Sandra mengerutkan dahinya, melihat wajah polos anak 6 tahun itu, Sandra menarik napas panjang, dia baru saja menjadi seorang piatu, Sandra langsung bertekat, tidak ingin menambahnya menjadi Yatim.
"Gua yang urus, lanjutin," kata Joshua, karena semua orang sibuk dengan ayah dan ibunya, anak ini tidak ada yang memperhatikannya, untung saja saat itu ada Joshua dan Devan yang langsung mengurusnya, tak ingin dia trauma melihat keadaan kedua orang tuanya yang sedang ditangani.
Sandra hanya mengangguk, dia kembali ke ruang IGD, suasana masih sama, senyap dengan tubuh ibu si anak yang sudah terbujur kaku di ranjangnya, Larra diberikan minuman oleh perawat, bukan hanya dia saja yang lemas, bahan Sandra merasa tubuhnya sekarang begitu berat.
Pintu terbuka setelah menunggu cukup lama, perawat langsung memberikan hasil foto thorax AP milik pasien, meletakkannya pada lampu untuk membaca hasil foto thorax itu, karena ini sudah larut malam dan dokter Spesialis radiologi sudah pastilah tidak ada lagi, maka harus Sandra yang membaca arti foto itu.
Terdapat gambaran opaq pada paru sebelah kiri dan bagian sudut costophrenicus yang tumpul, akhirnya Sandra bisa menegakkan diagnosanya.
"Hematothorax kak, kita stabilkan dulu keadaan pasien, siapin alat untuk melakukan pesaman chest tubenya," kata Sandra secepatnya.
Hematothorax adalah berkumpulnya Darah akibat trauma baik benda tajam maumpun tumpul di rongga pleura,
Perawat di sana mengangguk, mereka langsung membagi tugasnya, yang lain menyiapkan persiapan, yang lain mengikuti Sandra, Sandra memastikan oksigen yang adikuat 3-5 liter, cairan infus mengalir 20 kali per menit dan dia segera memposisikan pasien dengan semi fowler.
Pintu IGD terbuka, tampak perawat dari Laboratorium sudah bersiap, tanpa di perintahkan perawat sudah tahu bawa mereka membutuhkan petugas laboratorium.
"Pantau Hb serial ya kak," kata Sandra.
"Siap dok," kata Mereka segera mengambil darah untuk memeriksa Hb pasien tersebut.
"Kak, siapin analgesik, asam traneksamat, sama antibiotik ya kak, buat obatnya nanti," pinta Sandra lagi.
"Kak, ada yang bisa dibantu gak?" tanya Larra lemas.
"Gak dek, udah duduk aja, pertama ya?" kata Sandra, Larra hanya mengangguk lemah, Sandra hanya menarik napas, tahu rasanya bagaimana.
Sandra kembali fokus dengan pasiennya, setalah merasa stabil Sandra segera ingin melakukan prosedur pemasangan Chest tube untuk mengeluarkan darah yang ada di rongga dada pasien agar keadaannya membaik.
Dia segera memposisikan pasiennya dan segera melakukan prosedurnya, tak lupa memakai sarung tangan sterilnya, untunglah keadaan pasiennya cukup stabil hingga tak perlu terlalu terburu,di kasus lain bahkan hal ini harus dilakukan dengan sangat terburu-buru, bahkan tanpa bisa melakukan pemastian dengan Foto Thorax.
Sandra membersihkan dada pasien dengan disinfektan mengusapnya di sisi tubuh sejajar dengan garis ketiaknya, lalu dengan hati-hati mencari ICS ke V ( intercostals space), tempat paling aman melakukan prosedur tersebut, setelah itu dia melakukan sayatan kecil diantara iga tersebut lalu segera menusukkan sejenis klem berujung bengkok ( curved hemostat) untuk membuka jalannya, seketika darah merah yang kental itu keluar dari sana, Sandra langsung memasukkan Chest Tube dan menghubungkannya ke WSD, darah langsung mengalir ke sana, seterusnya dia langsung melakukan penjahitan pada tempat itu.
Semua bernapas lega, Sandra melepas sarung tangannya yang berlumur darah, membuangnya ke tempat khusus lalu mencuci tangannya, dia langsung mengisi status pasien, menuliskan obat-obat yang akan di berikan pada pasien itu, antibiotik, antifibrinolitik, analgesik, dan Vitamin K untuk mencegah perdarahannya lagi.
