Sandra baru saja menyeruput kuah mie terakhirnya, mie dan kuahnya sama-sama ludes dimasukkannya ke dalam lambung, Larra sudah pulang setelah memakan mienya, Sandra mengusap bibirnya dengan tisu, meninggalkan jejak kuah di putihnya tisu itu.
Dia langsung ingin berbaring, namun perutnya yang penuh tak mengizinkannya untuk tidur, rasanya langsung begah dan penuh, sepertinya penyakit maag-nya kumat lagi, Sandra langsung duduk, melirik ke ruangan yang hanya ada rajangan kecilnya, terasa pengap.
Sandra segera berdiri, mencoba untuk membuat perutnya lebih lega, dia keluar dari ruangan sumpek itu, melirik IGD yang sepi, pasien sepertinya sedang terkonsentrasi di
poli-poli spesialis.
Sandra berjalan mengelilingi rumah sakit itu, cukup ramai orang-orang yang menunggui keluarganya, dia lalu berjalan menuju taman sebelum melihat perawat-perawat sedang berkumpul, menarik perhatiannya.
"Eh, kak? pada ngapaian?" sapanya yang penasaran.
"Wah, pas banget, mau ikut patungan gak dok?" tanya kak Ratna, wajahnya berseri melihat Sandra.
"He? patungan untuk apa?" tanya Sandra bingung.
"Itu loh dok, udah denger ada bayi yang ditinggal ibunya, bayinya kan di sini dok, belum ada yang ambil, jadi kami kasihan dan patungan beliin keperluannya dok, kasihan banget dok, ayah dan ibunya itu nikah lari," kata Kak Ratna yang selalu saja berwajah lebay jika menceritakan sesuatu, namun berkat itu sebuah cerita jadi begitu hidup.
"Kagak capek tuh kawin sambil lari, wong tiduran aja capek," canda Sandra membuat semua perawat tertawa.
"Ya, elah dokter, kayak udah pernah aja," kata Kak Ratna lagi.
"Haha, siapa yang bilang aku belum pernah?" ujar Sandra lagi, membuat tawa para perawat sedikit memudar berganti kerutan dahi, mereka tahu semua Sandra adalah perawan tua, tapi ....
"Aku yakin besok bakalan ada gosip tentang aku nih, kalau ada, kak Ratna yang aku Uber," kata Sandra lagi, membuat perawat tahu Sandra hanya bercanda.
"Serius dulu dok, ini aku beneran ceritanya, bayinya kasihan dok, ayah ibunya itu ga direstuin karena beda agama, jadi mereka menikah tapi kawin lari gitu dok, ceweknya dibawa ke sini, ga punya siapa-siapa di sini, pas mau melahirkan ceritanya karena ga punya uang ditahan di rumah aja sama suaminya, Sampai di sini baru tahu anaknya kembar, dan ya udah, ditolong Ama dokter Bayu, tapi ibunya ga bisa diselamatkan dok, sampai sekarang suaminya ga datang karena orang tuanya ga mau ngakuin itu cucu mereka, keluarga cewek nya sampai sekarang ga tau dimana dok," kata Kak Ratna begitu sedih.
Sandra terdiam sejenak, baginya lagi-lagi wanita yang harus menanggung akibat dari pria. Pasti, pria itu merayunya, meyakinkannya bahwa pria itu akan mencintainya seumur hidupnya, menjaganya, dan bodoh atau terlalu polosnya wanita itu percaya saja, meninggalkan seluruh keluarga untuk seseorang yang mungkin dia kenal baru beberapa tahun belakangan ini, mengindahkan semua perkataan orang-orang yang dari dia lahir hanya memikirkan kebaikan untuknya, pasti orang tua wanita itu sekarang akan sangat terpukul, mengetahui nasib anaknya sekarang.
Terkadang Cinta memang buta, buta untuk segalanya, tentang logika itu tak ada dalam kamus cinta, sehingga saat cinta berkuasa, bahkan seluruhnya hanya mengikuti maunya cinta, menghilangkan seluruh pemikiran tentang hidup, esensinya hanya butuh cinta, mungkin karena hormon dopamin yang membuat semuanya menjadi begitu indah, bahkan makan saja bisa lupa.
"Sekarang anaknya di mana Kak Ratna?" kata Sandra kembali malas membahas betapa bejatnya pria tak bertanggung jawab itu.
