Devan menghela napasnya pelan, dia lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi itu, matanya sayu menatap wanita yang tampak menghindari untuk menatapnya.
"Kenapa?" Tanya Sandra sebenarnya salah tingkah, dia bingung harus melakukan apa dan berkata apa dengan Devan jadi dia putuskan menuang teh tawar hangat di gelasnya.
"Bukannya tak baik makan makanan pedas pagi begini?" Kata Devan.
"Tidak masalah bagiku, malah aku tak bisa makan kalau tak pedas," kata Sandra seadanya. Sandra lalu memberanikan diri melirik sosok pria tegap di depannya, "kenapa tidak makan? Takut gemuk?"
"Bukan, aku tidak terbiasa makan makanan berat pagi hari."
"Oh, tipe orang kaya yang sarapannya susu sama roti ya?" Ejek Sandra namun Devan hanya tersenyum sedikit.
Hening menyergap, Sandra tak tahu apa yang harus dia katakan pada pria ini dan Devan pun hanya diam menunggu, sesekali melirik ponselnya yang bergetar, tak tahu dari siapa.
Nasi goreng pesanan Sandra akhirnya datang, masih mengebulkan asap karena baru saja diangkat dari penggorengan, tapi Sandra dengan antusias memakannya, Devan mengerutkan dahinya melihat hal itu.
"Tidak panas?" tanya Devan pada Sandra melihat suapan nasi yang masih berasap itu masuk ke dalam mulut Sandra, Sandra menggeleng, sudah bisa makan seperti ini, bahkan jika sudah dingin dia malah tak bisa memakannya.
"Ya udah, makan aja dulu, aku pergi sebentar, nanti aku ke sini lagi," ujar Devan berdiri, Sandra hanya mengikuti pria itu dengan sorot matanya, dia menganggukkan kepalanya sambil memasukkan kerupuk pelengkap nasi goreng ke mulutnya yang penuh nasi, dia tak perduli kemana Devan ingin pergi.
Sandra merasa bebas dan leluasa memakan makanannya sendiri. Memang lebih baik dia sendiri dari pada ada orang lain, ini zona nyamannya dan dia rasa dia tak ingin keluar dari itu.
Hanya tinggal beberapa suapan terakhir saat Devan kembali dengan bungkusan plastik putih yang terlihat penuh. Sandra meliriknya, terlihat ada banyak barang namun dia tak tahu apa isinya dan memang tak ingin tahu, dia hanya ingin menghabiskan nasi goreng yang sudah membuatnya berkeringat pagi ini.
Devan kembali duduk di depan Sandra, cukup kaget melihat nasi goreng itu hampir habis padahal rasanya dia tak begitu lama meninggalkan Sandra, gadis ini memang terlihat sangat lahap bila makan, pikirnya sambil tersenyum tipis.
Devan merogoh isi plastik itu, mengeluarkan susu kedelai dari plastik dan menancapkan sedotannya. Sandra memperhatikan gerak-gerik dari Devan dan matanya sedikit membesar saat susu kedelai dingin itu disodorkan ke arahnya.
"Pedaskan? susu nabati sangat baik untuk meredakan asam lambung, minumlah," ujar Devan pada Sandra yang langsung terdiam, berhenti mengunyah makanannya sesaat lalu segera menelan sisa nasi goreng yang ada.
Dia memang merasa tak nyaman di lambungnya jika makan seperti ini, tapi sejauh ini rasa tak nyaman itu bisa ditolerir dirinya tanpa harus minum obat, tapi mendengar perkataan dan melihat perlakuan dari Devan, Sandra jadi sedikit bingung dengan perasaan yang dia rasakan, apakah ini namanya tersentuh?
Sandra mengambil susu kedelai itu, meminumnya berberapa teguk dan memang terasa menyegarkan.
"Gimana?" Kata Devan.
"Terima kasih," kata Sandra seadanya langsung membuat Devan tersenyum manis.
"Kurangilah makan makanan yang tidak baik untukmu, bukannya kamu tahu efeknya jika terus memakan makanan seperti itu, kamu peduli dengan orang lain kenapa tak peduli dengan dirimu sendiri?" Tanya Devan.
"Kan gua dokternya, gua tahu obatnya," ujar Sandra sekenanya, melahap suapan terakhir nasi goreng pedasnya lalu segera meminum susu kedelai itu hingga tak bersisa.
"Tapi lebih baik mencegah bukan?"
"Iya, tapi, ah sudahlah toh gua yang tahu keadaan gua, lagian untuk apa lu peduli?"
"Karena memang aku peduli."
