Sandra langsung melihat ke arah pria yang di tidurkan oleh bapak-bapak ini, ada sekitar 4 orang yang mengantarnya, Sandra segera memberikan oksigen kepada pria itu, memeriksa tensinya, lalu juga memeriksa fisiknya, sambil bertanya pada yang mengantarkannya.
"Dia tidak sadar diri di dalam mobil? Mobilnya menyala?" Tanya Sandra.
"Iya Dokter, mobilnya menyala, terus semua kacanya di tutup, kita awalnya mengira dia cuma lagi ngadem di dalam, tapi kita curiga karena pas kita lewat lagi, ternyata mobilnya masih nyala, lalu kita panggil-panggil dia nya seperti orang tidur, lalu kita pecahin kacanya, dan ternyata dia sudah tidak sadar begini Dok," kata Bapak itu menjelaskan dengan antusias.
Sandra tak menjawab, hanya langsung mengambil beberapa alat untuk memasang infus, oksigen murni pun segera diberikan. Sandra baru mengeluarkan alat-alat infus sat Kak Rahman datang dengan makanan yang ada di tangannya dan dia buru-buru masuk ke dalam kamar tidur perawat meletakkannya lalu dengan cepat keluar membantu Sandra untuk memasangkan infus.
"Kenapa dok?" tanya Kak Rahman tanpa tampak gugup sama sekali.
"Suspek keracunan karbonmonoksida," kata Sandra lagi.
"Perlu menelepon ICU gak dok?" kata Kak Rahman.
"Iya, ini harus terus dipantau kadar oksigennya, harus secepatnya, tolong telepon, takut ada kerusakan otak," kata Sandra sibuk bahkan tak menatap lagi Kak Rahman yang ada di belakangnya.
"Ok, Dok," kata Kak Rahman langsung bertindak menelepon interkom, setelah beberapa saat petugas ICU segera datang, pria itu langsung dipindahkan dari sana.
"Hah, Sandra, pagi-pagi kau sudah mengirim pasien untukku," kata Dokter Harris menatap Sandra dengan senyum kecut.
"Pagi yang berat Kak, sepertinya keracunan karbonmonoksida," kata Sandra.
"Siap Dik, di pantau intensif," kata Dokter Harris pergi dari sana.
"Pak, ini yang bertanggung jawab siapa?" kata Kak Rahman pada bapak-bapak yang mengantarkan pria itu.
"Wah, saya cuma mengantar, tidak kenal dia siapa?" kata Bapak itu langsung panik ketika ditanya siapa bertanggung jawab. Kak Rahman melihat ke 3 orang yang lain dan semua menggeleng serempak.
"Lah, gimana nih, Dok? Sudah masuk ICU lagi?" tanya Kak Rahman juga kebingungan.
"Ya, tapi kalau di sini terus, dia bisa mati," kata Sandra tampak santai.
"Dok, kita bisa di tegur sama direktur kalau begini," kata Kak Rahman lagi sambil menggaruk-garuk belakang telinganya yang sama sekali tak gatal.
"Ya sudah, sini aku saja yang tangung jawab dengan gajiku yang tidak seberapa itu," kata Sandra menandatangi statusnya.
"Si Dokter, gimana mau kaya kayak gini Dok, hahaha, saya lupa Anda kan anak konglomerat, Direktur juga paman Anda," kata Kak Rahman tersenyum antara menggoda dan mengejek Sandra, namun Sandra hanya meliriknya dengan senyuman tipis dan menandatangani surat pertanggungjawaban itu.
"Konglomerat apaan?" kata Sandra tertawa.
"Eh, Dok, mie kita udah kayak cacing deh pastinya, kuahnya udah nyerap semua," kata Kak Rahman baru ingat dengan makanan mereka.
"Iya yah, ya udah ayo makan," kata Sandra berdiri lalu masuk ke dalam kamar tidur perawat.
Benar saja, mie mereka sudah menjadi mie gemuk yang tadinya berkuah sudah kering, mengumpal dan terasa dingin.
"Haha, benarkan Dok."
"Iya, sudah biasa kalau makan mie begini, tapi geli," kata Sandra mulai mencoba melerai mienya yang berubah menjadi spaghetti.
"Iya, dari saya sekolah, sampe sekarang, sering banget makan mie begini, jarang abis beli langsung makan."
"Wah, ini mah pedesnya level mampus ya Kak, pedes amat."
"Kan dokter minta pedes, biasanya dokter mengeluh terus enggak pedes, ya mungkin si Mbaknya kesel kali sama dokter, langsung di kasih cabe 1 kg gitu."
"Haha, ini kalau pasien saya yang sakit lambung tahu saya makan mie dan makan cabe segini banyak, pasti pada protes sama saya," kata Sandra tertawa, menarik ingusnya yang segera mengalir karena pedas makanan yang dia makan.
"Bilang aja dok, kalau mereka sakit harus cari dokter atau apotik, iya kalau buka, kalau dokternya yang sakitkan obatnya udah tersedia, tinggal ambil aja, tenang apotik kita buka 24 jam," kata Kak Rahman menyerumput mienya yang sudah sangat mengembang, tapi dia makan seolah-olah makanannya itu sangat nikmat.
"Hahaha, benar juga, habis ini saya mau bersih-bersih dulu, pasien saya hari ini gawat-gawat," kata Sandra.
"Makanya jangan pakai baju merah kalau jaga Dok, yang dateng kalau gak exit, ya hampir exit," kata Kak Rahman.
Exit adalah istilah mereka untuk mengatakan pasien yang meninggal.
"Iya yah, ya udah, saya mau bersih-bersih dulu, habis ini apel pagi, trus saya mau lanjutin tidur di rumah," kata Sandra.
"Sama dok, dok ini makasih loh mienya, lain kali makan martabak ya Dok," goda Kak Rahman.
"Kalo ada martabak buka jam 5 subuh gini, saya beliin 1 lusin untuk Kak Rahman deh," kata Sandra.
"Hahaha, Bener juga ya Dok," kata Kak Rahman melanjutkan makan mienya, Sandra hanya makan sedikit, tidak begitu suka dengan mie yang sudah mengembang begitu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Zahwa
bener2 berat pekerjaan seorang dokter
2021-04-14
0
R⃟ ⓂᎬ🚫ᎳsHß HÎÀŢ
seringnya sih ga tidur sama sekali kalo lagi jaga ugd.. 🤔🤔😅
2021-03-05
0
Setio Wati Wati
mau tanya k Quin emang bisa keracunan klo AC menyala dalam mobil terus kita tertidur😲😲😲 berapa lama waktu toleransinya. soalnya sy pernah meninggalkan anak didalam mobil lagi tidur pergi belanja sekitar 30an menit.tp Alhamdulillah aman
2021-03-02
0