Beberapa menit kemudian mereka tiba di McD, usai mengantri panjang mereka memesan makanan lalu menunggu di satu meja.
"Gue tu kalau di McD selalu keinget si Icall ngerengek sama tante Ica minta kulit ayam," ujar Asya buka kartu.
"Iya bener anjirr. Gue jugaaa."
"Gue malah keinget si Azril di cubit sama tante Zia gara-gara lari sampe nabrak orang," balas Dino. Spontan, mereka tertawa. "Parah, itu mukanya Azril nahan nangis cuy!"
Mereka lanjut berbincang, mengingat-ingat tentang masa kecil yang amat memalukan dulu. "Eh btw, Cal, Din. Lu berdua kok sekolah di sana?" tanya Azril mengganti topik.
"Iyaa. Bukannya lu berdua waktu itu bilang, mau lanjut London?" tanya Asya. "Gue gak diizinin bokap, takut anaknya aneh-aneh di London," jawab Haikal.
"Gue juga. Tapi gue lebih ke takut punya adek aja sih, soalnya kata bokap kalau gue ke London beneran ntar nyokap-bokap bakal produksi lagi."
"Anjirr, produksi. Tapi kasian juga ya lu berdua, gak jadi ke Londonn," ledek Azril tertawa.
Mereka berdua menatap sinis Azril, "Padahal dia juga gak jadi ke Korea karena gak dapet restu kan, Din," kata Haikal seolah-olah sedang berghibah. "Iya, betul, songong banget dia."
"Kamprett lu berdua!!" Kini gantian mereka berdua yang tertawa. "Untung cepet kan kita, dah rame aj ni tempat," kata Asya sembari melirik kesana-kemari.
"Eh gawat cok!" kata Haikal tiba-tiba mengagetkan. Ketiganya langsung ikutan panik. "Kenapaaa?!" tanya Asya.
"Itu Alexx," bisik Haikal. Asya dan Azril melihat ke arah yang dimaksud Haikal. "Anjirr kesini lagi, pasti mau gusur kita!" bisik Haikal.
"Lu kek gini apa di sekolah?! Jabatan ketertiban, mau tertib kan Alex aja pasti takut lu!" ledek Asya. Azril mengangkat tangannya untuk bertosria. "Cemen."
"Beda cerita inii."
"Permisi, bisa pergi?" tanya Alex yang datang bersama dua temannya. "Excuse me, who are you?!" sahut Asya spontan.
"Jangan biasakan untuk seenaknya, meskipun lu orang kaya," lanjut Asya. Alex dan kedua temannya tersenyum remeh. "Gak usah banyak omong, mending pergi sebelum gue permalukan."
Asya menatap pria ini. "Oh ya? Sebaiknya lu aja deh yang pergi, karena gue juga bisa mempermalukan lu di sini sekarang."
"Cih, udah miskin belagu banget." Asya berdiri lalu membelakangi orang ini. Tiba-tiba kakinya terulur ke belakang menendang perut Alex. Kakinya mendarat sempurna, Alex terjatuh.
"Kaya atau miskin. Lu balik ke hadapan Tuhan juga cuma sama kain kafan! Jadi, yang belagu itu lu, bukan gue!" balas Asya yang menatap tajam Alex.
"Lex, lu gak apa-apa?!" tanya dua temannya. Alex bangkit. Tangannya bergerak ingin menampar pipi Asya, tapi untungnya tertahan. "Sejak kapan lu kasar sama cewek?" tanya pria yang baru datang di sebelahnya. Pria itu yang menahan tangan Alex.
"Bukan urusan lu!" Alex menarik tangannya hingga terlepas dari cengkraman. "Jangan-jangan... Lu emang selalu kasar kayak gini ya sama Adinda? Ah.. kayaknya iya begitu. Gue pernah liat Adinda tangannya lebam. Ulah lu, kan?!"
"Perlu gue panggil polisi sekarang?" Pria itu mengambil ponselnya. "Gak usah ikut campur, Arsen!!"
"Taii. Pergi lu dari sini! Jangan gunakan kekuasaan lu seenaknya, sampah!" bentak Arsen kencang. Alex sedikit malu karena jadi pusat perhatian, ia memilih untuk mengalah hari ini.
"Haikal, Dino, lu berdua tunggu pembalasan gue besok!" Alex langsung pergi bersama dua ajudannya. "Pergi ya pergi aja! Gak usah ngancem orang, setan!" teriak Arsen.
