Pagi berselang, mata Naya mulai terbuka saat mendengar suara Adzan di masjid dekat rumah sakit tersebut, ia mengusap matanya yang sedikit sepat dan beranjak dari kursi panjang di depan ruangan ICU tersebut, ia menatap kearah ranjang neneknya dari balik jendela kaca ya g bertuliskan ICU tersebut.
Air matanya kembali menetes, saat ia mengingat kalau neneknya harus di operasi hari ini juga. Naya berusaha keras, berfikir. Bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan uang hari itu juga, ia pun teringat akan Raihan. dan memutuskan untuk meminta bantuan pada Raihan saja, saat langit sudah mulai terang.
–––
Di rumah Raihan...
Dengan sedikit ragu ia berdiri di depan pintu rumah Raihan yang masih tertutup itu, tangan Naya terangkat berniat ingin mengetuk pintu tersebut, namun pintu malah justru sudah terbuka.
"Naya, Kau disini?" tanya Ibunya Raihan yang tengah menatapnya sinis.
"Iya bu manda, Naya ingin bertemu Raihan."
"Raihan tidak ada!" Ucapnya ketus, sembari menutup kembali pintunya keras sehingga membuat Naya sedikit tersentak. Ia menunduk tak bisa berbuat apa-apa selain mengusap air matanya yang terjatuh.
"Naya?" Seru Raihan dari belakang yang lantas membuat Naya menoleh kearahnya.
"Raihan?" senyum Naya mengembang, dia merasa senang ketika melihat pria itu sudah berdiri disana.
"Naya ada apa?? Bagaimana keadaan Nenek?" tanya Raihan. seraya berjalan mendekati Naya.
"Nenek ku harus di operasi Raihan, sedangkan aku tidak ada uang, aku tidak tahu lagi harus bagaimana?"
"Naya, Katakan saja berapa? aku akan berusaha membantu mu membayar biaya rumah sakit dan operasi nenek mu." Ucap Raihan. bagaikan angin segar, Naya pun merasa senang saat mendengar Raihan akan membantunya. hingga dia pun hendak menyebutkan nominalnya.
"Tidak bisa!!" Seru ibunya yang saat itu langsung keluar dan berdiri di depan pintu sembari berkacak pinggang. sehingga membuat Naya urung membuka suaranya. ibu Manda semakin mendekati gadis itu. "Hey Naya! Kau itu benar-benar wanita tidak tau diri ya?? Bisa-bisanya kau mengemis pada Raihan untuk membiayai rumah sakit nenek mu? Memangnya Raihan itu siapa? Kita ini hanya bertetangga, tidak ada hubungan darah, jadi untuk apa kau meminta uang pada Raihan!!!" Bentak ibunya Raihan.
Naya menelungkup kan kedua tangannya di depan dada, memohon. "Bu Manda, aku mohon maaf karena sudah merepotkan Raihan. tapi Naya benar-benar butuh uang. Aku berjanji, akan mengganti semuanya, setelah nenek sembuh."
"Bayar pakai apa!! Kain lap mu? Kau itu hanya OG, mau di cicil pun tidak akan pernah lunas!"
"Ibu hentikan! Yang mau membantu Naya itu Raihan bukan ibu, lagi pula ini juga uang Raihan" Seru Raihan.
"Raihan! Ibu mau bertanya pada mu, Siapa yang membiayai mu sekolah hingga ke Perguruan tinggi dan kau bisa bekerja kantoran seperti saat ini hah! Ibu kan? tetap saja uang yang kau miliki itu ada pada wewenang ibu, jadi kau harus menerima izin dari ibu terlebih dahulu, sebelum menggunakan uang itu. dan ibu pun tidak akan memberikan izin jika uang itu KAU SERAHKAN PADA NAYA!!"
"Ibu!" Seru Raihan.
"Sudahlah Raihan, tidak apa-apa." Ucap Naya
"tapi?"
"sungguh Raihan, tidak apa-apa. maaf ya, aku sudah membuat keributan pagi-pagi. aku permisi Raihan, Bu Manda." Naya tersenyum getir, lalu melangkah lunglai, pergi dari sana.
