Turnamen liga Legenia masih tetap berlanjut, Shira, Homura, dan Megumi memasuki pertanding kan yang ketiga dimana mereka akan masuk ke dalam semi final.
Sekarang juga, Shira dan Homura sedang bersantai di atas pohon besar dimana itu berada dekat dengan dungeon yang pertama kali mereka bersihkan. Pikiran Shira mulai berpikir tentang ras iblis yang akan menyerang kota Legenia. Ia menutup kedua matanya.
Kegelapan mulai mengingatnya terhadap kematian semua orang, Shira membuka kedua matanya dengan wajah yang serius. "Homura..."
Homura melirik kepada Shira."Apa?" Shira mulai ingin mengatakan sesuatu tentang penyerangan Rxeonal. "Bagaimana jika suatu hari terdapat musuh yang menyerang dengan sangat tiba-tiba... Misalkan ras iblis."
"Yah... Kita pasti akan bertarung sampai mati dengan mereka semua. Demi melindungi Yuusuatouri, ibuku berkata begitu kepadaku." Homura menyilang kedua lengannya.
"Apakah mereka kuat, Homura...?"
"Aku belum pernah lihat seorang ras iblis yang kuat, tapi... Aku rasa ada seorang ras iblis yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa." Homura melirik ke atas.
"Begitu ya... Apakah Mortem dan Korrina akan membantu bertarung, Homura?"
Homura menghela nafasnya. Tidak akan... Mereka dewa, bukanlah pembantu para mortal."
"A-Apa...?!" Shira langsung terkejut mendengar perkataan Homura dengan nada seriusnya.
"Mereka berdua adalah seorang dewi yang kuat... Mereka tidak akan ikut campur ataupun memiliki masalah dengan kita berdua. Tugas mereka hanya melihat dan tidak membantu, jika musuh itu dewa atau bukan... Mereka masih tidak akan membantu." Ucap Homura dengan sangat serius.
"Mereka hanya akan campur tangan oleh dewa-dewi yang sangat kuat atau mencoba untuk menghancurkan semesta Touri."
"Bagaimana jika iblis kuat itu mencoba untuk menghancurkan Yuusuatouri?!"
"Menyerahlah, mereka masih tidak akan membantu. Para dewa dan dewi tidak memiliki peraturan, mereka hanya akan melakukan apa yang mereka sebenarnya inginkan." Ucap Homura dengan wajah serius.
"Tunggu, tunggu...! Bagaimana jika musuh yang sangat... Sangat... Amat... kuat dan setara dengan mereka akan datang!?" Tanya Shira.
"Kakekku sudah bilang bahwa tidak akan ada musuh kuat yang muncul, begitu katanya."
"Begitu ya..." Shira memiliki perasaan yang buruk seperti ketakutan dan juga gelisah. "(Jika mereka tidak membantu berarti kita harus melawan mereka dengan semua kekuatan kita ini.)
"Kamu terlihat mencurigakan sekali, Shira...? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Homura mulai menatap Shira dengan wajah kalemnya.
"Ya. Sejak aku pingsan waktu itu... Aku bermimpi bahwa kota Legenia akan diserang oleh ras iblis yang sangat kuat... Kita semua kalah melawannya, dan bahkan dengan kedua mata ini aku melihat dirimu, Methode, dan Selvia mati..." Ucap Shira dengan wajah yang sangat kesal dan khawatir. Homura bisa melihat eksperesi Shira yang sedang gelisah.
Homura tiba-tiba memeluk Shira mencoba untuk menenangkannya. "Tugas penting yang harus kita lakukan ialah melindungi Methode dan Selvia... Tetapi, tugasmu lebih penting yaitu melindungi kita semua..."
"Aku berjanji untuk terus hidup, sebelum Methode dan Selvia tumbuh besar. Aku telah mengalami semua peperangan dan masih bisa bertahan hidup." Ucap Homura dengan senyuman.
"Homura..."
"Aku mencintaimu, Shira..." Homura tersenyum.
"Aku mencintaimu juga..." Shira mencium bibirnya.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka berhenti, lalu Homura menyentuh kedua pipi Shira. "Apiku akan membuatmu tenang..."
