Di dalam perpustakaan Hisberita, Shira meminjam beberapa buku sejarah dan juga sihir untuk memperlajarinya di rumah Homura. "Yurio, biasa..." Shira tersenyum.
"Ohh, Shira... Mau memimjam buku lagi?" Yurio tersenyum, lalu ia menghampiri Shira.
"Iyap, apakah masih ada buku tentang sejarah?" Tanya Shira.
"Masih ada dan ini sejarah sepenuhnya." Yurio menghampiri gelas kaca yang dimana di dalamnya terdapat buku sejarah tentang Alvin Ghifari. Yurio mengambilnya, lalu ia menghampiri Shira dan memberikan buku itu.
"Sip, terima kasih." Shira menepuk buku-buku itu dengan kartunnya, dan lalu ia memasukan kartunya kedalam scanner yang disediakan. Scanner ini adalah sistem penjualan yang sangat mudah dimana seorang legenda memasukan kartu mereka ke dalam box scanner dan ya... Barang yang kau beli terbeli dan lunas.
"Terima kasih, Yurio." Shira pergi meninggalkan perpustakaan itu.
"Datang lagi kapan-kapan ya~"
***
Shira tiba di depan rumah Homura, Shira membuka pintu tersebut. "Aku pulang." Shira menutup kembali pintu tersebut, lalu ia menghampiri ruangan tamu untuk membaca buku-buku itu.
Shira duduk di atas sofa dan melihat sekitar dimana tidak ada siapapun. "Mereka semua sedang keluar ya? Sayang sekali..."
Shira mulai membaca buku-buku yang ia pinjam dengan sangat serius, ia berjam-jam menghabiskan waktu untuk membaca buku itu. Seketika jam menempuh jam 7 malam, Homura membuka pintu rumahnya. "Aku pulang."
Homura menutup pintu itu kembali, lalu melepaskan kedua sepatunya. Ia pergi menghampiri dapur untuk membuat sebuah teh. Ia melihat Shira sedang membaca buku sihir. "Kau mulai belajar tentang sihir lebih teliti ya?" Homura berhenti di depan Shira.
"Iya. Tapi buku ini... Aku kurang mengerti."
"Kalau soal sihir kau akan dijelaskan di akademi... Kau belum pernah ke akademi apa?" Tanya Homura.
"Tidak sama sekali."
"Astaga... Tunggu sebentar, aku akan menjelaskannya." Homura pergi menghampiri dapur.
"(Aku akan mencoba untuk tidak membuatnya khawatir... Aku ini pacarnya.) Ucap Shira dengan sangat serius, lalu ia melanjutkan membaca buku sihir itu.
Beberapa menit kemudian, Homura menaruh dua cangkir teh diatas meja itu. "Jadi?" Tanya Homura.
Shira menaruh buku itu di atas meja tersebut. "Silahkan."
"Sihir itu terbagi menjadi 4 bagian... Sihir Elemen, Sihir Buff, dan Sihir Debuff, dan yang terakhir adalah Sihir Common..."
Sebuah cincin api mulai melingkari telapak tangan Homura. "Setiap legenda yang mengeluarkan sihir, pasti mereka akan menampakan cincin elemen mereka sepertiku ini... Elemen api..." Homura memutar cincin tersebut kepada Shira, dan Shira bisa merasakan kehangatan dari api tersebut.
"Hangat..." Shira tersenyum. "Hehe... Tentu saja, apiku mulai menurut kepadamu karena aku ini pacarmu." Homura tersenyum.
"Ahh! Ehem... Mulai dengan Sihir Elemen... Kau pasti sudah mengetahuinya 'kan? Aku selalu lihat kau selalu memakai sihirmu setiap saat." Homura tersenyum.
"Iya."
"Baiklah, sampai dimana kita..." Homura mulai menggantikan mode kartu itu menjadi mode sihir. "Sihir Buff..."