"Lihat tampangnya yang sok memelas itu? Benar-benar wanita rubah, ibu yakin dia itu seperti itu saat sedang butuh, dan ketika sudah tidak butuh lagi pasti akan mendepak mu, Rai." Tuturnya kepada Raihan, sedangkan Raihan tidak peduli dengan ucapan ibunya itu. Ia masih menatap kearah Naya yang sudah mulai menjauh.
'Naya tenang saja, aku akan mendatangi bank untuk mengambil uang ku untuk menolong mu, walau tanpa sepengetahuan ibu.' batin Raihan.
.
.
.
Naya terus berjalan lunglai ia tidak tau lagi harus mencari uang kemana, kini langkahnya terhenti di depan gang di sebuah jalan raya.
Disisi lain...
sebuah mobil mewah, sudah memasuki kawasan padat penduduk. ya... Arjuna masih berusaha mencari Alamat Naya, dengan mobil sport nya.
"Benar tidak ya? Tapi sepertinya gang disini sempit semua." Tuturnya. matanya menyipit saat mendapati wanita yang di sinyalir adalah Naya, ia memelankan laju mobilnya, semakin dekat ia pun semakin yakin bahwa itu Nayaka si OG itu, bibir Arjuna tersungging.
"akhirnya, Ketemu juga kau tikus kecil." Gumamnya. Sesaat laju mobilnya terhenti ketika ada dua orang berada di dekat Nayaka namun dua pria itu sedikit kasar dan bahkan hendak menyeret Naya paksa, tanpa buang waktu Arjuna pun keluar dari mobilnya dan menghampiri mereka.
"Ada apa ini?" tanya Arjuna, yang seketika membuat Naya tidak percaya bahwa ada bosnya itu.
"Hey Tuan, anda tidak usah ikut campur. ini adalah urusan kami."
"Cepat ikut kami." seru pria itu yang lantas menarik tangan Naya namun di tepis oleh Arjuna.
"Hey, katakan saja dengan baik-baik tanpa memaksanya seperti ini kan?" Ucap Arjuna.
"Dia itu berhutang pada bos kami. jumlahnya sampai ratusan juta, memangnya Anda mau membayarnya?"
"Bang! Hutang ku tidak sampai segitu, sudah ku bilang jangan memeras ku!" Seru Naya.
"Wanita ini ya?" Tangan pria itu terangkat hendak menampar Naya namun di tahan oleh Arjuna.
"Ku bilang jangan kasar padanya!" pekik Arjuna dengan tatapan yang terlihat menakutkan "aku akan membayarnya." Ucap Arjuna yang lantas melangkah menuju mobilnya.
"Berapa nominalnya?" tanya Arjuna santai.
"150 juta."
"Tidak Tuan, hutang ku hanya Sepuluh Juta, kau jangan mengarangnya ya."
"Sudah ku tulis dalam cek ini, kasihkan pada bos mu itu, hutang Nayaka sudah lunas." Ucap Arjuna, memotong kata-kata Naya tadi sembari mengulurkan selembar cek tersebut, mata Naya melebar saat preman itu meraihnya dan melenggang pergi.
Naya menoleh kearah Arjuna dengan sedikit tertunduk.
"Terimakasih tuan Arjuna sudah membantu ku." Ucap Naya.
"Membantu? Siapa bilang, Kau itu masih berhutang Naya namun kali ini dengan ku." Ucap Arjuna.
"Aku tau itu tuan, aku akan mencicil nya"
"Apa?" Arjuna tertawa, ia pun melepas kacamata hitamnya dan sedikit membungkuk menatap kearah Naya.
"Haduh, Naya, Bagaimana kau mau mencicil nya? Mau dibuat berapa tahun? Aku tidak butuh receh Naya." Ucap Arjuna.
"Kecuali jika kau mau menerima tawaran yang semalam, baru ku anggap Lunas, ya walaupun aku tetap rugi." Ucap Arjuna.
"Tuan aku akan tetap mencicil nya tanpa menjalani nikah kontrak dengan mu." Seru Naya yang lantas melenggang pergi, menyetop Angkutan umum itu.
"Ck... Dasar tikus jalanan, Sudah di bantu masih bisa menggigit, tapi aku masih belum menyerah aku harus tetap mengejarnya." gumam Arjuna yang kembali menaiki mobilnya dan mengikuti angkutan umum tersebut.
Sesampainya di depan gerbang sebuah rumah sakit, Naya turun dari angkutan umum tersebut dan berjalan cepat.
