"Janggal tau, Zril. Berasa jadi anak aneh gue," keluh Asya pada Azril di kantin. "Apa mungkin dia kembaran kita yang ilang yaa?" tanya Asya.
"Kagak usah ngaco lu, nyet. Ya kali kita triplets," jawab Azril santai. "Bisa aja kan? Mata dia perpaduan lu sama gue. Matanya rada kecoklatan gitu terus agak gede."
"Apa mungkin anaknya om Aksa? Nama dia itu Racksa. R itu tante Refiona Acksa itu kalau 'c' nya diilangin jadi om Aksa?" tanya Asya masih berusaha memecahkan teka-teki.
"Sya, om Aksa di Amerika setelah tante Refiona lahiran. Kalau pun mereka disini, mommy ataupun daddy pasti bakal kasih tau kita," kata Azril menyadarkan Asya.
"Ya bener juga sih. Sedih banget kita gak pernah tau nama anak om Aksa," keluh Asya. "Nanti ada saatnya kita tau. Mending sekarang lu makan yang bener, keburu masuk kalau lu kelamaan ngoceh. Kejanggalannya ntar kita tanya mommy sama daddy."
"Okee," jawab Asya santai sambil lanjut memakan makanannya. "Sebenernya sampe sekarang gue kesel tauuu. Harusnya gue di Korea nih, lagi jalan-jalan sama oppa-oppaa."
"Pufftt.. hahahahahaha!!" Asya auto memukul lengan Azril karena tawa Azril membuat mereka menjadi pusat perhatian. "Kumat gila lu ya?" tanya Asya kesal.
"Kagak, kagakk. Lagian lu eror, halunya ketinggian."
"Yee.. siapa tau kenyataan."
Azril tersenyum meledek. "Gak bakal."
"Kampret! Udah ah malas halu lagii. Toh juga mereka belum tentu mau sama gue," kata Asya. "Tu tau."
"Tapi kalau dipikir-pikir mereka pasti mau lah sama gue. Karena gue tu agak mirip sama Yoona SNSD yang main di drama The K2, bener kan?" Azril tertawa ngakak.
"Apaaann? Katanya males halu, eh dia detik kemudian halu lagii. Fyi aja deh, lu mah kagak ada mirip-miripnya sama mbak Yoona. Mending gue yang mirip sama Cha Eunwo di film My ID Is Gangnam Beauty," sahut Azril.
"Idih idihhh. Sama-sama kang halu anjirrr ah!" Azril cengengesan. "Btw, lu kenapa makan sama gue? Kagak punya temen?" tanya Azril.
"Kagak sempat kenalan gue tadi, pengen cerita ke lu tentang Racksa itu." Azril berohria. "Lu sendiri, kenapa daritadi sendirian?"
"Gue belom masuk kelas."
"Hah? Gila bener lu!" Azril malah tersenyum.
"Jadi dari tadi lu kemana?!"
"Makan di kantin," jawab Azril cengengesan.
"Kagak ada akhlak lu. Beneran dah!"
"Namanya laper," kata Azril ngeles.
"Kan tadi ud—"
Tok! Tok! Tok!
Pembicaraan mereka terhenti karena seorang pria datang menggetok meja. Haikal B. A, jabatan ketua ketertiban. Itu yang tertulis di nametag di atas kantong saku di baju.
"Maaf mengganggu. Lu Azril? Azril Kenzi Stevano?"
"Iyaa, gue Azril. Kenapa?"
"Lu baru masuk, kan? Kenapa bolos jam pelajaran?" tanya Haikal. "Bukan bolos kak, gue tadi gak sempat makan pagi jadi kesini untuk sarapan."
"Sarapan cuma bentar, tapi lu lama banget disini."
'Bawel banget, sialan!' batin Azril kesal. Asya menahan tawa melihat ekspresi kesal kembarannya.
"Jangan ulangi. Siswa-siswi yang bertingkah kayak lu bakal dapat tiga puluh poin. Karena lu masih baru, peraturan itu belum berlaku buat lu, jadi hangan buat kesalahan. For information, lima ratus poin panggilan orang tua. Seribu poin lu di drop out," jelasnya.