Homura menepatkan kartunya di atas meja tersebut. "Sihir Buff!!!" Cincin api Homura mulai menambah menjadi dua. "Kau bisa lihatkan bahwa cincin sihirku sekarang menjadi dua... Itu artinya kau mengeluarkan sebuah sihir buff."
"Sihir buff? Jadi yang kau maksud itu sihir yang dapat membuatmu kuat?"
"Iya. Card." Kartu Homura melayang dan melihatkan sihir buff Homura.
Homura Ghifari - Spell Buff
Crystallized Meltdown - Stage 598
Water Breathing - Stage 1090
Anti-Poison - Stage 677
Spell Breaker - Stage EX
Iron Flames - Stage 232
"Wahh... Stagenya besar sekali..."
"Iya, aku selalu menggunakannya ketika melawan seseorang yang mempunyai elemen air, es, listrik, racun, dan juga Sihir Debuff seperti lumpuh!"
"Tidak disangka Spell Breakermu stage EX." Shira terkekeh.
"Jika kau mau Sihir Buff... Minta kepadaku saja ya, aku punya banyak dan stagenya lumayan besar." Homura tersenyum.
"Baiklah."
"Sekarang..."
"Sihir Debuff!!!" Cincin Homura mulai bertambah lagi, sekarang menjadi 3. Shira mulai mengerti tentang sihir ini. "Sihir debuff ya...? Sepertinya ini berguna juga."
Homura mengganti mode kartunya menjadi mode Sihir Debuff.
Homura Ghifari - Spell Debuff.
Electrolyze - Stage 678
Frostbite - Stage 122
Chaos Armor - Stage 887
"Ketiga itu pasti memiliki efek lumpuh, beku, dan penghancur resistance armor ya?" Tanya Shira.
"Iya, tetapi kadang ketiga debuff ini bisa di counter oleh Spell Breaker..." Ketiga cincin Homura mulai menghilang.
"Sekarang sihir yang terakhir itu adalah Sihir Common! Sihir Common!!!" Sebuah cincin besar api mulai muncul di kelima jari Homura itu artinya Homura mengeluarkan sihir Common.
"Sihir common ini aku kurang mengerti, Homura..." Ucap Shira.
"Itu seperti sihir yang selalu dikeluarkan setiap hari, jadi seperti.... Ummm..."
"Flames of Gate!" Homura membuka cincin api yang sangat besar dimana di depannya adalah kamar Homura. "Jadi itu seperti sihir yang selalu berguna."
"Begitu ya..."
"Tapi, gunakanlah dengan baik-baik... Sihir energimu bisa habis nanti." Homura mengganti mode kartunya menjadi Sihir Common.
Homura Ghifari - Spell Common.
Flames of Gates - 453
Rewind - 333
"Sedikit sekali..." Ucap Shira.
"Aku jarang menggunakannya, jika kau ingin tahu lebih bisa tanya Mamaku yang memiliki Sihir telekinisis dan telepathy." Ucap Homura dengan wajah yang sangat serius, ia mengambil cangkir tehnya lalu meminumnya.
"Maksud rewind itu apa?" Tanya Shira.
"Seperti ini." Homura menepatkan cangkir tehnya di atas meja, lalu ia menunjuknya.
"Rewind!" Homura memutarkan kelima jarinya 360° dan tiba-tiba cangkir teh itu kembali menjadi semula, sebelumnya itu sudah setengahnya habis.
"Ahh!? Apakah sihir ini bisa di lakukan kepada seseorang yang telah mati?" Tanya Shira.
"Tidak bisa, sihir ini hanya untuk benda saja." Ucap Homura.
"Begitu ya...!" Shira menepuk kedua tangannya, Shira mulai mengerti dengan sihir-sihir yang Homura jelaskan kepada dirinya.
"Baguslah... Sepertinya kamu sepenuhnya mengerti ya." Homura tersenyum.
Tiba-tiba Rina membuka pintu rumah Homura dengan wajah yang serius. "Semuanya! Ada masalah!" Ucap Rina selagi memegang selembar kertas.
