Tak terasa, mereka sudah sampai di kelas Adinda. Azril masih belum sadar akan hal itu. "Oi!" panggil Adinda kesekian kalinya. Ia sudah berkali-kali memanggil Azril tetapi Azril tidak dengar karena menggunakan headphone.
Adinda mendekat, dia berjinjit lalu melepas headphone Azril. Azril menatap Adinda heran. Adinda jadi salah tingkah. "Emm.. Ini udah sampe. Thank you udah anterin gue, jagain gue, terus traktir gue makan."
Azril mengangguk sambil senyum. "You're welcome. Get well soon ya, Adinda," Adinda membalas dengan senyumnya, lalu masuk ke dalam kelas.
"Azril Kenzi!" teriak seseorang dari dalam. Azril berbalik lagi, tangannya yang hendak memasang headphone kini terhenti. "Loh? Tante.. Ica?" tanya Azril ragu.
Wanita ini mengangguk. "Tante ngapain disini?" Azril menyalimi tangan Ica. "Tante wali kelas di kelas ini" Azril manggut-manggut.
'Busett. Sejak kapan tante Ica jadi guru anjay? Bukannya dia dokter?!' pikir Azril bertanya-tanya. Ica menjentikkan jari tepat di depan mata Azril, pria itu tersadar.
"Kamu mau kemana? Dapet kelas berapa?"
"IPA 4 kalau gak salah, tante."
"Ini kelas kamu," Azril mundur beberapa langkah membaca papan yang ada di atas pintu. 'Mampuss gua mampuss.. kenapa tante Ica wakel gue?!' batin Azril lagi kesal.
"Masuk. Ayo masuk," Azril mengangguk dan berjalan dengan ogah-ogahan. "Oke, anak-anak, kita berhenti sebentar. Ini ada murid baru yang tadi sempat menghebohkan warga sekolah."
Azril membungkukkan badannya. "Salam kenal, gue Azril Kenzi Stevano Kusuma. Gak usah panjang banget deh, udah gitu aja." Azril mengedarkan pandangannya, disitu ada Adinda dan juga Haikal. 'Gue kira kakel anjirr!' umpatnya dalam hati.
"Yaudah kalau gitu, Azril duduk di sebelah Haikal."
"Iya, tant— eh maksudnya iya, bu." Azril berjalan menghampiri meja Haikal. "Oke sudah, sekarang kita lanjutkan pelajaran."
Ica mulai menjelaskan materinya. Bukannya memperhatikan, Azril malah asik bermain game sembunyi-sembunyi. Haikal yang berada di sampingnya mematikan ponsel Azril.
Tidak ingin membuat keributan, Azril langsung menatap tetangga sebelahnya. "Haha, hai. Lu gak kenal siapa gue?" bisik Haikal.
"Haikal B. A, jabatan ketertiban."
"Goblokknya. Gue anak bu Ica woi!" ujar Haikal dengan nada pelan tapi terdengar ngegas. "Gak mungkin, Ical tu gemuk, botak lagi."
"Anjirr lu, gue Ical egeee." Haikal menunjukkan tanda lahir di telapak tangannya. "Lah? Anjir? Kok kurusan lu?"
"Bangga harusnya lu sama gue. Makanya sering-sering main ke rumah. Sombong amat jadi manusia. Gak tau kan lu, gue berjuang keras biar kurus."
"Anjayyy. Keren lu, keren!" Haikal tersenyum songong.
"Sekarang, coba liat arah jarum jam angka tiga," suruh Haikal. Azril melihat sesuai arahan. "Dino?" Haikal mengangguk. "Ceillaaa." Azril, Dino, dan Haikal tersenyum gembira.
"Kalau gini mah jadi enak."
Plakk!!
Penghapus melayang di udara, mendarat di meja Azril dan Haikal. "Buset dah emak gue," gumam Haikal. Azril yang mendengarnya tertawa. "Saya sedang menjelaskan, kalian berdua malah asik ngobrol. MAJU KEDEPAN!" bentak Ica.