"Ah iya, thank you informasinya," jawab Azril tersenyum paksa. Haikal pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
"Hahahahah! Mampuss lu mampuss mampuss mampusss," ledek Asya puas. Azril menatap sinis Asya, "Gak ada akhlak!"
Asya cengengesan. "Ya salah luu, ngapain bolos. Btw, mata coklat, gue mo ke kelas dulu ya. Mo kenalan sama temen baru, tolong ini dibayarin. Uang gue belum dicairkan soalnya," Asya senyum sekilas lalu pergi begitu saja.
"Heh! Woiii!!" Asya menoleh kebelakang, dia melihat Azril yang sedang membidik kepala Asya untuk dilempari sepatu.
Sepatu pun melayang.
Dan... ternyata lemparan Azril salah sasaran.
Asya menunduk saat sepatu itu mulai melayang di udara. Sepatu baru Azril mengenai kepala seorang siswi yang membawa beberapa buku di tangannya. "Mampuss gue mampuss. Apes bangett si ahh," keluh Azril sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Dengan kecepatan maksimal, Azril mendekati. Sesegera mungkin Azril memakai sepatunya, dan menghampiri siswi itu. "Sorry yaa, gue gak sengaja. Tadinya mau ngelempar Asya," kata Azril gak enak. Azril melihat gadis itu seperti ingin pingsan.
'Apa lemparan gue terlalu kenceng sampe kek sakit banget gituu?' batin Azril makin merasa bersalah. "Halo?? Lu.. gak apa-apa? Sakit banget ya?"
"Enggak kokk, nggak apa-apa."
"I'm sorry."
"No problem," tanpa aba-aba siswi itu pingsan. Azril menangkap lalu menggendongnya ala bridal style. Sebelum pergi Azril melempar kan dompet ke Asya, Asya menangkapnya. "Bayar makanan tadi!"
"Okeee."
Azril pergi menghampiri sekumpulan siswa yang melihatnya sedari tadi. "Gue numpang tanya, UKS dimana?" tanya Azril.
"Dari sini lu belok kiri, ketemu perempatan lurus terus. Baru itu ntar ada pertigaan lu belok ke kanan."
"Thank you." Azril langsung pergi sesuai arahan siswa tadi.
"Tahan bentar yaa, jangan mati dulu..."
...----------------...
'Kuat banget apa tadii kenaknyaa? Kok sampe pingsan ni anak? Ya Allah, Azril jadi gak enak,' batin Azril masih dirundung rasa bersalah. Saat ini ia sedang menunggu siswi itu terbangun. Entah mengapa Azril terlihat begitu khawatir.
"Aah..." Azril langsung menatap gadis itu.
"Are you okay? Ada yang sakit?" tanya Azril panik.
"I'm fine. Thank you," jawabnya santai sambil berusaha duduk di brangkar. "Sorry tadi gue gak sengaja, niatnya bukan lempar lu kok."
"Gakpapa, gue tau kok. Santai ajaa yaa," gadis itu tersenyum tipis ke arah Azril.
Ceklekk~
"Adinda udah bangun?" tanya dokter UKS. "Eh, mbak Sri. Udah mbak hehe," siswi bernama Adinda itu tersenyum manis.
"Kamu belum ada makan hari ini, kan?" tanya mbak Sri. Adinda menjawabnya dengan cengiran. Dengan sigap Azril mengambil ponselnya lalu berjalan sedikit menjauh.
...Asyaaa...
^^^"Assalamualaikum, Sya."^^^
📞 "Waalaikumsalam, nape?"
^^^"Carikan gue nasi goreng."^^^
📞 "Gak usah ngaco deh, gue lagi belajar. Lagian lu udah makan banyak tadi."
^^^"Udah cariin buruan! Ini bukan buat gue."^^^
📞 "Bawel! Yaudah ni gue cariin."
Azril mematikan teleponnya lalu kembali ke Adinda.
"Tunggu bentar ya, nasi gorengnya otw," kata Azril tersenyum tipis. "Ahh, gue ngerepotin ya? Sorry."
"Nggak perlu minta maaf, gue yang salah. Lu juga gak ngerepotin kok, santai aja."
