"Asyaa"
"Ehhh taraaa, astaga gue lupa"
"Gak apa apa, tadi ada Dino"
"Terus pake baju siapa?"
"Viona"
"Lo kenapa pake baju olahraga? Belom upacara. Emang hari ini ada jam olahraga?" tanya Arsen.
"Dia abis di bully sama Meli di toilet" jawab Asya.
"Serius? Demi apa?"
"Demi kodok yang hidup di otak lo"
"Laknattt" Asya tertawa.
"Ayok balik ke kelas, ada razia" ajak Tara.
"Ayok sen"
"Lo aja deh" jawab Arsen.
"Ayook ketuaaaa" Asya menarik Arsen. Mereka ke kelas bersama.
~•
"Sya, tarik tangan gue aja nih dari pada dasi. Gue capek bungkuk" keluh Arsen.
"Ogah" jawab Asya cengengesan.
Mereka tiba di kelas. Asya melepas tarikan dasinya lalu masuk santai karena di dalam sudah ada anggota polisi.
Polisi lagi? Sekolah mereka memang suka sama polisi atau gimana?
"Lepas headphone letak di depan" suruh salah satu polisi bernama Yuda.
"Gak ada larangan bawa headphone pak" jawab Asya yang masih di depan pintu.
"Letak sekarang!!!" bentaknya.
"Pak, saya tiap ketemu guru bawa headphone gak ada masalah. Kenapa bapak mempermasalahkan hal ini?!" tanya Asya kesal.
"Kamu yang lepas atau saya yang lepas?! Letak atau saya patahkan?!"
"Buat apai di lepas? Gak ada larangan tentang headphone di sekolah ini. Biarkan dia pakai headphonenya" ujar seseorang dibelakang Asya.
Asya maju lima langkah lalu berbalik.
"Pak Pojik?"
Sebenarnya polisi ini adalah Fauzi, Asya membuat variasi namanya menjadi Pojik.
Fauzi tersenyum manis lalu berjalan menuju ke dekat Asya.
"Pojik? Panggilan apa itu?"
"Dan apa tadi? Pak? Saya setua itu?"
Fauzi berbisik. Asya tersenyum. Dia berjinjit dan juga mendekat ke Fauzi untuk berbisik.
"Pojik panggilan saya untuk anda"
"Tua? Sepertinya anda memang sudah tua"
Setelahnya Asya menjauh sambil senyum mengejek. Fauzi menatapnya kesal. Asya cengengesan.
Semua orang memperhatikan interaksi antara Fauzi dan Asya. Termasuk Arsen. Mukanya memancarkan aura tidak suka saat melihat Asya bersama dengan Fauzi.
"Kamu balik ke tempat" Asya membungkuk sekilas lalu pergi ke tempat duduknya.
"Mulai razia" suruh Fauzi pada rekannya. Mereka mulai menggeledah satu persatu tas siswa-siswi kelas sepuluh IPA 1.
Saat para rekannya sedang menggeledah, Fauzi hanya diam di depan.
"Apa ini?" tanya salah satu polisi saat menggeledah tas Asya. Dia tidak mengeluarkan isinya.
"Apa pak?" tanya Asya. Asya memutar tasnya. Dia terkejut, dia juga tidak memegang benda itu.
"Kenapa?" tanya Fauzi mendekat. Rekan Fauzi memperlihatkan isinya.
"Rokok? Kamu merokok?" tanya Fauzi.
"Saya tidak merokok pak! Duduk disebelah orang yang merokok aja saya sesak" jawab Asya.
"Lalu? Ini?" tanya rekan Fauzi, Yuda.
"Anda memang suka cari ribut sama saya ya?" tanya Asya menatap sinis Yuda sambil berdiri dari duduknya.
"Nggak usah cari ribut sama polisi!" Racksa menarik tangan Asya.
"Kalau kamu tidak merokok, untuk apa ini ada disini?!" tanya Yuda.
"Jujur aja deh sya, tas itu dari tadi lo bawakan kemana-mana?" tanya Meli dengan senyum penuh arti.
Asya mencoba mengingat sesuatu. Dan dia teringat kalau melepas tas saat di kamar mandi.
Asya tertawa. Semua menatapnya heran.
"Lo gila?" tanya Racksa.
"Sembarangan"
"Pak polisi yang terhormat, saya difitnah!" ujar Asya.
"Di fitnah maksud kamu?" tanya rekan Fauzi.
"Saya cerita ni pak, jangan dipotong atau di jeda"
"Jadi, tadi pagi saya datang ke sekolah tapi gak langsung masuk ke kelas. Saya ke kantin buat beli asupan nutrisi saya. Di jalan dekat toilet, saya dengar ada orang lagi nangis, saya samperin"
"Orang itu ternyata temen saya pak, bahkan sahabat saya pak. Kondisinya buruk pak saat saya lihat, rambutnya berantakan, bajunya basah kebes dan dia kedinginan"
"Saya mau bantu dia pak, saya letak tas saya di wastafel kamar mandi lalu buka baju seragam saya. Ni bapak liat saya pake baju apa? Baju putih polos kan pak, baju saya masih sama sahabat saya pak"
"Nah bapak bisa mikir gak? Tas saya terbiarkan gitu aja di wastafel, terus pas saya pergi komplotan tukang bully itu senyum sinis gitu. Berarti kan ada udang di balik batu pak"
"Bukti?" tanya Yuda.
"Ya toyba"
"Bapak liat tu mukanya yang buli, udah gelisahh" kata Asya.
"Yang dibully siapa yang bully siapa?" tanya Fauzi.