"Hmmm..."
Homura tersenyum. "Aku mau mengajak Methode dan Selvia jalan-jalan... Apakah kau mau ikut?"
"Kamu duluan saja, aku akan menyusul." Alvin tersenyum.
"Hmm, baiklah." Homura berdiri, lalu ia mulai melompat menuju kota Legenia dengan cepat. Shira melirik ke atas langit-langit yang cerah.
"Hahhhh..." Shira menghela nafasnya.
"Apa yang kau pikirkan saat ini, Shiratori?" Tiba-tiba seseorang mulai berbicara di sebelah Shiratori.
"AHHH!!!" Shira melirik kepada dewa yang sedang berdiri di sebelahnya. "Kamu takut? Atau kamu lemah?"
"Dewa Alvin..." Shira langsung terkejut.
"Jangan panggil aku dewa... Alvin saja sudah cukup."
"Maaf, Alvin."
"Semua yang di katakan Homura itu benar, kita sebagai dewa yang berada di tempat paling tinggi tidak akan membantu kalian dengan masalah kalian." Ucap Alvin dengan sangat serius.
"Kenapa...? Bagaimana jika ada musuh yang setara dengan dirimu?"
"Hmph... Kamu ini Saint... Seorang ras spesial yang aku buat khusus untuk yang terpilih seperti dirimu. Saint adalah Demi-God, Shira... Kamu ini telah menjadi Demi-God ketika kamu memilih class itu."
"Aku tidak merasa bahwa aku seorang demi-god."
"Kau pikir kalau aku ini yang dulunya hanya Legenda biasa bisa menjadi dewa segalanya gitu? Dunia ini tidak ada cheatnya atau jalan pintas, Shira. Dan juga cheat hanya untuk ras lemah dan ras yang bertubuh kecil atau kurus." Ucap Alvin dengan sangat kesal.
"Aku masih tidak mengerti, Alvin!!! Kita bertarung untuk apa!? Legenda itu apa!?" Tanya Shira dengan wajah yang marah. Ia bangkit dari atas pohon dan mulai melirik kepada Alvin.
"Legenda itu adalah pejuang... Nama kita akan selalu ada karena kita ini adalah Legenda yang mencoba untuk melindungi, menghancurkan, menaklukan semuanya..."
"Legenda itu bagaikan warna abu-abu! Pertama tidak bisa dipoles tanpa gesekan, Legenda tidak bisa kuat tanpa berlatih."
"Potensi kita besar... Jika kita mencoba untuk berjuang seperti Legenda yang sebenarnya!"
Shira mulai diam, ia merasa bahwa menjadi Legenda yang kuat itu sia-sia, ia berpikir bahwa itu hanya akan membawa kepada kematian saja. "Shiratori, apakah kamu takut kepada kematian?" Tanya Alvin.
"Bukan itu... Aku hanya takut dengan keluargaku yang akan mati..." Shira merasa sangat kesal.
"Hmph, begitu ya... Sikap optimis yang sama sepertiku yang dulu..." Alvin menunjuk Shiratori dengan wajah yang serius.
"Shiratori... Kamu ini Saint... Seorang ras Legenda Spesial yang aku buat dengan sangat susah payah dimana jika kamu bermalas-malasan kamu akan melemah... Itu bagaikan es yang melelah karena terkena sinar matahari."
"Kamu bisa terbang..." Ucap Alvin dengan wajah yang serius.
"Terbang?" Shira mulai kebingungan. Apakah Saint bisa terbang?
Alvin muncul di depannya, lalu ia menyentuh dahinya. "Berpikir, berjuang... Kuatlah..."
"AHHHHH!!!"
BAAAAAAAMMMMMM!!!
Shira terkena sihir ilusi pikiran oleh Alvin. Ia sekarang berada di dunia luar yaitu angkasa. Ia bisa melihat 3 semesta, dan ketiga semesta itu adalah Xuusuatouri, Yuusuatouri, Zuusuatouri.
Shira membuka kedua matanya. "Apa yang kamu lihat dengan kedua matamu itu?" Tanya Alvin.
"Planet-planet... Angkasa... Alam semesta... Terlihat seperti... Kekosongan bagiku."