"Kamu murid baru?" tanya Mbak Sri.
"Hm? Oh, iya, bu."
"Panggil mbak aja. Masih muda kok, belum nikah," Adinda tertawa melihat dokter UKS. "Mbak kebiasaan dehh," goda Adinda.
"Kali aja minat di pinang gitu," balas mbak Sri. Mereka tertawa bersamaan. "Ini mbak keluar sebentar ya, kamu jagain Dinda dulu. Kamu... siapa namanya?"
"Azril, mbak. Nama saya Azril."
"Oh iya, jagain Dinda ya, Azril." Azril mengangguk. Mbak Sri pun pergi dari ruangan. "Lu... gak balik ke kelas?" tanya Adinda.
"Nggak."
"Lu kelas berapa?"
"IP—"
Brukk!!
"Woi, mata coklat ini pesanan lo!!" teriak Asya ngos-ngosan. "Astaghfirullah. Bukan manusia makhluk satu ini," cibir Azril. Azril meninggalkan Adinda sebentar lalu menghampiri Asya.
"Ini UKS anjirrr. Kenapa lu malah teriak?!"
"Ya kan UKS, bukan perpus. Nah, ini makanannya. Gue mau balik ke kelas. Gak betah bau obat," Asya memberikan nasi gorengnya pada Azril lalu pergi.
"Woi, dompet gue manaaa?!" tanya Azril berteriak.
"Ih ntar gue balikin bawel!"
Azril mendengus kesal lalu kembali berjalan menuju brangkar Adinda. "Itu siapa?"
"Ah itu kang tiru," Azril berjalan mengambil piring di sudut UKS. Nasi goreng yang di bawa Asya bukan diletakkan di piring, melainkan di kertas nasi. "Kang tiru? Dia peniru apa?" tanya Adinda.
"Peniru wajah gue. Dia kembaran gue, Asya."
"Ooo, jadi lu anak kembar beda kelamin?" Azril mengangguk. "Ya tadinya mau lempar tu anak, malah kena ke lu."
"Lu mau gue suapin atau...?"
"Gue makan sendiri, thanks ya."
Azril tersenyum sekilas lalu memperhatikan Adinda. "Kagak usah gitu juga kali liatnya, malu gue diliatin." Azril tertawa kecil kemudian mengalihkan pandangannya ke ponsel.
"Zril.. lu pasti beranggapan gue cewek lemah ya karena kena sepatu aja sampe pingsan."
"Hm? Gue gak ada pikiran ke sana. Gue malah mikir lemparan gue kekuatan makanya lu pingsan. Gue juga mikir, lu pingsan bukan karena lemparan sepatu gue, tapi karena lu lagi gak enak badan."
'Astaga, kenapa ni cowok baek bener. Beda banget sama Alex, gue sakit dikit aja dia bodoamatan,' batin Adinda.
"Dinda? Lu kenapa bengong?"
"Hah? Eh, maaff."
"Mikirin apaan?"
"Enggak. Bukan apa-apa," jawab Adinda sambil tersenyum. Adinda lanjut memakan nasi gorengnya sampai habis.
"Ah iyaa! Lupa beli minumnya."
"Itu di belakang lu ada air mineral." Azril menoleh kebelakang, ia mengambil satu botol Aqua lalu membukakannya untuk Adinda.
"Sekali lagi makasih ya, maaf ngerepotin mulu."
"Lu gak ngerepotin kok. Mau ke kelas?" tanya Azril. Adinda mengangguk. "Lu udah baikan?" Adinda mengangguk lagi.
"Serius?" Lagi-lagi Adinda mengangguk.
"Yaudah ayok, gue anterin."
Adinda hanya diam. Azril pun mengikuti Adinda dari belakang. "Hduhhh, kenapa dada gue berdebar?"
^^^Revisi—^^^
^^^December, 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Hana
ih Azril idaman banget yak~🥲
2021-04-16
0
Zaxx_
baru sadar aing klo ini lanjutan dri ciwi barbar,pdhl dah baca 2x tp bru sadar astaga...🤦♀️
2021-02-21
3
anisaa✨🌼
lanjottt
2020-11-19
0