Arjuna masih mengikuti, dan masuk kerumah sakit tersebut, walau ia sudah kehilangan jejak, namun tidak susah mencari Naya karena wanita itu sudah terlihat tengah berbicara dengan seorang perawat.
Arjuna mendengarkan percakapan mereka diam-diam di depan ruangan ICU tersebut, dari percakapan tersebut Arjuna tau kalau Naya sedang kesulitan dalam pembayaran operasi neneknya itu, bibirnya tersungging karena dari sanalah gerbang untuk mendapatkan Naya sudah terbuka lebar, saat perawat itu mulai meninggalkan Naya, Arjuna pun melangkah mendekati Naya.
"Kasian sekali nenek mu jika tidak di operasi dia tidak akan tertolong." Ucap Arjuna di belakang Naya hingga membuat Naya terkejut.
"Tuan, Apa yang Anda lakukan disini? Anda mengikuti saya?" tanya Naya heran.
"Itu tidak penting Naya, yang terpenting adalah biaya pengobatan Nenek mu itu, aku bisa membantu mu." Ucap Arjuna,
"Tidak tuan aku tidak mau menerima bantuan mu lagi." Ucap Naya.
"Hei lihat itu nenek mu, kau tidak kasian dengannya?" Ucap Arjuna masih terus berusaha. "Tidak usah berfikir panjang Naya, menikahlah dengan ku selama satu tahun aku akan menanggung semua biaya rumah sakit nenek mu itu, dan semua hutang mu ku anggap lunas." Ucap Arjuna, membuat Naya menoleh kearah kaca ruangan ICU itu tangannya terkepal, ia benar-benar kesal karena bosnya itu telah memanfaatkan kesusahannya itu demi keinginannya.
"Bagaimana kau bersedia kan, Nayaka?" Ucap Arjuna lagi, air mata Naya mulai menetes, ia menoleh kearah Arjuna.
"Baik... Baiklah Tuan, aku bersedia." ucap Naya berat, ia benar-benar ingin menampar wajah arogan di hadapannya itu. Terlebih saat Arjuna tersenyum licik kepadanya.
"Baiklah, ikut aku ke mobil, kau tandatangani perjanjian kontrak itu, baru ku bayar biaya rumah sakitnya dan nenek mu akan segera di operasi." Ucap Arjuna yang melangkah lebih dulu di depan Naya.
"Pria jahat itu!" Runtuk Naya sembari menghapus air matanya dan mulai berjalan mengikuti Arjuna.
Arjuna menyerahkan surat itu beserta penanya.
"Cepat tanda tangani itu." Ucap Arjuna, perlahan tangan Naya meraih pena tersebut dan mulai mengarahkan penanya keatas sebuah materai yang sudah tertempel tersebut.
"Tuan boleh saya meminta pertambahan perjanjian di atas kertas ini?" Tanya Naya
"Perjanjian apa?"
"Bahwa selama pernikahan itu berlangsung, kau tidak boleh menyentuh ku." Ucap Naya.
"Pfffffff bhahahaha" Arjuna terbahak-bahak. "Hey! Memang aku tidak punya otak apa? Kau pikir aku mau menyentuhmu? Memikirkan nya saja aku jijik, tanpa kau memintanya pun? itu tidak akan pernah ku lakukan." Seru Arjuna masih tertawa.
"Tuan, aku berkata serius, aku akan tetap menulisnya." Ucap Naya.
"Terserah kau saja lah." Ucap Arjuna, Naya pun menulisnya, lalu menandatangani surat itu dengan berat hati dan menyerahkannya pada Arjuna yang juga turut menandatangani nya dengan cepat.
"Baik semua sudah selesai, dan kau bisa kembali ke ruangan nenek mu, aku akan mengurus administrasi, ingat ya? Persiapkan dirimu bulan depan kita akan melangsungkan pernikahan itu." Ucap Arjuna sembari melenggang masuk kedalam rumah sakit tersebut.
Jujur saja Naya menyesali keputusannya namun tidak ada pilihan lain ia tidak bisa menolaknya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kiss me💋
👍
2022-11-07
0
Alvaro Alfahri
kutunggu kebucinanmu wahai Arjuna 🤭🤭
2022-07-26
0
Qing ye
ribet bgt hdup mu nay
2022-07-23
0