"First day lu luar biasa, Zril. Udah bolos, ngelempar orang sampe pingsan, ini dihukum lagi," ejek Haikal berbisik sambil berjalan maju ke depan bersama Azril.
"Apes gue, Cal."
"Kalian berdua coba jelaskan kembali apa yang saya jelaskan tadi. Jika tidak sanggup, push up 100 kali!" Azril auto mengambil posisi, ia memilih push up dan langsung memulainya sembari menghitung dengan suara keras.
"Gercep amatt."
"5.. buruan.. 6.. daripada kelamaan.. 7.. padahal gak tau apa-apaa.. 8.... 9.... 10.... 11....." Azril terus push up. Haikal yang memang tidak mengerti materi hari ini, mengikuti Azril push up.
Para siswi melihat mereka berdua yang begitu gigih push up. Di hitungan ke 20 bagian Haikal, Haikal sudah kelelahan. Sedangkan Azril, dia tidak berhenti sama sekali.
Hitungannya tinggal 25 lagi.
Saat push up, dia mengedarkan pandangannya. Tanpa sadar matanya melihat Adinda. Adinda tersenyum, bibirnya seolah mengatakan kata 'semangat'. Melihat itu, Azril push up sambil tersenyum dan dengan penuh semangat.
"105!" hitungan Azril selesai.
"Udah kan, bu? Udah saya bonus lima nih tadi, bu," kata Azril bangkit laku menepuk tangannya yang kotor. "Iya udah, kembali ke tempat kamu. Jangan ribut lagi nanti!"
"Kamu Haikal? Gimana? Gak sanggup?" tanya Ica pada anaknya sendiri. "Astaga emak gue kenapa begini..." gumamnya.
"Saya gak sanggup, bu," Haikal pasrah.
"Cemen lu, huu!" ledek Azril dari bangkunya.
"Lu aja terlalu sanggup, makan apa si?!"
"Makan atii."
...----------------...
"Lo pulang naik apa, Sya?" tanya Azril pada Asya yang sudah santai di rumah. "Taksi online."
"Pake duit?"
"Duit lu." Asya cengengesan.
"Laknat bener lu jadi kakak!" cibir Azril kesal menatap sinis Asya. "Ya maapp, abisnya lu lama banget sih keluarnya."
"Lu yang gak sabaran ya jubaedah!!"
"Assalamualaikum, ada orang tidakkk?"
"Masuukkk!" teriak Azril. Masuklah dua orang pria, tak lain tak bukan adalah Haikal dan Dino, teman masa kecilnya mereka berdua.
"Lu bawa pulang siapa nyet?!" tanya Asya yang masih belum tau tamunya. "Icall sama Dino." Azril menuju kamar, meninggalkan Asya yang kebingungan.
"Woi!!" panggil Haikal pada Asya.
"Lu siapa?" tanya Asya. Lagi-lagi Haikal menunjukkan tanda lahirnya. "Haikal Bevay Alexand, anak gantengnya pak Brivant Alexand."
"Anjirrr? Sumpahh??? Ihh, pangling guee.. kok kurusan sih lu?! Gak gemoy lagiiiii."
"Gemoy gemoyy. Ngejek bilang lu! Gue kurus biar gak di bully sama lu lagi ini," jawab Haikal santai. "Dih anying? Di kata gue tukang bullying apa ya? Woiy, Dinosaurus!"
"Anjzz. Gue kira lu juga lupa sama gue," kata Dino sinis. Asya menggeleng sambil tertawa. "Kalau lu mah gak lupa gue. Gak ada yang berubah gituu. Btw, kalau pada mau minum ambil sendiri. Lu berduakan bukan tamu."
"Haishh.. kejam. Tuan rumah tidak berakhlak!"
...----------------...
19:25, Haikal dan Dino masih di singgasana Asya dan Azril. Sepertinya mereka berdua akan menginap malam ini.
Keempat-empatnya berada di ruang keluarga, sedang bermain PS. Asya menjadi penonton dan sesekali menggantikan Azril.
"Eh, baru inget. Lu dalam bahaya tau, Zril," ujar Haikal masih fokus pada permainan. "Bahaya nape?" tanya Azril.
"Noh Adindaa. Masalah yang tadi."