Perkataan Devan membuat Sandra yang sibuk menyedot sisa dari susu kedelai itu terdiam kembali, padat singkat namun kena ke hati, itulah yang dirasakan oleh Sandra sekarang, membuatnya mati kutu dan bingung harus bagaimana sesaat, apalagi pandangan serius Devan itu cukup tajam padanya.
"Ah, sudahlah adik kecil, aku ingin siap-siap dulu sebelum laporan kasus! Bu! Masukin ntar dibayar ya, ambil aja ke kadok," ujar Sandra cukup keras, namun semua sudah biasa mendengarnya.
"Tidak perlu, aku saja yang bayar," kata Devan.
"Gak ah! Jangan mentang-mentang kaya terus meneraktir orang terus, ingin membuat gua merasa punya hutang budi ya?" ujar Sandra berdiri.
"Ya sudah, bawa ini," kata Devan berdiri dan memberikan bungkusan itu pada Sandra.
"Apaan ini?"
"Untuk jaga siang hari ini, aku harus pulang ke kota sekarang, terimalah," ujar Devan kembali menyodorkan plastik itu, sikapnya memaksa.
"Baiklah, terima kasih sekali lagi," ujar Sandra yang tahu jika dia kembali menolaknya yang ada nantinya malah seperti drama tolak menolak.
"Semangat kerjanya, dokter Sandra," kata Devan tersenyum. Senyuman yang pesis sama seperti yang membuatnya tak bisa tidur tadi malam.
"Eh, iya, iya, ya, bye!" Kata Sandra yang segera ingin berlalu, tak ingin terlihat salah tingkah.
Sandra sudah berjalan cukup jauh, namun saat dia ingin segera berbelok dari sana, dia sejenak melirik ke arah kantin, pria itu masih setia berdiri melihatnya menghilang dari sana.
Sandra bergegas berjalan ke arah kadoknya, jantungnya kembali terkena serangan, ah, kenapa malah begini, pikirnya bingung sambil melihat ke arah isi plastik yang diberikan Devan, isinya penuh dengan cemilan juga susu dan beberapa minuman. Sandra mengerutan dahinya, dari mana dia tahu semua ini makanan kesukaan Sandra.
"Wah, apa tuh?" Tiba-tiba saja Joshua sudah ada di belakangnya, membuat Sandra kaget hingga berhenti berjalan.
"Lu ya!" Kata Sandra kesal.
"Wah, ini mah makanan kesukaan lu semua," ujar Joshua melihat isi kantong plastik itu. Sandra menyipitkan matanya, rasanya dia curiga sesuatu.
"Lu yang kasih tahu ya?"
"Iya dia nelepon gua tadi nanyain makanan cemilan yang lu suka, ga nyangka dia beliin semuanya," ujar Joshua kagum.
"Yang bener?" Tanya Sandra.
Kenapa Devan bergitu peduli dengannya, bukannya untuk mengucapkan terima kasih sudah menyelamatkannya saja sudah jauh dari cukup? Dan tingkah kecil Devan ini yang rasanya malah membuat perasaan Sandra tak nyaman.
"Iya, bener, kenapa? mulai tersentuh?" goda Joshua lagi. Sandra diam sesaat, tak tahu tersentuh atau bagaimana, tapi seharusnya tidak begini, tidak boleh, dia tak boleh merasakan apapun lagi, apalagi dengan Devan yang notabene sangat jauh darinya.
"Wah! Ada tobler*n, minta yak!" Kata Joshua tergoda dengan coklat batangan besar itu.
Plak!
Pedas tangan Joshua terkena pukulan tepisan dari Sandra.
"Sakit tau!" Kata Joshua berwajah meringis.
"Ini punya gua semua, jangan ambil! Awas lu ya, ilang satu gua kejar lu!" ancam Sandra.
"Ya ampun, pelit amat! Minta dikit kek, tanpa gua itu coklat ga ada," rayu Joshua.
"Ogah!"
"Entar gua ambil di kadok aja!"
"Lu ambil, gua sunat lu sekali lagi."
"Yah, rata dong," kata Joshua pasrah yang langsung memancing kikihan dari Sandra yang meninggalkan sahabat kentalnya itu kembali ke kadoknya, meletakkan bungkusan itu di tempat tersembunyi agar tak ada yang mengambil, sedikit membersihkan diri sebelum siap untuk melanjutkan laporan kasusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Destia Rifa
ya Allah mau dong pasien kaya Devan
2022-12-23
0
Karate Cat 🐈
dari dr joshua lha.. kan die cupidnya 🤭
2022-11-17
0
Mirwani Adwa Azizah
wah sayang juga ya dr. Sandra
2022-01-09
0