"AZRILLLLL BANGUNNN!!"
Tok! Tok! Tok!
"Azril laknattt bangun woi!!" teriak Asya untuk kesekian kalinya.
Sudah sepuluh menit membangunkan Azril namun Asya tidak mendapatkan balasan apapun dari dalam kamar Azril. "Zril!! Ayolahhhhh, lu kenapa kebo banget si?! Ganteng-ganteng kok kebo!!"
"AZRILLL!!! Gue dobrak yeee!" Asya berancang-ancang mendobrak pintu. Ketika sedikit lagi mengenai pintu.
Bruk!
Azril membuka pintu, Asya pun terjatuh. Azril terkekeh melihatnya. "Aaaah, sakitt. Gila lu yaa!! Bukannya bantu malah ketawaa," omel Asya penuh kekesalan.
"Lu nya gak sabar, gue mah udah bangun dari tadi. Baru siap mandi nih," jawab Azril sambil membantu Asya berdiri.
Asya memperhatikan Azril sambil berkacak pinggang. Azril memakai celana pendek, baju kaos tanpa lengan, dan rambutnya sedikit berantakan.
"Kedip!! Gue tau gue ganteng."
"Dih narsiss!" Azril cengengesan.
"Buruan siap-siap lu, hari ni sekolahh."
"Iyaaa-iyaaa." Asya kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Dia sudah mandi tadi, sebelum sholat subuh.
Beberapa menit kemudian, Asya keluar dari kamarnya mengenakan baju putih dan rok abu-abu. Ia menenteng sepatu berwarna hitam, dan ada tas di pundaknya. Asya juga memakai jam merk ternama yang dibelikan daddy-nya beberapa minggu lalu.
Asya membiarkan rambutnya tergerai kali ini, ia terlihat begitu cantik menyerupai sang mommy. Sebagai anak kembar, Asya dan Azril memiliki banyak kesamaan, salah satunya suka membawa headphone ketika sekolah.
Sejak sekolah menengah pertama, mereka selalu membawanya. Headphone mereka bukan hanya satu, melainkan ada tujuh di kamar masing-masing.
"Syaaa.. buruan gue laper!" teriak Azril dari meja makan.
"Sabar dongg. Gak sabaran banget," jawab Asya sambil meletakkan tasnya di kursi meja makan. Mereka sarapan di meja makan. Makanannya sudah dipersiapkan Asya tadi sebelum membangunkan Azril.
"Pake mobil aja ya hari ni," kata Azril ketika sudah selesai makan. "Lu yang nyetir?"
"Iyaa. Gue yang nyetirr," jawab Azril sembari memakai sepatu. Asya yang melihat hal itu menjadi kesal. Karena memakainya masih di dalam rumah. "Azril sumpah. Lu goblokk bin begoo, jangan pake sepatu di sini egeeee. Ntar kotor lantainyaa," protes Asya.
"Sepatu baru belom kotor tololl binti pe'akk!"
"Hah? Oh iya. Aah tau gitu dari kamar gue udah pake. Kenapa gue goblokk banget?" tanya Asya pada dirinya.
"Akhirnya sadar goblokk," ledek Azril. Asya menatap sinis Azril. "Udah deh, nanti aja ga berantemnya. Ayok berangkat sekarang."
...----------------...
Beberapa menit berlalu, mereka pun tiba di sekolah baru. Saat ini mereka berdua masih berada di dalam mobil, masih malu ingin keluar.
"Ah gimana ini? Gue maluu," keluh Asya.
"Tumben banget gitu?! Biasanya gak tau malu?" tanya Azril. Asya menatapnya kesal. "Bacot banget heran."
"Haha. Ini gue bukain pintu buat lu yaa, eceknya sepasang kekasih gitu." Belum lagi Asya menjawab, Azril sudah keluar dengan gaya sok cool. Siswi lain yang melihat Azril sedikit terpukau karena ketampanannya mengalahkan sang leader geng populer di sekolah itu.
Azril mengabaikan mereka, ia langsung berjalan membukakan pintu untuk Asya. Asya pun keluar dari mobil sambil membenahi rambutnya. Kini gantian para siswa melihatnya tanpa berkedip.