"Yang dibully Tara yang ngebully..." Asya melihat ke Meli sambil senyum sinis. Fauzi dan yang lain mengikuti arah pandang Asya.
Muka Meli dan temannya memang terlihat gelisah. Meli berdiri "Lo gak usah ngefitnah sya!! Kalau emang salah gak usah bawa-bawa orang lain!!"
"Itu emang alur ceritanya!"
"Oke gini aja pak. Untuk meyakinkan bapak, bapak belum ada pegang itukan? Saya juga gak pegang. Kita sidik jari aja pak. Kalau emang saya yang bawa, saya yang beli, pasti saya pegang pak"
"Nah jika itu juga TIDAK meyakinkan bapak, kita cek cctv" kata Asya.
"Cctv di kamar mandi gak ada sya" ujar Racksa.
"Masa iya?" tanya Asya.
"Ya mana boleh cctv di kamar mandi, keintip lah semua orang kalau emang ada" jawab Irgi.
Irgi, Arif, dan Rafy memang berada di kelas Asya. Mereka bertiga teman setianya Arsen.
"Oke kalau gitu, kita pake cara sidik jari" kata Fauzi.
"Lalu bagaimana kalau ini benar ada sidik jarimu? Apa kamu mau terima konsekuensinya?"
"Kalau saya terima konsekuensinya, berarti saya salah. Tapi saya gak salah pak"
"Kalau itu benar-benar ada sidik jari saya, saya bakal cari seribu satu cara buat nyatakan kalau saya gak bersalah!!"
•↓•
09.35
"Ah !! Großer Ärger!" keluh Azril.
[ Ah !! Masalah besar! ]
"Entschuldigung! Aber ich habe es überhaupt nicht mitgebracht." balas Asya.
[ Maaf! Tapi aku tidak membawanya sama sekali ]
"It's not mine" lanjutnya.
"Then, why is it in your bag ??!" tanya Azril.
"I'm being accused! You know, I don't smoke!!" jawab Asya, Azril menghela nafas.
"Kalian berantem pake bahasa campuran ya?" tanya Racksa.
Racksa, Dino, Haikal, Tara, Azril dan Asya. Mereka berada dikantin sekarang, istirahat pertama.
Mereka diam dan memperhatikan saat Asya dan Azril adu mulut. Bukan tak mau melerai, tapi tidak tau artinya karena mereka tidak pakai bahasa Indonesia.
"Heran gue njirr. Yang pertama bahasa apa?" tanya Dino.
"Yang pertama itu Jerman, yang kedua Inggris" jawab Racksa.
"Wahh.. Asya Azril tau bahasa Jerman?" tanya Tara.
"Mereka itu darah nya campuran, bokapnya ada campuran Amerika, nyokapnya ada campuran Jerman. Keren kan?" sahut Haikal.
"Kerenn! Terus kamu tadi tau arti omongan mereka, kal?"
"Nggak sama sekali" jawab Haikal cengengesan.
"Tapi gue tau waktu mereka pake bahasa Inggris" kata Haikal.
"Intinya, mereka berdua mempermasalahkan tentang kasus barang terlarang tadi" jawab Racksa.
"Iya, smoke artinya merokok bag artinya tas. Bisa disimpulkan masalah yang tadi" sahut Haikal.
"Lah, gue kagak tau sama sekali anjib" keluh Dino.
"Lo apa coba yang tau?" tanya Haikal.
"Yang gue tau, lo cowok"
"Bangkee" Dino tertawa.
"Permisi" mereka serentak mendongak.
"Kak Fauzi?" tanya Tara.
"Bisa gabung? Saya lapar butuh asupan" tanya Fauzi.
"Belum balik ke pos pak?" tanya Dino.
"Panggil kak aja, saya gak tua-tua banget. Belum, saya masih disini"
"Silahkan duduk kak" suruh Haikal.
"Ini mereka berdua kenapa?" tanya Fauzi.
"Tengkar, adu mulut" jawab Racksa.
"Masalah tadi?" Mereka mengangguk.
"Saya yakin itu bukan salahnya Asya. Kita tunggu saja hasil sidik jari" kata Fauzi.
"Ahh.. senin tu hari kesialan!!" Azril dan Asya meletakkan kepalanya di meja.
"Memang, kalian berdua kena sial tiap hari Senin" kata Dino.
Hening tiga menit.
"Tara, kamu kenapa gak bilang di bully disekolah?!" tanya Fauzi.
"Ah.. itu.. em.. maaf"
"Lain kali lapor sama kakak kalau ada apa-apa! Paham?!" Tara mengangguk.
Drrrttt... Drrtt..
Ponsel Fauzi bunyi.
📞 "Lu dimana ji?"
^^^"Kantin, kenapa?"^^^
📞 "Ada cewek yang itu?"
^^^"Hm"^^^
📞 "Ajakin ke ruangan pak Jarwo, hasil sidik jari udah keluar"
Fauzi langsung mematikan teleponnya.
"Hasil sidik jari udah keluar, ayok cek" Asya dan Azril bangkit lalu pergi duluan.
"Lah kan belum di bilang dimana" ujar Dino. Mereka berdua serentak berbalik.
"Dimana kak?"
Fauzi tertawa, "Ruang pak Jarwo"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
rhmii-hiat
aku tidak tahu harus ngapain☺️
betewe si kai sungguh meresahkan ya bund
and betewe lanjutt, semangat!!
2020-12-07
3
Callysta
arsya arsen aja deh wkwk😂
2020-12-07
3
RisNa08
lanjut thorr
2020-12-06
0