"Semua itu adalah saingan terberatmu, Shira. Menurutmu itu kosong karena potensi milikmu itu bagaikan semua bayi."
"Apa itu potensi? Misteri potensi seperti apa yang tersimpan tinggi di dalam jiwamu itu...?"
"Akar untuk pikiran dan peduli, kau membutuh semua takdir kenyataan itu..."
"Semesta Yuusuatouri adalah semesta yang memiliki dunia abadi yang tanpa hentinya. Baik tetapi jahat dan jahat tetapi baik... Kehausan... Kekuatan... Kesedihan..."
"Tempat yang sangat gelap dimana terdapat kekuatan yang sangat tua dan asli... Terbang... Berkeliaran..."
"Menunggu..."
"Siapakah dirimu yang sebenarnya di semesta Touri ini... Semesta yang mampu melampui semesta duniamu berasal..."
"Seorang Legenda itu pasti memiliki 2 sikap yaitu baik dan jahat. Jalan jahat itu adalah jalan yang seharusnya tidak kau pilih karena kau akan kehausan dalam kekuatan yang sebenarnya..."
Shiratori mulai terdiam dengan wajah yang sangat ketakutan. "Aku takut... Takut akan gagal dalam segalanya..."
"Takut adalah hal biasa, tapi jika kau terus ketakutan... Itu sama saja dengan sia-sia." Alvin muncul di depan Shira dan ia tiba-tiba menusuk perutnya dengan jari kelingking.
BAAGGG!!!
"ARRRRGGGHHHH!!!" Shira langsung memuntahkan banyak darah karena tusukan itu. Shiratori mulai berlutut, lalu ia memegang perutnya.
"Bangunlah!!! Legenda sepertimu... LEGENDA SEPERTIMU SEHARUSNYA MENJADI LEGENDA YANG KUAATTT!!!" Teriak Alvin dengan sangat kesal. Ia menendang Shira dengan sangat keras, hingga ia terpental dengan sangat jauh.
Alvin muncul di belakangnya, lalu ia menunjuknya dan ia terjatuh. "Ugh..."
Shira melirik kepada Alvin dengan wajah kesakitan. "Aku... Tidak akan bisa menjadi Legenda yang layak... Maafkan aku..." Ucapan Shira membuat wajah Alvin kesal dan sangat marah.
Alvin menunjuk Shira dan Shira tiba-tiba melayang di depan Alvin dengan wajah ketakutan. "Shiratori... LEGENDA YANG BERBICARA ITU KEPADA SEORANG LEGENDA DEWA... AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANNYA!!!" Alvin mulai meneteskan air matanya, karena ia merasa sangat sedih melihat Legenda generasi yang akan datang telah berubah drastis menjadi pengecut.
Shira terkejut melihatnya meneteskan air matanya. Alvin melepaskannya dan Shira terjatuh. "Kau tidak berguna... Kau sepertiku yang dulu! Belum mencoba, tetapi kau sudah menyerah. Itu menyedihkan."
"... ...!" Shira tidak bisa bergerak karena melihat Alvin yang menangis tangisan kemarahan.
"(Aku akan mati...?)"
Di suatu tempat, dimana Homura sedang berada dirumahnya mengurus kedua anaknya...Methode dan Selvia. Ia telah berhasil membuat mereka tidur di siang hari, biasanya mereka ini sangat bersemangat, hingga tidak bisa berhenti.
"Akhirnya... Kalian berdua menyusahkan sekali..." Homura mengusap keringatnya.
"Yah... Tugas seorang Ibu itu sulit sih, tapi dimana Shira saat aku membutuhkannya!?" Bentak Homura dengan kesal, ia melirik ke jendela.
"Dia berlatih lagi apa...? Ahhhh... Demi Legenda, latihan terus menerus akan membuatnya tidak sehat." Homura berjalan keluar dari kamar tidur mereka, lalu ia menghampiri dapur untuk memasak.
"Yah... Aku coba untuk membuatkan dia sesuatu." Homura menghela nafasnya.
BAMMMM!!!!
Suara ledakan yang lumayan besar mulai terdengar dari luar rumah Homura dan itu membuat Homura terkejut.
