Devan hanya melihat wanita itu menjauh darinya, sedikit mengerutkan dahinya kenapa wajah Sandra tampak begitu kesal.
"Ini nanti yang Visite dokter ruangan kan? Keadaannya stabil kan?" Tanya Sandra mencoba mengalihkan perhatiannya ke data pasiennya.
"Ya, nanti dokter Siska yang Visite dok, Sampai sekarang stabil dok," kata perawat itu.
"Ya baguslah kalau begitu, kalau entar ada apa-apa yang kayak gini lagi, panggil aku aja ya kak," kata Sandra.
"Iya dok, untung dokter ada, kalau dokter Siska yang ngusurusin pasti dia syok dibentak-bentak gitu," kata salah satu perawat itu.
"Udah bisa kak, dari waktu kuliah juga suka dibentak ama dokter senior," canda Sandra diselingi tawa yang akhirnya bisa dia keluarkan setelah meredam amarahnya.
"Ehm!" Suara deheman terdengar berat yang langsung membuat Sandra menatap. Mata Sandra menangkap tatapan sendu itu, Ehm? Kenapa Sandra baru tahu bahwa pria ini punya mata yang begitu indah. Hitam menghanyutkan.
"Ya?" tanya Sandra.
"Sudah selesai, mau sarapan?" Tanya Devan langsung.
"Enggak aku lagi kerja," kata Sandra lagi, apa yang membuat pria ini berpikir dia mau diajak makan?
"Eh, dok, enggak apa-apa loh, dokter Siska juga paling sebentar lagi datang," kata salah satu perawat itu, cukup terkesima melihat wajah Devan dari tadi.
"Bener dok, lagi pula dokter kelihatan capek banget, sarapan dulu dok," kata perawat yang lain seolah bekerja sama agar Sandra pergi bersama Devan, membuat Sandra pastinya bingung melihat sikap mereka, apalagi ketiganya tampak cengengesan.
"Tidak baik menolak niat baik seseorang," ujar Devan pada Sandra, berharap dengan sangat Sandra setuju.
"Tapi …." Kata Sandra namun belum selesai dia malah langsung dipotong oleh Devan.
"Sebentar lagi kau harus masuk lagi kan? Ayo, sarapan," kata Devan seolah memaksa.
"Ya, dok, sarapan dulu dok," kata perawat di dekat Sandra mengambil status dari tangan Sandra. Sandra tentu kaget melihat tingkah mereka semua, tapi saat Devan melangkah pergi, herannya dia juga malah mengikutinya.
Suasana canggung terasa di dalam lift saat menuju lantai dasar, wangi semerbak dari tubuh Devan terasa memenuhi lift itu. Sandra sendikit penasaran, bagaimana pria ini bisa sewangi itu padahal masih sangat pagi, apa dia mandi dengan parfum.
"Mau makan apa?" Tanya Devan memecahkan sunyi suara lift.
"Ehm, kita makan di kantin depan aja soalnya habis ini aku harus ikut pelaporan kasus," kata Sandra lagi sebenarnya tak ingin pergi jauh, karena jika pergi pasti harus semobil lagi dengan pria ini.
"Baiklah," kata Devan seadanya.
Pintu lift terbuka. Saat itu jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 pagi, sinar matahari remang sudah mulai terlihat, cahaya matahari masih terlihat di ufuk timur namun masih malu-malu menunjukkan seluruh sinarnya.
Saat pintu lift itu terbuka, banyak karyawan rumah sakit dan beberapa dokter juga perawat tampak menunggu lift itu, mereka yang melihat Sandra dengan seorang pria sedikit terkejut. Mereka semakin terkejut saat Devan mempersilakan Sandra duluan untuk keluar, mata mereka lekat memandang Sandra hingga membuat Sandra gugup. Apa yang mereka sedang pikirkan?
Semua mata mengikuti gerakan Sandra, dia salah satu dokter yang cukup di kenal di rumah sakit ini, selain dikenal dokter di IGD, dia juga terkenal oleh keberanian dan dandannya yang cukup berbeda dari yang lainnya. Juga tentunya sebagai perawan tua. Tapi melihat Sandra keluar diikuti pria dengan wajah seperti Devan, semua orang tentu kaget dan tercengang.
