Naya berusaha menghapus kenangan kelam itu namun tidak bisa, sampai detik ini ia terus menyesali kejadian malam itu. Malam dimana ibu dan ayahnya pergi meninggalkannya, andai saja dirinya tidak terlahir ke dunia ini? Mungkin ibunya akan hidup bahagia begitupun ayahnya. Namun?
Naya juga, tidak pernah berharap di lahirkan dalam kondisi seperti itu. Siapa sih yang menginginkan menjadi anak yang di lahirkan karena suatu kecelakaan yang di lakukan oleh sepasang pria dan wanita, yang tidak bisa menahan hasratnya.
Seumur hidupnya ia tetap menerima cap sebagai anak haram dan pembawa masalah, bahkan banyak yang menjauhinya karena hal itu, membenci kelakuan kedua orang tuannya namun tetap menjadikan anak mereka sebagai bahan caciannya, adil kah bagi anak-anak yang senasib dengan Naya? Buah memang tidak jauh dari pohonnya namun siapa yang bisa menjamin jika sikap buruk orang tua akan menurun pada anaknya? Sedangkan seorang anak yang di lahir kan kembar identik sekali pun sifat dan perilakunya tidak akan sama, begitu kejam kah dunia? Dan orang-orang yang menganggap dirinya suci.
Ya? Dunia memang di penuhi dengan orang-orang berotak dangkal yang hanya bisa melihat kotoran orang lain yang hanya setitik di sebrang lautan namun ia tidak melihat kotorannya sendiri di dekat matanya.
***
Pagi berselang sehabis subuh Naya bergegas menuju kantornya, ia benar-benar masih memikirkan tentang pakaian bosnya itu.
Dengan sedikit berlari ia menaiki busnya, dengan lutut yang turus bergerak ia benar-benar was-was kalau bosnya itu sampai tau.
Di kantornya...
Naya segera menuju gudang penyimpanan alat cleaning tersebut. Dan berjalan cepat, ada sedikit perasaan lega karena ruangan pantry yang masih gelap dan gudang yang masih tertutup ia pun membuka pintu gudang itu dan terkejut saat mendapati Arjuna tengah duduk di bangku itu dengan mata yang terpejam dan kepala tertunduk, kedua tangannya terlipat di dada.
"Gawat? Tuan Juna sudah disini? Berati ia tau kalau aku pulang." ucap Naya yang sedikit ketakutan.
Perlahan ia mendekati bosnya itu.
"Ahhh Raihan, kata mu dia sangat sibuk dan tidak akan mungkin bisa mengawasi perkejaan ku?" tuturnya dengan suara sangat lirih. Ia pun berjinjit menuju jas bosnya itu tergantung namun karena kaki Arjuna yang panjang membuat Naya tersandung dan hampir terjatuh, ia menutup mulutnya saat mendapati Arjuna mulai terbangun dan berjalan cepat, berjongkok lalu bersembunyi di balik meja.
Arjuna meregangkan tubuhnya matanya memburu kepenjuru ruangan itu.
"Sial aku ketiduran disini?" ucapnya, matanya tertuju pada pintu gudang yang terbuka, ia pun menoleh ke belakang dan mendapati kepala Naya yang masih terlihat, membuatnya menyeringai.
"Ehmmm" Arjuna berdeham dan berjalan mendekati meja tersebut lalu menyender disana. Braaaaaaaaaaakkkk Arjuna menggebrak meja itu keras membuat Naya terperanjat dengan suaranya yang reflek keluar lalu kembali menutup mulutnya lagi.
"KELUAR DARI SITU!!" Bentak Arjuna yang lantas membuat Naya berdiri perlahan. Ia pun menunduk merasa ketakutan dengan tatapan Arjuna tajam.
"Kau tidak melakukan pekerjaan mu ya?" ucap Arjuna dengan wajah yang sangat dekat.
"Tidak... Bukan begitu tuan, aku benar-benar mencuci pakaian Anda sebanyak sepuluh kali, hanya saja aku tidak mungkin menunggu pakaian itu sampai kering" ucap Naya yang masih tertunduk.
"Itu tandanya kau melakukan hukuman mu setengah-setengah!" Seru Arjuna.
"Sa...saya minta maaf Tuan"
"Apa kau mau aku menggaji mu juga setengah-setengah?" ucap Arjuna yang di balas gelengan kepala Naya.
"tidak tuan, jangan lakukan itu" ucap Naya.
"Kalau begitu aku akan memberi hukuman baru pada mu" Ucap Juna yang lantas menarik tangan Naya dan membawanya ke lobby.
"Kau lihat tanaman hias itu?" ucap Arjuna yang tengah menunjuk kearah pohon daun maple hias di sudut ruangan tersebut dan di balas dengan anggukan kepala Naya.