***
"Ehh?! Tournamen Liga Legenia!!?" Shira langsung terkejut bahwa ada turnamen juga di dunia isekai ini. Megumi dan Homura merasa tidak sabar untuk mengikutinya lagi karena mereka pernah mengikuti turnamen itu sebanyak 5 kali.
"Yang benar saja!!! Ada lagi!?" Ucap Megumi dengan sangat bersemangat. Ia pernah juara ke tiga di turnamen liga legenia yang kedua.
"Baiklah!!!" Homura tersenyum.
"Aku sudah mendaftarkan kalian bertiga untuk masuk liga Legenia ini yang ke enam... Ini pasti akan menyenangkan." Rina tersenyum.
"Tunggu, turnamen?! Jadi maksudmu setiap legenda terkuat akan berpartisipasi?!" Tanya Shira dengan sangat terkejut.
"Iya. Dan itu kenapa kita menunda boss dungeon itu hanya untuk ini~" Rina tersenyum.
"Ini sepertinya menyenangkan juga, Homura!" Shira tersenyum dan tiba-tiba mulai bersemangat.
"Ya 'kan?!" Homura tersenyum.
"Bibi Rina tidak berpartisipasi?" Tanya Megumi.
"Ohh, soal itu... Mamaku akan datang menonton turnamen itu. Jadi, kita mendapatkan tempat penonton VIP." Rina tersenyum.
Mereka bertiga langsung terkejut. "A-Apa!? Nenek!?" Ucap Megumi dan Homura.
"T-Tidak mungkin... Ini akan pertama kalinya aku bertemu dengan Dewi Korrina..." Shira langsung terkejut.
"Ya 'kan? Dan tentang turnamen ini kalian lakukanlah yang terbaik!"
"Hmm!" Mereka bertiga mengacungkan tangan mereka. Rina menoleh kepada Homura. "Kamu juga harus menjadi Champion lagi, Homura..."
"Iya, Mama." Homura mengangguk.
"Hah? Kamu pernah menang menjadi ke satu, Homura?" Tanya Shira.
"Iya, 5 kali berturut-turut aku menjadi Champion." Homura terkekeh.
"H-Hebat" Shira terkejut mendengarnya.
"Yah, jangan remehkan anakku dong..." Rina mulai mengusap-ngusap rambut Homura. Homura mulai tertawa.
"Baiklah, Shiratori, di turnamen ini semuanya adalah musuhmu, kamu bahkan bisa melawan Homura dan Megumi di turnamen." Rina tersenyum.
"Itu tidak apa... Itu membuatnya menjadi lebih menyenangkan! Aku sudah tidak sabar untuk menanti turnamen itu. " Shira tersenyum.
"Turnamen akan di mulai besok di arah barat dari kastil Legenia." Rina tersenyum.
Mereka semua mengangguk.
***
Keesokan harinya, Shira dan yang lainnya telah berkumpul di depan turnamen yang sangat besar itu. Rina telah pergi untuk mengunjungi Mamanya.
"Wahhh... Banyak sekali."
"Saingan kita semakin ketat." Homura menyilangkan kedua lengannya dan melihat banyak sekali Legenda yang berpartisipasi.
"BAIKLAH!!! SEMUANYA MOHON TENANG!!!" Tiba-tiba seorang juri bernam Judo Unken mulai muncul di atas atap panggung dengan berteriak keras.
Mereka semua mulai diam, lalu mereka menghadapi Judo dengan serius.
"Sepertinya kita kembali lagi dengan turnamen liga Legenia yang ke 6!!!"
"YAAAAA!!!" Mereka semua mengacungkan tangan mereka.
"Peraturan turnamen ini mudah sekali!!! Sama seperti sistem duel dari kartu! Tetapi... Jangan menggunakan item!" Judo tersenyum.