"Apa yang...!? Ada musuh!?" Homura lari menuju keluar dengan sangat cepat, lalu ia membuka pintu keluarnya, dan hal pertama yang ia lihat adalah...
Homura melihat Shiratori Alvin terluka parah di atas tanah dengan wajah yang putus asa. Tentu saja itu akan membuat Homura terkejut. "S-Shira!?"
Homura lari menghampiri Shira, lalu ia berlutut dan menggunakan sihir penyembuhan kepadanya. "Pure Heal."
WOOSHHH! Luka-luka Shira menghilang dan ia kembali pulih seperti biasa.
"Kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi?" Tanya Homura.
"Iya... Maaf." Shira bangkit dari tanah, lalu ia mengusap-ngusap celananya yang penuh dengan tanah.
Homura mulai khawatir melihat Shira terluka parah tadi. "Kamu berlatih dimana tadi?!" Bentak Homura.
"Lenia's Forest."
Homura terkejut. "Itu sangat bahaya--"
Shira menyentuh bibir Homura. "Diam... Bahaya itu bukan apa-apa bagi seorang Legenda. Homura, suamimu ini kuat juga."
"Tapi... Aku sangat mengkhawatirkanmu! Seseorang yang aku sangat cintai... Aku tidak mau kau mati hanya karena latihan." Ucap Homura dengan wajah serius.
Shira terkejut, lalu ia melirik kepada Homura dengan wajah yang kaget. "Homura, apakah benar aku ini seseorang yang kamu cintai?"
Homura bangkit dari tanah. "Benar, aku mencintaimu... Aku sangat mencintaimu! Apakah kamu goblok atau apa?" Ucap Homura dengan kesal.
"Jika kamu terus berlatih... Kedua anak kita mau kau kemanain!? Kau selalu saja fokus latihan dan latihan..." Bentak Homura dengan sangat marah.
"Ma-Maaf... Aku berlatih untuk menjadi kua---"
"KAU INI PUNYA ANAK TAHU!!! Kau ini seorang Ayah!!! Meninggalkan Selvia dan Methode karena sebuah latihan itu cukup tidak enak untukku...! Melainkan itu membuatku kesal!"
Shira terdiam. "Kau bilang bahwa kamu ini akan bertanggung jawab untuk menjadi Ayah... Kau ini suamiku dan bahkan perlahan menjadi keluarga dari generasi baru Ghifari..." Ucap Homura.
"Kakek Alvin bahkan tidak terlalu fokus latihan, karena dia juga peduli dengan anak-anaknya...!"
"Ahh..." Shira terkejut.
"Jika kamu terlalu fokus dengan latihan dan bahkan kau mempunyai keluarga sendiri... Berilah waktu untuk berlatih dan bermain dengan keluarga, Shiratori... Keluarga adalah tahapan pertama dimana kau bisa menjadi kuat." Ucap Alvin Ghifari.
Homura terus memarahi Shira habis-habisan, hingga Shira terdiam dan tidak bisa berkata apapun. Shira merasa bersalah karena terus belatih. Kata yang hanya bisa ia ucapkan adalah "Maaf."
"Mama... Papa..." Suara tangisan Methode mulai muncul di belakang Homura.
Homura dan Shira langsung terkejut mendengar suara tangisan itu. "Ahhhh!!!" Homura dan Shira melirik kepada Methode dengan wajah yang terkejut, bahwa ketika Methode menangis itu akan cukup menyusahkan.
"Jangan berkelahi...! WAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!" Methode mulai menangis dan sebuah gejolak api yang sangat panas dan bersinar mulai melingkarinya.
"Ahhh!!! H-Homura, lakukan sesuatu!" Suara panik Shira mulai membuatnya ingin kabur dari Methode sekarang juga.
"Jangan lihat kepadaku, Shira!" Ucap Homura dengan perlahan mulai panik.
Selvia keluar dari rumah dan melihat Methode yang sedang menangis. "Kakak...?" Selvia adalah anak kedua Shira dan Homura yang tidak terlalu cengeng seperti Methode.
"Kaulah yang telah memarahi aku, Homura!!! Hentikan dia sekarang juga sebelum rumah kita terbakar hangus!!!" Shira mulai panik.