"Lap, Semua daun-daun itu satu persatu." Titah Juna, membuat mata Naya melebar. Pasalnya pohon hias itu sangat besar dan tinggi, serta daunnya pun sangat banyak. Naya menoleh kearah Juna dan menelungkupkan kedua telapak tangannya.
"Tuan, apa tidak ada hukuman lain, pohon itu sangat besar, dan debunya pasti banyak sekali bagaimana bisa aku membersihkan itu?" ucap Naya mengiba.
"Hmmmm baik lah kalau begitu enyah saja dari kantor ini jika kau tidak mau." tukas Arjuna dingin.
"Aahhh baiklah Tuan, akan Naya kerjakan." ucapnya yang lantas berlari, melihat Naya pergi kearah lain ia pun menarik kerah bagian belakang baju Naya.
"Kau mau kemana?" Tanya Arjuna.
"Aku harus meletakan sweater dan tas ku ini Tuan, juga mengambil kain lap nya." ucap Naya yang lantas membuat Arjuna melepaskan kerah Naya dan Naya pun masuk kedalam lift.
"benar-benar OG yang bodoh!" Gumamnya sembari tersenyum sinis. Ia pun melenggang pergi menuju lift dan kembali ke ruangannya.
****
Raihan dan Dodit baru saja tiba, Raihan tercengang saat melihat Naya sedang berada di dekat tanaman hias itu, dan segera mendekatinya.
"Naya kau sedang apa?" tanya Raihan.
"Menjalankan hukuman, apa lagi," Ucap Naya.
"Hukuman?" tanya Raihan.
"Iya, kau bilang Tuan Arjuna sangat sibuk sampai-sampai ia tidak ada waktu untuk mengawasi ku. Apa? Dia malah sudah ada di gudang itu lebih pagi dari pada aku." ucap Naya "dan sekarang ia malah memberi ku hukuman untuk mengelap satu persatu daun ini." Lanjut Naya yang lantas membuat Dodit terus kekeh.
"Naya? Kau pasti sedang di kerjai oleh CEO itu, hahaha." ucap Dodit membuat Raihan menyikut Dodit.
"Naya? Tidak ada pekerja di sini yang mengelap satu persatu daun pada tanaman hias ini, sudah hentikan saja pekerjaan konyol ini." Ucap Raihan.
Tiiiiiiiiiinnngggg pintu lift terbuka, ia melihat Arjuna dan asisten pribadinya juga sekertarisnya keluar, Arjuna menoleh kearah Naya dengan tatapan tajam dan mengisyaratkan i'm watching you dengan kedua jarinya lalu kembali melenggang keluar, Naya yang hanya menelan ludah itu langsung melanjutkan pekerjaannya.
"Sudah lah Raihan kau ke ruangan kerja mu saja sana, Dodit bawa Raihan sana jangan ganggu pekerjaan ku." ucap Naya yang langsung dijalani oleh Dodit dengan menarik tangan Raihan.
Benar-benar melelahkan Naya membersikan daun-daun itu dengan waktu yang cukup lama membuat kakinya merasa pegal ia pun mengusap peluhnya dan tersenyum karena pekerjaan sudah selesai, saat ia ingin kembali ke pantry ia melihat seorang wanita yang sangat cantik dengan pakaian yang modis, rambutnya yang menggelombang dengan postur tubuh tinggi yang sangat sempurna masuk kedalam lift bersama seorang pria paruh baya.
"Wanita itu sangat cantik" Gumam Naya, ya Lifia memang sangat cantik bahkan Naya pun sangat mengagumi kecantikannya.
Naya menggeleng cepat dan bergegas kembali ke pantry nya, disana ada beberapa OB dan OG yang sedang mengobrol.
"Selamat siang?" Sapa Naya karena jam sudah menunjukan pukul sebelas siang, mereka pun menyambut Naya dengan ramah.
"Naya? Kau pasti lelah sekali ya melakukan pekerjaan itu" Ucap Marwah sembari mengulurkan segelas air.
"Terimakasih mbak" ucap Naya yang lantas menerimanya dan meminumnya.
"Ya sudah kau istrahat dulu ya, kami harus lanjut bekerja" ucap yang lain yang di balas dengan anggukan kepala Naya yang masih menenggak minuman sembari duduk.
Di ruangan kerja Arjuna...
Ia yang baru saja menyelesaikan meetingnya pun langsung membuka pintu ruangannya yang seketika membuat raut wajahnya berubah saat mendapati Lifia disana yang tengah tersenyum ke arahnya, matanya pun beralih pandang pada pamannya yang lantas membuatnya langsung menghampiri dan mengecup punggung tangan pamannya itu.
"Om? Ada apa? Tumben sekali om Rudy kemari?" tanya Arjuna.
"Duduk dulu keponakan ku" ucap Omnya itu.
