"Kak, serius pakai baju itu?" tanya Larra memperhatikan penampilan Sandra, bertolak belakang sekali dengan penampilan Larra yang begitu anggun dengan gaun potongan A selutut berwarna hijau lumut yang elegan, sangat cocok dengannya.
"Larra! tolong selamatkan temanku ini dari memalukan dirinya sendiri, pinjamkan dia gaunmu," ujar Joshua sedikit mendrama tidur keadaan.
"Eh, ogah gua, udah Ayuk, telat nih, entar kalau makan malam badan gua makin yahud," kata Sandra menghindar.
"Apaan Yahud, badan lu kayak kebo beranak, udah lu ganti, kalau gak gua Ama Larra aja yang pergi, lu dari sini pulang naik angkot," kata Joshua dengan serius, Sandra memandang sinis teman sejawatnya ini, sepertinya mereka sudah berkerja sama sebelumnya, buktinya saja saat Sandra masuk ke kamar Larra, baju itu sudah tersedia, dan anehnya walau ukuran tubuh Sandra dan Larra beda sekali, gaun itu nyatanya muat dan pas sekali untuk Sandra.
Gaun dengan warna merah, potongan simpel dengan lengan sesiku, panjangnya cukup menutupi semua kaki Sandra, Sandra menatap dirinya di kaca, entah sudah berapa tahun dia tak menggunakan gaun formal seperti ini, terakhir dia ingat, itu pesta pernikahan adiknya.
"Wah, kak, kakak harus sering-sering begini, tubuh kakak bagus loh, montok tapi berbentuk, kata orang mah kayak gitar spayol," kata Larra melemparkan pujian sambil mencoba menata rambut seniornya yang cukup kusut itu.
"Aduh dek aku belum gajian, Larra tahu kan kapan kakak gajian, pas itu aja mujinya, eh aduh," kata Sandra sedikit kesakitan karena rambutnya tertarik.
"Wah, kenapa-kenapa? Nemu tikus mati di rambut si Sandra?" kata Joshua bangkit selepas dia bermain ponselnya, dia masuk setelah Sandra mengganti bajunya.
"Enak aja lu, lagian kenapa pake beginian sih? nih, udah jam mau jam setengah 8, mau makan jam berapa lagi nanti?" kata Sandra lagi.
"Tunggu, 1 lagi kak, bibirnya di kasih pewarna dikit," kata Larra yang suka rela memakaikan lipstiknya ke bibir Sandra yang cukup tebal itu.
Sandra menahan tubuhnya kaku, Larra geli melihatnya, lucu bagaikan anak kecil diberikan lipstick.
"Gua ogah ya pake tuh Enggrang," kata Sandra melihat Larra mengeluarkan High heelsnya dari raknya.
"Enggak, ini punya Larra kak," kata Larra sabar.
"Iya, lu pake aja sepatu butut lu tuh, untungnya gaunnya Larra panjang, kalau gak, malu juga gua liat sepatu lu," kata Joshua, makin menjadi-jadi karena ada yang berpihak padanya saat ini, Sandra hanya menyipitkan matanya, melempar kebencian pada sahabatnya ini.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka yang harus ditempuh lebih dari setengah jam, saat mobil mereka masuk ke dalam area restoran itu, mereka langsung di sambut dan ditanya siapa yang ingin mereka temui.
Joshua, Sandra, Larra, cukup kaget saat mereka diboyong masuk ke dalam ruangan VVIP, mereka lalu melihat Devan yang sudah menunggu mereka di sana, tampak begitu mempesona dengan pakaian rapi dan formalnya, tentu itu pemikiran Larra, bagi Sandra yang penting adalah Steak-nya.
Devan tersenyum simpul, sedikit kaget dan terkesima dengan dandanan Sandra kali ini, wanita yang biasanya dia temui, yang tampak tak terlalu memperhatikan bagaimana cara dia berdandan, tiba-tiba tampak begitu manis dengan balutan gaun formal itu, tak salah dia memilihkan gaun itu untuknya.
Joshua menarik Larra untuk segera duduk di sampingnya, membuat Sandra mengerutkan dahinya karena hanya tinggal 1 kursi Yang tersisa, tentu di samping Devan.