Homura berlutut kepada Methode. "Methode sayang... Jangan m-menangis!" Homura tersenyum.
"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!! AKU TIDAK MAU MAMA DAN PAPA BERTENGKAR!!!" Api Methode mulai menyembur perut Homura, hingga ia langsung terdorong mundur dengan sangat kuat. "Aduh!"
"Kamu tidak apa-apa!?" Tanya Shira.
"Api-api milik Methode terasa sangat k-kuat..." Homura merasa sangat terkesan dan juga bangga.
"Ini bukan waktunya untuk bangga!!!"
Shira menghampiri Methode. "Methode... Sayang~" Shira tersenyum.
Methode menatap wajah Shira. "Papa dan Mama sebenarnya tidak bertengkar kok... Kita hanya berbicara tentang sesuatu yang penting."
"B-Bohong..." Jawab Methode dengan wajah sedihnya.
"Ti-Tidak." Shira tersenyum, lalu ia melirik kepada Homura. "Benarkan, Homura?"
"I-Iya!" Homura tersenyum, lalu ia menghampiri Methode dan mulai menggendongnya.
"Jangan khawatir tentang kita bertengkar... Mama dan Papa tidak akan meninggalkan Methode dan Selvia sendirian." Homura mencium pipi Methode.
"Hmm..." Methode meremas baju Homura dengan wajah yang masih berkaca-kaca.
Shira melirik kepada Selvia. "Selvia juga tidak berpikiran bahwa Mama dan Papa berkelahi ya?"
"Selvia tau kalau Papa dan Mama itu sedang berbicara sesuatu penting." Selvia tersenyum.
"Hmm, benar." Shira menggendong Selvia.
***
Di dalam rumah Homura, Selvia dan Methode sedang bermain di ruangan tamu. Shira dan Homura sedang duduk di atas sofa dengan wajah yang lega. "Methode adalah anak setengah dewi dan saint ya?"
"Iya... Mamaku berkata ketika Methode marah dan menangis ia akan mengeluarkan gejolak api bersinar yang sangat panas. Kita beruntung bahwa dia tidak membakar rumah kita..." Homura menghela nafasnya.
"Hmm, iya... Aku merasa cukup kasihan melihat Selvia dan Methode yang selalu dimarahi oleh kamu waktu itu."
"Apa kamu bilang? Mereka ini cuman aku didik bukan di marahi." Ucap Homura dengan kesal.
"Hehe... Bercanda." Shira tersenyum.
Homura tersenyum, lalu ia bergerak ke arah Shira dengan sangat dekat. Homura berada dekat di sebelah Shira. Bahkan Shira bisa merasakan payudaranya. "(Sensasi yang indah ini memang hebat... Aku memiliki istri cantik dan kuat serta memiliki payudara yang sangat aku sukai...) "
"Apa...?" Tanya Shira.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin kau merasakan kehangatan milikku."
"Itu cukup hangat..." Shira tersenyum, lalu ia menggerakan lengan kanannya ke belakang punggung Homura, dan ia memegang bahu kanannya. Homura tersenyum. "Aku mencintaimu..." Homura menepatkan kepalanya di atas bahu kanan Shira.
"Ya, aku juga..." Shira mulai tersipu.
Keesokan harinya, Shira sedang berada di taman, selagi beristirahat dari latihan, tetapi itu hanya membuatnya lebih khawatir dengan kedatangan Rxeonal.
Angin sepoi-sepoi mulai menggerakan poninya, ia mengeluarkan pedangnya dan mulai berpikir tentang pertandingannya besok. Jika dia menang besok, ia akan melanjutkan ke dalam semi final.
Tujuan Shira mengikuti turnamen itu hanya untuk menjadi kuat dan bahkan juara juga adalah tujuannya. Tetapi ia berpikir bahwa hal itu bisa saja mustahil karena lawan yang kuat akan muncul di pertarungan selanjutnya.
"Aku akan berusaha untuk masuk ke final untuk melawan Homura." Shira. menggerakan pedangnya dengan wajah yang serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Andi Bergerboy
.
2020-05-05
0