Setelah Alex menjauh, Arsen melihat ke arah Asya, Azril, Dino, dan Haikal. Mereka sudah kembali makan dengan santai. "Lu gakpapa?" tanya Arsen pada Asya sambil memegang bahunya. Asya mengambil tangan Arsen dari bahunya lalu ingin mematahkan tulangnya.
Tapi Arsen mengubahnya jadi genggaman. "Iya tau gue ganteng, gak usah gini juga dong," kata Arsen menggoda.
"Najis!" Asya menarik tangannya.
"Gue gak kenal lu! Pergi lu darisini!!"
"Gue gak boleh gabung gitu?" tanya Arsen.
"Boleh dah, duduk aja."
"Zril!!!"
"Ini bukan meja lu, Sya. Kalau orang semacam Alex tadi lu usir bagus. Tapi kalau dia ly usir, itu sama aja sifat lu mirip sama si Alex," ceramah Azril. "Serah dah!"
"Kalian... pacaran?" tanya Arsen ragu-ragu.
"Bukan," jawab keduanya lalu lanjut makan. Arsen mengangguk-angguk dengan senyuman, "Alhamdulillah."
"Lu siapa sih?! Sok kenal banget."
"Asyaa..?"
"Salah lagi? Au ah terserah!" Asya beranjak. Tangannya yang ditahan Arsen membuat Asya tidak jadi pergi. "Lu mau kemana?"
"Bukan urusan lu!"
"Makan lu belum siap. Gue ganggu banget kali ya? Oke okee, gue yang pergi. Lanjutin makan lu ya, ntar kita lanjut kenalannya kalau ketemu lagi. See u!" Arsen pergi, Asya berbalik dan kembali duduk. "Ogah juga gue ketemu berandal kek lu."
"Jangan ketus-ketus amat deh, Sya. Siapa tau itu jodoh lu," kata Dino meledek. "Najis!" Mereka tertawa.
"Btw, itu sekelas sama lu."
"Hah?! Ahh, siall."
...----------------...
Asya, Dino, Haikal, dan Azril kembali ke rumah minimalis bercat abu-abu yang bakal ditempati twins tiga tahun ke depan. Ketika sampe rumah, di depan pintu sudah ada dua pria yang jongkok. Sepertinya mereka berdua menunggu Asya dan yang lain pulang.
Setelah mengunci pintu pagar, Asya, Azril, Dino, dan Haikal menghampiri pria itu. "Siapa?" tanya Asya. Mereka berdua berdiri lalu menatap Asya. "Susuruprizzz!"
"Caka? Apin?" tanya Asya.
"Halooo." Asya langsung memeluk mereka berdua secara bergantian. Dino, Haikal, san Azril juga pelukan ala-ala cowok. "Buset dahh, lu pada kok di sini anjirr?" tanya Dino.
"Bokap nyuruh pindah sekolah, ya gue cuma bisa mengangguk-anggukkan kepala seraya berkata iya," kata pria bernama Alvin. "Masih sok-sok dramatis ya ini anak!!" cibir Azril mengundang gelak tawa Alvin.
"Ini dingin btw, buka dong pintunyaaa."
"Sabaarrr!" Asya menatap sinis Haikal lalu menggeser mereka. Karena Asya juga kedinginan Asya dengan segera membuka pintunya. Begitu terbuka, mereka pun langsung nyelonong masuk.
'Emang gak ada akhlak' batin Asya.
"Gak sesempit yang gue pikirkan yaa," komentar Shaka setelah masuk ruangan. "Lu berdua nginep di sini?" tanya Shaka pada Dino dan Haikal. Keduanya berdehem.
"Mau minum ambil sendiri yee!" Asya pergi ke kamar mau ganti baju tidur. "Woi, gak sopaannn. Kami tamu lahh!" teriak Alvin.
"Tamu tak diundang!!"
"Ah tu anak, gak ada berubahnya. Deket kurang ajar, jauh kangen-kangenan."
...----------------...
"Woy perusuh! Lu pada nginep jugaa?" tanya Asya yang baru turun dengan baju tidurnya dia turun tangga sambil memainkan sosial media.
Di alihkan pandangannya pada para cowok itu. Betapa terkejutnya Asya melihat rumahnya sekarang yang super duper berantakannn!!
Wah benar-benar berserak. Sampah di mana-mana dan bekas kaleng minuman juga ydah sampe ke pintu dapur. Asya mendengus kesal. "Gila lu pada?! Bersihin woii!!" protes Asya.
"Iyaa ntar kita bersihin. Santai aja, cil," jawab Alvin yang lagi mainin ponselnya. "Cil, cil, pale luuu."