"Duduk oi, jangan malu-maluin gua," kata Joshua berbisik pada Sandra yang terlihat ragu duduk di samping Devan, kenapa bukan dia saja yang duduk di samping Joshua.
"Dokter Sandra, pesanlah yang Anda inginkan," ujar Devan saat pelayan memberikan menu.
"Sudah memesan,bro?" tanya Joshua.
"Ya, sudah, silakan kalian yang pesan saja," terdengar begitu sopan dan penuh tata Krama, Sandra jadi melirik ke arah pria di sampingnya, terlihat cukup besar di sampingnya.
Setelah memesan, mereka tinggal menunggu makanan mereka, Sandra sudah tak sabar, rasanya perutnya begitu keroncongan, hingga dia tampak pecicilan duduk di tempatnya, berulang kali melihat pintu ruangan itu terbuka.
Joshua, Devan dan Larra yang malah asik mengobrol.
"Lu ini sebenarnya pekerjaannya apa bro?" kata Joshua lagi.
"Aku meneruskan usaha keluarga, keluargaku punya tambang batu bara kecil di Kalimantan," kata Devan dengan senyuman tipisnya, terlalu tampan hanya begitu saja membuat hati siapa pun meleleh.
"Gila, lu anak konglomerat ya," kata Joshua langsung.
"Gak dok, cuma kecil-kecilan aja," kata Devan, berulang kali melirik wanita di sampingnya, namun wanita itu sibuk sendiri entah melakukan apa.
Joshua menangkap lirikan itu, dia hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
"Dev, maaf ya, dia emang gitu orangnya, agak aneh emang, tapi apalah daya, dia sahabat gua," kata Joshua seperti berbisik pada Devan, Joshua bahkan menutup mulutnya dengan telapak tangannya agar Sandra tak mendengarnya, sayangnya kalau ada yang berbicara yang tidak-tidak tentangnya, pasti Sandra denger.
"Lu ngomong apa tadi?" tanya Sandra pada Joshua. Devan tertawa kecil melihat tingkah Sandra ini
"Kagak, lu kalem Napa, jangan kayak ga makan seminggu gitu Napa?"
"Iya, gua ga makan seminggu, gua mau makan lu," kata Sandra lagi.
"Nah, lu tau kan, dia titisannya Sumanto," kata Joshua lagi tak habis mengejek temannya.
Sandra ingin membalas, namun segera berpaling nikmat ketika pesanan steaknya datang, dia langsung menyantapnya tanpa aba-aba.
Sandra sudah selesai makan duluan, memandang tiga orang yang meja dengannya bahkan belum menyelesaikan setengahnya, dia mengerutkan dahinya, bagaimana bisa makan begitu pelan dan anggunnya, apa lagi melihat Larra makan, bagai ingin bertanya pada dagingnya, apakah daging itu bersedia dia makan atau tidak?
"Lar, Gua ada pingin sesuatu deh, lu ikut gua keluar dulu ya," kata Joshua sedikit berakting seperti dia ingin sesuatu.
"Kebetulan kak, mama juga pesen kue, entar beli kue juga ya kak," jawab Larra yang langsung mengundang kerutan dahi Sandra.
"Eh, gua juga ikut," kata Sandra langsung.
"Lah, masa Devan ditinggal sendiri, gua Ama Larra ada keperluan, mumpung di kota nih, lu di sini aja, lu kan ga butuh apa-apa," kata Joshua yang langsung buru-buru mengandeng Larra, jangan sampai Sandra jadi ikut mereka.
Sandra hanya diam, secepat kilat Joshua dan Larra meninggalkan dia dan pria ini berdua, suasana cukup canggung, Sandra tak tahu ingin bicara apa, jadi dia putuskan hanya mengotak-atik ponselnya.
"Sudah berapa lama jadi dokter dok?" tanya Devan berusaha mencairkan suasana.
"5-an deh kalau gak salah," kata Sandra menjawab seadanya.
"Ehm, gua panggilnya San atau Sandra aja deh ya biar ga kaku banget, sama kayak Joshua dan Larra," kata Devan mencoba lebih dekat, kata-kata "dok" itu terdengar sangat formal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Mimilngemil
parah 😂😂😂
2024-01-24
0
Karate Cat 🐈
🤣🤣🤣🤣
2022-11-17
0
Rinisa
So Sweet....😍😍😍
2022-02-20
0