Chapter 11 - Anak setengah Iblis dan Legenda

"Seorang anak iblis?" Homura terkejut bahwa ia bisa melihat seorang anak iblis yang berkeliaran di daerah Legenia, biasanya tidak ada satupun iblis yang berani mendatangi Legenia.

Selvia mulai mundur ketakutan melihat Homura. "Jangan takut, Selvia! Mamaku baik hati juga kok!" Methode tersenyum. Homura melirik kepada Shira. "Kamu menemukannya?"

"Dia tadi disiksa oleh kedua legenda bajingan yang tidak memiliki hati sama sekali." Ucap Shira dengan sangat kesal. Selvia mulai ketakutan dan juga kelaparan. "Hmmm... Hmmm..."

Homura memberi Methode kepada Shira, lalu Shira menggendong Methode. "Tidak apa-apa, nak... Aku tidak akan melukaimu..." Homura berlutut, lalu ia memegang tubuhnya yang terasa lemah. "Keluargamu kemana?" Homura bisa merasakan betapa lemahnya tubuh Selvia.

"Mereka... Mati... Dibunuh oleh pangeran legenda..." Selvia mulai bersedih. "Aku turut berduka cita---"

KRUUTT!!!

Perut Selvia mulai berbunyi dengan sangat keras. "Ahhh..." Selvia memegang perutnya. "Kamu lapar ya?" Homura tersenyum, lalu ia bangkit dari tanah.

Methode tiba-tiba turun dari pangkuan Shira, ia langsung menghampiri Selvia dan memberinya sate naga. "Makanlah! Enakloh!" Methode tersenyum. Selvia tanpa berpikir dua kali langsung mengambil itu dan memakan sate tersebut dengan sangat lahap. "Terima kasih..." Selvia tersenyum.

Shira dan Homura mulai berdekatan dan berdiskusi. "Gimana nih...? Aku gak tega meninggalkan seorang anak setengah iblis sendirian..." Ucap Homura dengan sangat khawatir.

"Aku juga. Dan juga... Methode dan Selvia terlihat sudah seperti teman saja, bahkan adik-kakak... Mereka mulai merasa aman kepada satu sama lain."

"Gimana kalau kita adopsi Selvia?" Shira melirik kepada Homura.

"Aku setuju kalau begitu." Homura mengangguk. Ia melirik kepada Selvia. "Selvia, jika kamu tidak mempunyai keluarga lagi... Gimana kalau kamu tinggal bersama kita? Menjadi keluarga Shiratori. "

"B-Boleh kah...? Tapi bisakah kakak menghilangkan pikiranku tentang Mama dan Papaku yang terbunuh itu...?" Ucap Selvia dengan wajah sedihnya.

"Ahhh... Tentu." Homura mengangguk dan mengenal seseorang yaitu Korrina yang dapat menghapus pikirannya. Bahkan ia bisa jadi anak dari Homura dan Shira oleh sihir Korrina.

"Kita bisa sepertinya menjadikan Selvia anak kedua kita." Homura tersenyum. "Hm..." Shira melirik ke arah lain.

Shira tiba-tiba terkejut, lalu ia menatapnya"Apa maksudmu, Homura!?"

"Kamu lupa tentang nenekku?" Tanya Shira.

"Ahh...? Korrina... dewi dari segalanya ya...?"

"Hmm." Homura mengangguk.

Beberapa menit kemudian, di dalam ruangan VIP. Shira dan Homura membawa Selvia bertemu dengan yang lain. Rina langsung terkejut melihat seorang ras setengah iblis. "Seorang iblis...? Dan dia juga memiliki darah legenda...!?"

Selvia mulai sembunyi di belakang Shira dengan ketakutan, tetapi Methode menggenggam tangannya.

"Homura, Shiratori... Apa maksudnya dari semua ini?" Tanya Korrina.

"Tunggu..." Homura menghampiri Selvia. "Selvia~"

"Hmmm...?" Selvia menatap kedua mata Homura. "Gimana kalau Selvia menjadi anak kedua kita? Kamu bisa jadi adik Methode loh--"

"Selvia inginnya begitu... Papa bilang bahwa Selvia harus mencari sebuah keluarga baru... Dimana mereka mencintaimu lebih dari apanya... Dan juga..." Selvia melirik kepada Methode. "Methode ini sangat baik hati sekali."

"Papa dan Mama, sebelum mereka dibunuh... Mereka mengatakan... Carilah sebuah keluarga..." Selvia menangis.

"Hmmm~" Methode memeluk Selvia dengan senyuman. "Bukan hanya itu loh, Selvia... Sebenarnya nenek ini adalah dewi dari segalanya." Homura menunjuk Korrina.

Selvia melirik kepada Korrina, Korrina tersenyum lalu ia menghampiri Selvia. "Selvia, kamu benar ingin menjadi keluarga kakak ini?" Korrina menunjuk Homura.

"Hmm..." Selvia mengangguk.

"Caranya beresiko besar loh... Aku harus menghapus kenangan dan pikiranmu tentang Papa dan Mamamu sebelumnya, lalu mengubahnya menjadi pikiran di mana Shiratori dan Homura itu Papa dan Mamamu."

Shira terkejut mendengarnya. "Dia bisa melakukannya!?" Shira melirik kepada Rina. "Apa yang kamu harapkan dari Mamaku?"

"Boleh... Selvia tidak mau selalu bersedih..." Selvia mengangguk.

"Dan juga, bukan hanya itu... Kamu juga akan memiliki darah dari Homura dan Shiratori agar kamu benar-benar putri kedua mereka, mau?"

"Lakukan. Selvia tidak mau memikirkan Papa dan Mama dulu..." Selvia merasa sangat bersedih.