Asya dikacangin. Mereka itu lagi battle game online. Azril dan Haikal melawan Dino, Alvin dan Shaka.
"Ih nanti kapan inii?! Buruan woi!!"
"Berisik bawel," kata Azril. Asya menghampirinya lalu membekap dengan bantal. Azril cengap-cengap dan berpura-pura mati. "Zrill? Azril? Mati lu? Yakaliii lu mati konyol kek gini."
"Doain mati ni manusia gak ada akhlak," cibir Dino pada Asya. Asya nyengir. "Cara hidupkannya lagi gampang. Gini tutornya," Shaka langsung menyentil kuat jidat Azril.
"Sakit ooonn!" kata Azril terbangun.
"Ahahahahaha, mamposss!"
"Gue tu antara seneng sama gak seneng punya kalian," kata Asya sambil melipat tangan di dada.
"Senangnya kenapa?" tanya Shaka.
"Gak senangnya kenapa?" tanya Dino juga. Mereka masih bermain game. "Senangnya itu, gue dijagain gitu kan. Jadi kayak ratu di tengah prajurit. Gak senangnya, ya gini. Kalau ngumpul gue jadi babu," jawab Asya.
Mereka tertawa lagi. Asya menggusur kaki Alvin yang selonjoran lalu duduk di tengah-tengah. "Eh iya, Azril. Lu bilang tante Ica jadi guru wali kelas lu, kan? Masa iya?" tanya Asya.
"Iyaa, Syaa. Tanya si Ical sama Dindin kalau gak percaya. Gue juga sekelas sama mereka bedua," jawab Azril.
"Betul begituu? Sejak kapann?"
"Sejak minggu lalu, bokap gue bilang cuma sebulan doang sih, tapi ntahlah," jawab Haikal.
"Bisa gitu ya?!" tanya Alvin heran.
"Oh jelass."
"Jackpot!! Kami menang yuhu!!" kata Azril heboh dengan ekspresi sangat senang. "Cemen lu bertigaa." Shaka, Dino dan Alvin menatap mereka sinis. Azril mengabaikannya dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman kaleng dingin.
Cemilan dan minuman kaleng yang dibawa daddy serta mommy-nya kemaren habis dalam satu malam karena keempat tamu mereka yang datang. "By the way, lo berdua kok di sini?" tanya Azril setelah kembali.
"Balik cuma dua hari coy, lusa gue balik lagi ke Paris," kata Shaka. "Lu, Pin?" tanya Asya.
"Besok sore balik ke Swiss."
"Bacotnya kesini pindah sekolah," cibir Haikal.
"Tau sendiri noh si Apin master sok dramatis. Si paling dramatis lahh," ledek Dino membuat tertawa. "Gue yakin nih, kalian berdua kesini karena rindu sama gue kan" kata Asya.
"Percaya diri itu bagus, tapi kepedean itu nggakkk!" Shaka langsung meletakkan telapak tangannya di muka Asya. Asya memaksa lepas lalu menatap kesal Shaka, "Akhlak lu ketinggalan di Paris ya?"
"Hahahaha!"
"Hmm. Gue pengen pindah boleh gak sih?" tanya Asya mengalihkan pembicaraan. "Pindah sekolah apa gimana?" tanya Shaka.
"Pindah kelas. Lu tau, gue ambil IPA biar gak nemu banyak cowok. Tapi inii, gue di IPA 1 malah isinya mayoritas cowok. Mana ceweknya cuma empat lagi," curhat Asya.
"Lu mau pindah di kelas berapa? IPA 2 atau IPA 3? Mending gak usah! IPA 2 sama IPA 3 tu parah banget. Kebanyakan sok gitu manusianya, lebih parah. Anggota keseringan masuk bk," kata Haikal.
"Pindah IPA 4 dehh."
"Lu gak diterima!! IPA 4 udah penuh," sahut Alvin.
"Ih anjirr lu ya!!"
"Hahahaha! Kecian bocill."
^^^Revisi—^^^
^^^September, 2022.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Hana
Enak banget punya temen ramee gitu🤌🏻
2021-04-20
0
Rini Selgina
lanjut dong
2020-11-21
1
un_tary
kok jadi pengen kayak asya ya? udah kaya, punya temen temen kek mereka, coba aja kalo gue jadi dia, nggak pernah sedih gara gara diputusin doi, sumpah.
semangat thor, semoga sehat selalu supaya bisa up terus
2020-11-20
11