"Gue lupa cara pake dasiii. Pakein tolong," bisik Azril.
"Mana sinii."
Azril mengeluarkan dasi dari saku celananya. "Goblokk bener! Kenapa lu tarok dikantong dasinya ogeb?! Jadi rada kusutt," kata Asya kesal. "Gakpapa. Biar gak ribet," jawab Azril cengengesan.
"Deketan lagi," pinta Asya. Azril menurut, ia pun mendekat ke Asya. Asya mulai memakaikan dasi abu-abu itu pada Azril.
Melihat adegan itu, banyak yang mengira Asya-Azril adalah sepasang kekasih. Apa mereka tidak menyadari kemiripan antara Azril dan Asya?
Muka mereka itu copy-an.Copy-annya mommy Zia and daddy Aska. Bak pinang dibelah dua.
Di saat Asya sedang memakaikan dasii, Azril menatap matanya dengan senyum yang teramat sangat mempesona.
"Ahhh, cute bangett!!"
"Maniss cuy senyumnyaaa. Bisa diabetes nih gue!"
"Udah punya pacar itu, hati-hati deh kalian!"
"Iyasii.. ya udahlah, mundur alon-alon. Yang ganteng emang selalu punya pacar."
"Lagian gak ada yang nyuruh lu maju."
"Anjj! Tapi bener sii."
Azril tertawa mendengar perkataan siswi-siswi tadi.
"Nasib jadi tampan," gumam Azril.
"Gelii gue dengernyaa." Azril tertawa pelan. "Udah siap nih," kata Asya sambil merapikan baju putih Azril.
"Kece juga ya lu."
"Gue tau. Kan kita berdua emang kece dari lahir," jawab Azril senyum. Asya gantian tertawa, "true sihh."
"Hyaah, alhamdulillah pagi-pagi gue cuci mata."
"Cantik banget tu cewek!!"
"Keren lagi, bulu matanya lentik ditambah lagi pipinya chubby. Gue jamin, nanti di embat sama Arsen."
"Bisa jadi sih."
"Tapi itu ada cowoknya coyyy."
"Bisa aja bukannn."
"Tu cewek cantik ya, tapi sayang matanya belo banget."
"Itu cantik anjirrr, jadi cutee!"
Azril tertawa lagi. Kali ini lebih ngakak karena mendengar gosipan siswa yang mengatai mata Asya belo. "Tuhkan apa gue bilang, Syaa. Mata lu kegedean," ledek Azril.
"Diem luuu! Ini tu kelebihan gue. Gue dibilang imut juga tuh tadii," balas Asya berbisik. "Yaudah iya dehh. Tetep cantik kok lu, jangan insecure. Jangan pernah pake lensa mata juga!"
Asya mengangguk, "gak bakal."
"Udah ayok, lapor kepsek." Azril menarik tangan Asya, menuju ke gerombolan pria yang tadi bergosip.
"Assalamualaikum, bang. Mau tanya ruang kepsek dimana ya?" tanya Azril sopan. "Dari sini lurus aja lu, terus ntar belok kiri abistu belok kanan," jawab salah satu dari mereka.
Pletak!
Seorang wanita menyentil keningnya.
"Ngasih alamat tu yang bener!"
"Iya maaf, kakk."
'Kayaknya kakak ini osis ya?' tanya Asya pada Azril melalui tatapan mata. 'Bisa jadi sih,' balas Azril menaikkan satu alis.
"Kalian anak baru?" tanya wanita itu. Asya-Azril mengangguk. "Pegangannya bisa dilepas?" Azril langsung melepas genggaman tangan Asya.
"Kenalin, gue Helen Anessha. Wakil ketua OSIS," Azril dan Asya diam sambil tersenyum. "Kalian tadi cari ruangan kepsek?" Azril dan Asya mengangguk lagii.
"Kalau gitu dengerin gue baik-baik. Dari sini lurus terus, ada pertigaan belok kanan setelah itu naik tangga. Ada pertigaan lagi, belok aja, ruang kepsek di situ."
"Okee. Makasih ya, kak," jawab Azril dan Asya barengan lalu pergi. "Dari deket gantengnya bertambahhh anjritttt!" ujar Helen setelah mereka pergi.