"Mari kita melihat layar besar ini dimana wajah kalian akan terlihat." Judo menepuk tangannya, lalu kartu yang terisi wajah legenda yang akan berpartisipasi mulai berputar. Itu seperti melakukan roullete.
Setelah beberapa detik kartu-kartu itu berhenti. "Mari kita lihat... PERTARUNGAN PERTAMA!!!"
Megumi Ryouma VS Taketsa Sumera
"Wahh! Megumi sepertinya kau akan memulai pertarungan ke satumu." Homura tersenyum.
"Padahal aku mau bersiap pemanasan dulu." Megumi menghela nafasnya.
Shira melirik ke arah layar dan di akan bertanding di babak 3 melawan Urata Mueda.
Beberapa menit kemudian, Shira dan Homura menghampiri ruangan VIP dimana Rina dan Korrina berada. "Aku merasa sangat gugup..." Kedua lengan Shira mulai bergetar.
"Jangan khawatir..." Homura mengandeng tangan kanan Shira. "Nenekku baik hati banget loh..."
Shira mengangguk. Sesampai mereka di depan ruangan VIP, Homura membuka pintu tersebut, lalu ia melihat Rina dan Korrina sedang melihat arena turnamen itu.
"Ohh? Kamu sudah datang, Homura?" Rina melirik kepada Homura dengan sebuah senyuman.
"Iya."
Korrina melirik kepada Shira dan Homura. "Hai, Homura... Kamu merindukan Nenek?" Korrina tersenyum.
"NENEK!!!" Homura lari menghampiri Korrina, lalu ia memuluk Korrina dengan sangat erat.
Alvin merasa sangat kaget melihat wajah Korrina yang terlihat sangat amat muda, ternyata legenda dan dewi juga memiliki umur abadi.
Korrina melirik kepada Shira. "Kau ini adalah Shiratori Alvin ya? Seorang Saint Legenda."
"I-Iya." Shira menghampiri Korrina, lalu ia melirik kepada Rina yang sedang memberi signal untuk berlutut dan menunduk kepada Korrina.
"Ehem..." Shira berlutut kepada Korrina. Korrina dan Homura mulai terkejut melihat Alvin yang bersikap sangat sopan kepada Korrina, padahal hal itu tidak terlalu dibutuhkan untuk Korrina.
"K-Kita tidak melakukan hal itu disini, Shiratori... Bangkitkan kepalamu karena kau juga termasuk keluarga kami." Korrina tersenyum.
"(YANG BENAR SAJA!!!)" Shira merasa sangat malu dan tertipu karena candaan Rina, Rina sekarang sedang menahan tawanya.
BAMMM!!!
Suara kembang api yang meledak, Homura melihat Megumi dan Taketsa telah memasuki lapangan. "Liat! Sudah akan dimulai!"
Korrina dan Rina menghampiri jendela kaca yang besar. "Megumi, ya? Sepertinya jika Megumi masuk semi final Vinna akan datang kesini." Ucap Korrina dengan senyuman.
"Vinna, ya? Bukannya dia sibuk?" Ucap Rina selagi menatap Korrina.
"Pekerjaan dia bisa digantikan oleh Haruka tau..." Korrina tersenyum.
"(Mereka berbicarakan tentang Dewi Vinna dan Dewi Haruka ya!? Menakjubkan...)" Shira merasa terkejut.
Fokus kepada Megumi, Megumi menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai mengingat semua kesalahan yang ia lalui. Ia tidak akan mengulangnya lagi. "Aku harus masuk semi final agar Nenek Vinna bisa datang menonton."
"Dan kita memulai dengan pertandingan pertama! Megumi Ryouma VS Taketsa Sumera!" Ucap Judo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Fysam
menurutku, sebagian kalimatnya ada kalanya menjadi agak tudak nyambung dengan realitanya. terus, walaupan Rina dalam mode aslinya tolong kalau bisa jangan dilupakan bahwa ia tetaplah seorang ibu. #saran
2019-07-21
4