"Kenapa? Gugup ya?" bisik Devan yang melihat gaya Sandra yang kaku, berusaha menghindari mata-mata yang heran menatapnya.
"He? Apaan? Gak ah," ujar Sandra salah tingkah, melihat itu membuat Devan tertawa kecil, ternyata wanita ini benar-benar menggemaskan saat gugup.
"Woh, pagi-pagi udah berdua aja," suara nyaring itu terdengar membuat mata Sandra membesar, sudah pasti suara Joshua.
"Selamat pagi," sapa Devan.
"Pagi, mau kemana kalian, progres banget nih," kata Joshua tersenyum senang melihat sahabatnya ini akhirnya bisa berjalan berdua dengan pria selain dirinya.
"Apaan sih? Gua ama dia cuma mau sarapan doang," ujar Sandra risih, sudah tadi dilihat oleh banyak orang sekarang dia diledek sama si kutu kupret ini, pikirnya.
"Serius? Hebat lu Van, ini anak jarang banget mau sarapan, kalau mau pasti mie, jangan biarin dia makan mie ya," kata Joshua semakin sumringah. Sandra meliriknya dengan sinis.
"Iya, ga ikut makan, Josh?" Tanya Devan.
"Ga ah, gua ga mau ganggu momen kalian berdua, nikmatin bro, ini singa susah ditahlukin," ujar Joshua semangat.
"Apaan sih! Gue tendang nih kaki Lo!" Kesal Sandra yang terus digoda oleh Joshua.
"Ets! Jangan! Celana gua entar lecek, udah Gih sana, entar keburu laporan kasus, gua jalan dulu ya Bro," ujar Joshua yang segera memulai langkahnya namun tak lupa melempar wajah menggodanya pada Sandra yang semakin kesal, entah kenapa wajahnya menjadi terasa panas sekali mendapatkan godaan dari Joshua itu. Pasti karena dia sedang kesal, asumsinya.
"Yuk," kata Devan mencoba memulai langkahnya kembali.
Mereka segera tiba di kantin rumah sakit itu, tak terlalu besar namun cukup untuk menampung sekitar sepuluh meja di sana. Ada beberapa orang perawat dan juga staff rumah sakit yang masih tampak menikmati makan pagi mereka. Melihat Sandra masuk dan juga duduk dengan seorang pria, beberapa dari mereka yang mengenalnya langsung sedikit kaget walaupun akhirnya mereka pura-pura tak memperhatikan saat Sandra mulai mengedarkan pandangannya.
"Wah Dok! Tumben makan di sini, biasa minta dianterin ke kadok, mau makan apa dok? Yang biasa?" Ramah ibu pemilik warung menyambut Sandra walau rasa penasaran bergejolak, dia tahu siapa Sandra ini.
"Ya! Aku mau mie …!" Kata Sandra menggebu, makan mie goreng sepertinya enak.
"Jangan makan mie pagi-pagi begini, kau seharusnya tahu kan?" Kata Devan memotong, membuat kata yang ingin keluar dari mulut Sandra tercekat di tenggorokan. Berani sekali memotong pembicaraannya lagi.
"Bu, ada apa saja?" Kata Devan.
"Banyak Pak, ada nasi soto, nasi uduk, nasi goreng, mie, SOP juga sudah ada," ujar ibu pemilik Kantin.
"Mau nasi apa?" Tanya Devan.
"Aku tidak suka makan nasi putih," ujar Sandra kesal, tapi tak juga membantah.
"Ya sudah, nasi gorengnya 1 Bu," kata Devan lagi.
"Oh, siap, bapak mau makan apa?" kata Ibu itu sumringah.
"Tidak, saya tidak makan," ujar Devan membuat Sandra meliriknya tajam dengan kerutan di wajahnya, Devan tahu Sandra ingin bertanya padanya.
"Ya, tunggu sebentar ya, ini pedes gak?" Kata ibu Kantin itu lagi.
"Pedes! Harus pedes! Awas ga pedes, buat sekarang Bu!" ujar Sandra yang langsung saja keluar dengan cepat dan jelasnya, tak ingin lagi kata-katanya disalip oleh Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Yeni Cahyany
Bu dokter masa pagi² makan yg pedes²..😁
2022-02-03
0
Mirwani Adwa Azizah
😂😂😂😂😂
2022-01-09
1
Hana M
Devan culik aja dokter sandra
2021-02-28
1