"Oo jadi gitu," kata Pria yang keningnya disentil Helen tadi.
"Utututu sayang, kamu juga tadi liatin yang cewek sampe gak kedip."
"Hoax!"
...----------------...
"Oke Azril! Mari kita mulai," ajak Asya. Mereka terpisah kali ini. Asya di IPA 1, sedangkan Azril di IPA 4.
Mereka bukan anak baru yang harus mpls. Ini sudah dua setengah bulan sejak tahun ajaran baru dimulai. Awalnya, mereka menginginkan SMA di Korea. Bahkan, Zia dan Aska sudah mengantar mereka ke Korea. Namun mereka kembali ke Indonesia dan dipaksa sekolah di sini.
Asya dan Azril ingin sekolah di Korea bukan karena mereka itu fangirl atau fanboy. Mereka menyukainya karena melihat drama Korea di ponsel ataupun di laptop, itupun karena virus mommy-nya yang selalu nonton drakor saat hamil.
"Jangan rindu sama gue yah, beb," kata Azril menggoda.
"Gak usah gitu. Jijiikkk anjiir!" Azril tertawa.
"Gue ke kelas dulu deh yaa? Byee!"
"Heumm, bye!"
Asya dan Azril pun berpisah.
Asya jalan sendirian menuju kelasnya. Tujuh menit berjalan, Asya tiba di depan kelas dengan keterkejutan. 'Anjirlah, gue pilih ipa biar hindari keramean cowok. Tapi ini kenapa kebanyakan cowok? Beneran IPA 1, kan?' tanya Asya dalam hatinya.
Keterkejutan Asya karena ini. Ia berada di dalam kelas yang mayoritasnya pria, hanya ada empat wanita di dalam.
'Aahh.. ini IPA 1 kan, bukan IPS 1?' batin Asya sambil melihat sekeliling.
Asya kembali terkejut setelah menatap salah satu mata seorang pria. Pria itu mengangguk seraya menjawab ‘Ini IPA 1.’
Di dalam catatan yang terpampang dan urutan kedudukan, dia merupakan ketua kelas IPA 1. Pria itu mengerti apa yang di dalam pikiran Asya. Asya sedikit kebingungan, kenapa pria itu mengerti?
"Halo?" Lamunan Asya buyar.
"Kamu siswi baru, kan?" tanya sang guru menghampiri Asya di depan pintu. "Ah iya, bu. Saya siswi baru," jawab Asya tersenyum.
"Saya Rayanata. Kamu bisa panggil saya bu Raya. Saya wali kelas kamu, wali kelas IPA 1. Ayo masuk," ajak bu Raya ramah. Asya pun masuk dengan santai.
"Sekarang giliran kamu memperkenalkan diri di kelas ini."
"Baik, buu."
Asya menghadap siswa-siswi lain. "Halo semua! Gue Asya Zhafira Syuhaila Kusuma. Kalian bisa panggil gue Asya, Zhafira atau apapun senyamannya kalian. Salam kenal," Asya masih dengan senyumannya.
"Salam kenal kembali," jawab mereka kompak.
"Oke, kalau gitu. Asya, kamu bisa duduk di sana, sebelah Racksa." Pria bernama Racksa itu angkat tangan. Dialah orangnya, orang yang mengerti tentang pertanyaan yang ada di benak Asya.
Asya menghela nafas pelan lalu berjalan santai menuju Racksa. Saat Asya masih berjalan, mata mereka kembali bertemu. Pria itu tersenyum. ‘Salam kenal. Maaf, mungkin lu bingung ya sama gue, biar lu gak syok. Gue kasih tau ke lu, gue bisa baca pikiran orang.’
‘Ehh ssyutt, rahasiakan ini. Karena ini cuma lu yang tau.’
^^^Revisi—^^^
^^^December, 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
ƓáɓɓřįáÎexxa Ɲáşƴăvą Ȥ.
eumm..
zril! ama gw ae kuyy
2021-05-11
0
Lii
Thor si asya bisa baca pikiran kah
2021-04-03
0
Rini Selgina
lnjut
2020-11-18
0