"Ye kenape bambang? Gue udah tanggung jawab, Adindanya juga gak kenapa-kenapa. Problemnya di mana?" tanya Azril gantian, masih sama fokus pada PS-nya.
"Adinda itu pacarnya Alex. Asal lu tau ya, Alex itu, orangnya kasar, belagu, dan sejenisnya. Dia disegani di SMA karena bokapnya pemilik SMA."
"Jadi?"
"Lah kok jadi sih?!! Ya lu dalam bahaya karena bikin pacarnya pingsan!" jawab Dino ngegas. "Lah bodoamat. Udah gue bilang gak sengajaa," kata Azril nyantai.
"Iya sih, tapi tu... Ah, percuma gue kasih tau sama lu!" keluh Haikal pasrah. "Aaelah, Cal. Lu kasih tau si Azril juga Azrilnya gak bakal perduli. Bodoamat dia mah masalah begituan," sahut Asya.
Daritadi Asya hanya bulak balik membuka sosmednya. Dia sungguh dipenuhi kegabutan. "Iya gue tau Azril gimana, tapi tadi tujuan gue cuma mau kasih tau biar Azril bisa lebih ha—"
Kriuk kruk kruk...
Perut Asya bunyi. Azril, Dino dan Haikal auto melihat kearahnya. Asya cengengesan. "Dinoo, beli makanan dongg," pinta Asya.
"Siapa bayar?" tanya Dino.
"Lu."
"Auto bangkrut," keluh Haikal. "Maklum lah, gue sama Azril kan udah kea anak kost gitu, jadi harus hemat. Lagipula sesekali trak—"
"Mau makan apa?" tanya Dino memotong perkataan Asya. Asya diam dan berpikir. "McD aja," usul Azril.
"Nah iya bagus McD aja dah," sahut Haikal.
"Yauda pesen. Gue biarin," Mereka yang awalnya sudah senang akan dibayarin, ternyata bakal dibiarin, kini menatap sinis Dino. "Eh gue bayarin maksudnya tadi."
"Lu serius dah, Dinn. Gue sama Asya bokek."
"Wahh.. masuk berita cocok nih. Seorang anak orang kaya tiba-tiba mengeluh gak punya uang, sepertinya mereka di buang karena terlalu menyusahkan," ledek Haikal.
"Sialan lu!" Haikal dan Dino tertawa.
"Jadi kagak nih?" tanya Dino.
"Yang bayar siapa, Dinosaurus?!"
"Ical yang bayar."
"Anjim? Kok jadi gue juga yang kena?" keluh Haikal. Dino tertawa melihat ekspresi Haikal. "Yang betulnya makan apaan ini? Gue yang bayar dahh," kata Dino serius.
"Yang bener lu?!" tanya Haikal.
"Iya, beneran gue."
"McD."
"Makan sana ajalah ayokk."
"Okeyy, bentarr!" Azril dan Asya sama-sama pergi menuju kamar. Sedangkan Dino dan Haikal tetap menunggu di ruang keluarga.
Lima menit kemudian, Azril dan Asya keluar dengan headphone di leher mereka. Mereka memakai baju dengan warna yang serupa.
"Twins, twins. Gak pernah beda gitu ya kalian?" ujar Haikal.
Asya dan Azril cengengesan. "Harusnya beda si cal. Harusnya Asya tu kek cewek gitu ekan, make up-an. Terus itu pake gaun. Eh ini nggak, malah ngikutin gue. Gue yakinnya sih dia bukan cewek," kata Azril julid di depan orangnya.
"Si kampretttt!" tegur Asya dengan muka sinisnya. Haikal dan Dino tertawa. "Udah, ayok gass!"
"Skuylahhh!" Mereka berempat pergi menggunakan mobil Haikal. "Oke, bismillahirrahmanirrahim."
^^^Revisi—^^^
^^^September, 2022.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Cemonkkosongsatu
Dino anak siapa
2021-07-02
0
Riska Cikok
mntull seru bheudt dah ah.. haha
2021-07-01
0
Indri 81
si shaka ank samuel mna?
2021-05-29
0