaya.
Pada saat Auskultasi, Sandra mendapatkan redupnya suara napas paru bagian bawah sebelah kirinya, saat mencoba melakukan perkusi di dadanya hasilnya adalah dull.
Sandra membesarkan matanya, apa yang dia pikirkan sepertinya benar.
"Tensinya?" kata Sandra.
"130/80 mmHg dok, nadi 100 kali per menit, pernapasan 30 kali permenit," kata Perawat yang bertugas untuk meriksa semua tanda vital pasien itu.
"Saya minta foto thorax AP posisi supine sekarang, hubungi bagian radiologinya," kata Sandra langsung, dia harus mengkonfirmasi apa yang ada di dalam pikirannya sehingga dia bisa langsung mengerjakan langkah selanjutnya.
"Baik, dokter," kata perawat itu mengambil status yang bahkan belum selesai dia buat, membuat sebuah formulir untuk melakukan foto rongent dada untuk pasien ini, dengan cepat perawat pria mempersiapkan pasien itu untuk mengantar pasien ke bagian radiologi.
"Statusnya menyusul saja," pinta Sandra, ini adalah salah satu kegawat daruratan medis yang harus ditangani segera.
"Kak, nanti sediain WSD (Water Shield Drainage), Chest tubenya, kalau positif hematothorax, harus dilakukan thorakosintesis," kata Sandra pada perawat yang mendampinginya.
Saat itu pula Larra tampak sedikit panik, dia tampak sudah naik ke atas ranjang pasien, Sandra menatap ke arah Larra, segera sigap mendekati Larra.
"No pulse kak," kata Larra yang sudah tak lagi memperhatikan bagaimana penampilannya,dengan cekatan memberikan tekanan pada dada sang istri yang sudah terkulai layu, Sandra tak bisa mengambil alih, bagaimana pun dia harus menghargai Larra, ini adalah pasiennya, dia hanya mencoba untuk mencari nadi pasien itu, nihil, tidak ada apa-apun terasa.
"Pen Light," ujar Sandra yang rasanya sudah tahu pasien ini akan berakhir kemana, dia lalu segera menyinari mata wanita yang masih berumur sekitar 25-30 tahun itu, pupilnya nyatanya sudah membesar, menandakan mati batang otak, dengan kata lain, pasien ini sudah tiada.
Larra menatap Sandra tanpa menghentikan CPR yang dia lakukan, Sandra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, Larra langsung tampak lemas, malam ini dia kehilangan pasiennya, pasien pertamanya yang meninggal setelah dia menjadi dokter, Larra turun dari tubuh wanita itu, semua tampak berwajah muram, suara di IGD itu pun sudah tak riuh seperti tadi, cendrung hening, Larra terduduk lemas di depan status pasien, seperti baru keluarganya saja yang meninggal.
Sandra diam, mengamati kondisi wanita dengan lubang mengangga dibagian perutnya, dia menutup baju wanita itu, perawat memberikannya selimut.
"Sudah syok dok, nadi dan tensinya lemah pas sampai di sini," bisik Perawat itu, sudah tahu sebenarnya akan seperti ini, Sandra hanya mengangguk, tak tahu harus berbuat apa.
Heningnya IGD itu seketika berubah ketika mendengarkan tangis seorang anak, Sandra mengerutkan dahinya, melihat ke arah perawat yang ada di sampingnya.
"Ada anaknya dok, di sana," kata Perawat yang menunjukkan bed lain yang ada di sebelah IGD, biasa digunakan sebagai ruang observasi.
"Yang bener?!" tanya Sandra kaget, jika orang tuanya begini parah, anaknya bagaimana lagi?
Sandra segera berlari ke ruang observasi itu, dia terhenti ketika melihat Jonathan dan Devan ada di sana, anak itu masih berumur sekitar 6 tahun, tubuhnya gempal, dia sedang duduk di bibir ranjang, Devan duduk di depannya tampak sedang berbincang padanya, mencoba menenangkannya. Joshua sedang menyiapkan Providone Iodine untuk mengobati luka anak itu.
"Cuma luka gesek di tangan, sama kaki, yang lain tidak ada," kata Devan.
______________
Istilah:
posisi Trendelenburg : posisi kaki lebih di atas dari pada kepala pasien.
Foto Thorax PA : foto rongent dada posterior anterior, dimana pasien membelakangi tabung X-ray, dan dadanya menempel di kaset.
Posisi supine : posisi berbaring.
Dull : suara redup. seperti memukul sofa busa.
WSD : alat menampung cairan atau udara, biasa dihubungkan dengan chest tube ( selang dada).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Tini Tambunan
sukses thor sprtinya thor quin ini adalah orang medissssss top margotoplah klu karyanya thor. dan selalu juara. ceritanta selalu bikin penasaran dan ingin baca terus.sukses selalu ya thor 👌👌👌👌👍👍👍👍👍👏👏👏👏👏👏👏🙏🙏😘😘😘😘😘
2021-05-13
0
꧁🌹𝔻𝕚𝕣𝕒 𝒬ℛℱ💦꧂
mantap mom
2021-04-05
0
NH
bacanya ikutan jadi cepet, ikut panik 😄😄
blibet baca istilah istilahnya 😁😁
2021-03-24
0