"Tunggu sebentar, biar aku memanggil OB untuk membawakan minuman kesini" ucap Arjuna yang membuat pamannya itu mengangguk, Lifia pun tersenyum kepada om Arjuna itu.
Setelah menelfon Arjuna pun duduk di bangkunya menghadap omnya itu membuat Lifia pindah kesebelahnya.
"Hey, kau sudah benar duduk di sana" Seru Arjuna yang memang sangat tidak menyukai sikap centil Lifia.
"Tidak mau, aku tetap ingin duduk di sebelah mu" ucap Lifia.
"Serah kau saja lah" Balas Arjuna malas.
"Juna? Berapa usia mu sekarang?" tanya omnya itu.
"Kenapa tiba-tiba tanya umur?" tanya Arjuna.
"Katakan saja" Seru om nya itu
"35" Jawabnya singkat.
"Kau sudah seharusnya menikah kan?" tanya om nya itu.
"Om ini kenapa sih? Aku sedang tidak ingin membahas hal itu" ucap Juna.
"Arjuna Dirgantara! Bisakah kau mendengarkan ku sebentar?" Ucap omnya itu yang lantas membuat Arjuna mendengus sebal.
"Kau itu sudah sangat matang untuk menikah, dan lagi ada perjanjian antara mendiang ayah mu dan ayahnya Lifia" ucap pamannya itu membuat Arjuna tersentak.
"Perjanjian? Perjanjian apa?" tanya Arjuna.
"Sebenarnya, kau itu di jodohkan dengan Lifia, namun karena ayahmu tidak ingin memaksa mu untuk menikah muda, ia memberi kesempatan pada mu untuk memilih pasangan mu sampai batas usia mu yang ke 35 tahun" Tutur pamannya itu.
"Ma... Maksud om?" Arjuna tidak mengerti.
"Arjuna? Maksud paman mu itu? Karena kau sampai detik ini belum memiliki ku calon istri? Itu tandanya kau harus menerima perjodohan antara aku dan kau" Ucap Lifia yang lantas membuat Arjuna beranjak.
"Ini tidak adil om, aku tidak pernah mendengar perjanjian itu sebelumnya, kau pasti di bohongi oleh wanita ular ini" Ucap Arjuna.
"Juna? Sebenarnya om mendengar percakapan itu saat kita tengah liburan. yang pada saat itu kalian berdua masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, kami bertiga mengobrol hal itu saat tengah bermain golf, om tidak tau kalau Lifia pun mendengar itu juga dan mengingatnya sampai sekarang" Ucap Pamannya itu membuat Lifia tersenyum lalu meraih lengan Arjuna.
"Terima saja Arjuna, lagi pula kau kan memang tidak memiliki kekasih" ucap Lifia membuat Arjuna mendorong tubuh Lifia.
"Tidak usah sok tau kau? Siapa bilang aku tidak memiliki kekasih?" ucap Juna yang lantas membuat Lifia membulatkan matanya.
"Tidak mungkin! Kau pasti berbohong!" Seru Lifia tidak percaya.
"Oh ya? Kau sudah memiliki kekasih? Siapa dia?" Ucap pamannya itu yang terlihat senang, sebenarnya ia lebih suka Arjuna dengan wanita lain ketimbang dengan Lifia, sikap arogan Lifia sangat tidak di sukai pamannya itu.
"Om Rudy dia pasti berbohong itu tidak mungkin om, aku yakin Arjuna tidak memiliki kekasih" Seru Lifia.
"Hey, memangnya jika aku berpacaran dengan seorang gadis? aku harus memberitahukan hubungan ku itu dengan khalayak ramai?" ucap Arjuna tersenyum sinis.
"Tidak! Aku tidak percaya, kalau begitu? Coba hubungi kekasih mu sekarang juga, telfon dia aku mau dengar suaranya" Ucap Lifia membuat Arjuna bungkam.
"Haah benar kan kau pasti berbohong" Ucap Lifia.
"Aku tidak berbohong!!"
"Kalau begitu hubungi dia sekarang!!" Seru Lifia lantang.
Tokk toookk toookk suara ketukan pintu memecah ketegangan disana, Naya pun masuk dan membungkuk sejenak, melihat Naya Arjuna pun memilih jalan pintas.
'Aku tau ini hal konyol, namun aku tidak ingin menikahi wanita ular seperti Lifia' gumamnya dalam Hati.
"Naya... Naya lah calon istri ku!" Seru Arjuna sembari menunjuk kearah Naya praaaaaaaangg Naya menjatuhkan nampan tersebut saat Arjuna menunjuk Naya sebagai calon istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kiss me💋
y
2022-10-07
0
DamarWulan
keren ceritanya, jangan lupa mampir di novelku kak, my best partner. terimakasi
2022-07-18
0
Yunerty Blessa
bisa² Naya kena serangan jantung 🤣🤣
2022-07-13
0