"Liat dulu kak... berapa yang keluar ya," kata Sandra setelah dia mengisi seluruh status pasien yang cukup memakan waktu itu, bahkan beberapa perawat sudah tampak mengantuk.
"Kurang lebih 300 Mili liter dok," kata perawat pria yang memperhatikan kumpalan darah itu.
"Ok, cek tanda vital semua, kalau stabil bisa dimasukin ruangan," kata Sandra, memegang tengkuknya yang tegang, situasi gawat begini memang sangat membuat tubuh lelah, bahkan terasa remuk.
"Dok, Tekanan darah 120/75, Napas 28 kali per menit, Nadi 90 kali per menit dok," lapor perawat yang memeriksa tanda vital pasien itu.
"Yah, sudah boleh ke ruangan, ini keluarganya ga ada?" tanya Sandra lagi, baru sadar hanya ada 3 orang korban tanpa ada yang menungguinya.
"Yang Anter udah kabur dok, takut kayaknya dimintai tanggung jawab," kata Perawat lainnya, Sandra geleng-geleng kepala, dia baru ingat, anak pasien ini, Sandra lalu berdiri dan berjalan ke ruang observasi yang hanya berbatas pintu dari IGD.
Dia menyibakkan tirai itu, Devan segera memberikan gestur jangan ribut, anak itu sudah tertidur, dibawah selimut IGD dia meringkuk, tampak tak tenang, mungkin lukanya masih terasa sakit.
"Sudah selesai? Joshua dipanggil ke ruangan, ada pasien yang memerlukannya," tanya Devan, melihat jas dokter Sandra yang ternyata ada bercak darahnya.
"Oh, ya, sudah, gua bilang ke perawat dulu biar anaknya dibawa ke ruangan," kata Sandra.
"Dia dibawa ke ruangan sama ayahnya atau berbeda?" kata Devan bertanya, Sandra masih bisa melihat tangan mereka saling berpaut.
"Karena statusnya mereka belum tahu, maka akan dimasukkan ke ruangan masing-masing," kata Sandra lagi.
"Tidak bisa bersama ayahnya, gua dengar ibunya tidak selamat, jika nanti dia terbangun tengah malam, maka dia akan sangat takut melihat tak ada orang yang menjaganya" kata Devan pelan, Sandra tahu maksud Devan ini.
"Mereka bisa bersama, tapi harus di kelas VIP," kata Sandra lagi.
"Baiklah, biar gua yang bertanggung jawab atas perobatannya, bisa kan?" kata Devan
"Bisa sih, tapi nanti akan jadi masalah, gua takut keluarganya bakalan mikir lu yang menabrak mereka," kata Sandra, hal itu sering terjadi.
"Gimana kalau pakai nama lu, tapi entar gua yang beresin semuanya," kata Devan lagi
Sandra menyipitkan matanya, menatap Devan, masih cukup ragu, kalau dia tak bisa membayarnya, dia benar-benar akan dikeluarkan dari rumah sakit ini.
"Tenang, kalau lu mau, gua deposit dulu, 20 juta gimana?" kata Devan.
"Ga usah ke gua, deposit ke rumah sakit aja, ya udah gua bilang dulu ke perawatnya buat masukin mereka berdua ke VIP," kata Sandra, entah kenapa malah salah tingkah dan gugup mendengar suara lembut Devan itu.
"Ya, terima kasih," kata Devan dengan senyuman manisnya, sial, sepertinya Sandra terkena takikardi, jantungnya berdetak begitu kencang lebih dari biasanya.
Devan hanya memandang dengan lembut kepergian Sandra, sebenarnya dia melihat segalanya, bagaimana wanita itu dengan cekatan menyelamatkan nyawa seseorang yang bahkan tak dikenalnya, merelakan waktu tidur dan istirahatnya, bahkan dia tahu sebenarnya ini bukan jadwalnya dia masuk, namun tanpa mempersoalkan hal tersebut, dia langsung saja mengikuti panggilan hatinya, bahkan darah yang mengenai bajunya pun tak dihiraukannya lagi.
_____________________________________
Daftar Istilah
Takikardia : jantung berdetak lebih kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Kristina Situmeang
baca novel ini jadi kebayang drakor yg adegannya tentang RS dan segala keruwetan nya ditambah kisah asmara nya
2022-01-22
1
Yulestiani Desy Wulandari Soewarno
Kakaaaaaakkk... Keren bqnget siyyy ceritanyaaaa
2021-10-02
0
Salsabila Cha-cha Azzahra
aku suka semua karya mu.....
2021-05-26
0