"Tuh, lagi dikasih susu sama si Citra dan Santi dok," kata Kak Ratna menunjuk ke ruangan bayi yang ada di depan mereka, Sandra melangkah masuk, melihat Citra dan Santi sedang memberikan susu formula pada bayi mungil yang dibedong dengan kain bedong berwarna pink, artinya anaknya seorang perempuan.
Kedua bayi itu terlihat lucu, matanya bahkan masih susah terbuka, mereka tampak sedikit kesusahan untuk minum, Sandra menatapnya miris, tahukah mereka ibunya sudah tak ada?
Seketika perasaan sedih kembali menyeruak, sisi sensitifnya kembali bangkit, Sandra mengelus pipi salah satu dari mereka yang kecil, mungkin tak cukup gizi saat ibunya mengandung, salah satu dari mereka membuka matanya, melirik ke arah Sandra, Sandra tersenyum walaupun tahu pandangan bayi itu belum sempurna.
"Normal semua kak?" kata Sandra melirik Citra yang masih telaten memberikannya susu, ingat anaknya yang juga masih berumur 5 bulan di rumah, namun harus ditinggalkannya demi bekerja.
"Ya, dok, untungnya normal," kata Citra tersenyum.
"Udah ada yang nanyain dok, mau diambil," kata Kak Ratna sekali lagi tahu seluruh gosip di rumah sakit ini.
"Yang bener? tunggu dulu 3 hari, nanti kalau keluarganya tidak mengambil baru bisa kita serahkan pada orang lain, tapi diambil sepasang kan?" kata Sandra melirik Ratna, tangannya tetap mengusap pipi halus itu.
"Ga dok, kayaknya mau diambil satu aja dok, karena mereka juga ga sanggup kalau berdua, gimana dong Dok?" kata Kak Ratna lagi.
Sandra menatap bayi mungil itu bergantian, satu telah tertidur, yang satu tampak menggeliat, polos tak berdosa namun sejak mereka menghirup udara pertamanya di dunia, Mereka sudah mendapatkan penolakan bahkan dari keluarganya, benar-benar miris mengingatnya.
Sandra tak habis pikir, mereka bahkan belum melihat betapa cantiknya kedua bayi ini, bahkan begitu banyak orang yang tersentuh dengannya namun kenapa? mereka yang merupakan darah daging kedua anak ini sendiri tak mengakuinya, bukan salahnya mereka terlahir di keluarga seperti itu, apakah adil membuatnya menderita hanya karena kesalahan orang tuanya? tidak! itu tak adil sama sekali, siapa pun mereka, mereka berhak bahagia, walau bukan dengan keluarga sedarahnya.
"Kak, entar kalau ga jadi dan ga ada yang mau, aku mau ya kak," kata Sandra.
"Serius dok? agak susah pasti dok, dokter kan belum nikah, pasti diutamakan yang sudah menikah," ujar Kak Ratna.
"Dok, kenapa sih ga mau nikah? maaf ya dok, tapi aku kepo," kata Santi tak bisa lagi menahan dirinya.
Sandra terdiam sejenak, tiba-tiba saja kilasan wajah Rayhan dengan janji palsu yang dia ucapkan melintas, Janji yang bodohnya dia percaya bertahun-tahun hingga membuatnya terlena dan menyerahkan segalanya, tak tahunya itu hanya kebohongan kejam semata.
Sandra segera menyadarkan dirinya, sedikit tersenyum menutupi luka hatinya yang ternyata setelah hampir 8 tahun masih saja nyeri terasa.
"Entar deh kalau ada cowok yang kelilipan biji salak dan mau Ama aku, baru aku nikah," kata Sandra, menyambut bayi itu ke dalam gendongannya.
"Buset, gede amat, padahal dokter itu manis loh dok, bener deh, coba dokter dikit aja dandan, pasti semuanya kelepek-kelepek dok," kata Santi lagi melihat Sandra menimang bayi lucu itu..
"Haha ... perasaanku ada yang minta di traktir nih," ujar Sandra, dan semua orang di sana langsung tertawa.
Sandra sekali lagi menatap bayi mungil di tangannya, matanya yang cemerlang itu menatap Sandra kembali, terselip sebuah doa, dengan siapapun nantinya mereka di rawat, semoga akan menjadi anak yang membanggakan keluarganya dan kehidupannya jauh lebih indah dan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Kristina Situmeang
sosok Sandra digambarkan sangat sederhana. dengan latar belakang bukan keluarga sederhana, karna ayahnya juga dokter. suka dengan pribadinya
2022-01-22
0
Mawar Melati
makanya jadi wanita harus cerdas!
2021-03-28
0
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
hati yang buta
2020-10-01
0