Korrina melirik kepada Shira dan Homura dengan wajah yang sangat serius. "Homura, Shiratori... Berikan sedikit darah kalian."

"Ehh? Serius---"

Rina tiba-tiba menusuk lengan kanan Shira dengan tusukan crimson yang tajam. "Awww! Sakit, Rina!"

"Hehehe... Maaf." Rina memasukan darah itu ke dalam bola aura. "Ini, Mama." Homura melempar bola aura apinya kepada Rina. Rina menangkapnya.

"Ayo mulai..."

Homura menggendong Methode, lalu ia menjauh dari Selvia. "Kenapa, Mama?"

"Ini hanya sebentar." Homura menghampiri Rina dan Shira dimana tempat itu cukup jauh dari Selvia.

Sebuah simbol dewi mulai muncul di bawah Selvia. Rina melempar kedua bola aura itu kedalam simbolnya. "Ini hebat sekali..." Shira terkesan.

"Homura, Shiratori... Kalian pikirkan dengan baik-baik ya bahwa merawat anak setengah iblis itu susah... Beberapa dari Legenda yang tinggal di kota ini membenci sebuah iblis, cobalah untuk menghalangkan tanduknya itu."

"Baiklah." Jawab mereka.

Rina mulai berpikir. "Aku masih bingung kenapa tanduknya hanya satu yaitu di kanan dan juga mata kanannya dihalang oleh penghala mata." Homura melirik kepada Rina. "Yahhh... Kita akan menjaga Selvia dengan semua kekuatan kita, bahkan... Aku dan Shira sudah memiliki keluarga dengan 3 Legenda..." Homura tersenyum.

"Aku juga akan bantu!" Methode mengacungkan tangannya. "Hmm!" Homura tersenyum, lalu mencium pipinya.

Rina tersenyum, lalu ia melihat wajah Methode. "Jaga ya adik barumu itu~"

"Hmm! Serahkan padaku!" Methode tersenyum. Rina terkekeh, lalu ia mengusap rambutnya.

Shira tersenyum, ia melihat kedua lengannya. "(Aku mempunyai putri keduaku... Tujuanku hanyalah menjadi yang terkekuat dan melindungi Yuusuatouri.)" Ucap Shira dengan sangat serius.

Korrina berhenti menunjuknya, simbol yang diinjak oleh Selvia mulai menghilang. "Berhasil. Homura, Shiratori, silahkan menyapa putri kedua kalian."

Homura dan Shira menghampiri Selvia dengan wajah yang serius.

"Selvia..." Homura tersenyum. Selvia membuka kedua matanya, lalu ia menoleh kepada Shira dan Homura dengan wajah yang terkejut. "Mama...? Papa...?"

Shira menghampiri Selvia lebih dekat. "Iya, Selvia... Ini Papa..." Shira tersenyum.

"PAPA!!!" Selvia tersenyum, lalu ia memeluk Shira dengan sangat erat. Shira menyukai setiap momen-momen ini tapi dia juga masih memiliki firasat buruk tentang Iblis kuat yang bernama Rxeonal akan datang dan menghancurkan kota Legenia.

Setiap detik... Itu adalah setiap dimana Shira harus fokus berlatih dan berbicara untuk mengikat talinya bersama keluarga yaitu Homura, Methode, dan Selvia. Tahap pertamanya untuk menjadi kuat ialah memenangi pertandingan liga Legenia ini dengan semua kekuatannya.

Setelah beberapa hari kemudian, setiap tengah malam Shira selalu berlatih dengan Rina, ia ingin sekali menjadi Legenda yang sangat layak bagi Rina, tetapi dia masih tidak berpikir bahwa Shira ini belum cukup layak.

CLAAANG!!!

Rina berputar, lalu ia menendang perut Shira. Shira terdorong mundur. "Tendangan yang cukup kasar juga..." Shira mengusap darahnya.

"Hmph... Dimana legenda layak yang kamu bicarakan, Shiratori?" Rina tersenyum.

"Kau melihatinya sekarang juga, Rina."

"Aku belum cukup percaya." Rina bergerak dengan sangat cepat menghampiri Shira, lalu ia mulai memukulinya dengan sangat cepat.

BAKKK!!! BAKKK!!! BRAKKK!!!

Shira menahannya dengan pedangnya. Ia tiba-tiba langsung menendang perutnya dengan sangat cepat hingga Rina terdorong. Shira bergerak menghampiri Rina

Rina menembak beberapa elemen api dan cahaya kepadanya, tetapi Shira menebasnya dengan sangat cepat. "HEXA POWER DISC!!" Pedang Shira bersinar, lalu ia mundur dan menyerangnya dengan cara charge.

"Ahh---"

BAAAAAAAAMMMMMMMMMMMMMMMMMM!!!

Mortem menahan besi pedang itu dengan mulutnya. Shira langsung terkejut melihat Rina berubah. "Ahh!" Shira mundur.

"Sialan kamu, Shiratori... Kamu berpikir untuk membunuhku ya?" Mortem mengambil pedangnya, lalu ia memberikannya kembali.

"Maaf..." Shira menunduk kepada Mortem.

"Pokoknya... Kamu bilang kamu ini mau menjadi muridku ya? Kamu ingin sekali menjadi legenda yang layak." Mortem melayang dengan wajah yang tenang.

"Iya... Aku ingin menjadi legenda yang layak agar aku bisa melindungi keluargaku... Karena aku telah mengalahkan wujud legenda biasamu... Tujuan selanjutnya adalah mengalahkanmu--"

BRUUGGG!!!

Perut Shira tertusuk oleh jari Mortem. "UUUUUGGGHHHH!!!" Shira merasa kesakitan di perutnya, ia langsung berlutut dan memegang perutnya.

"Kekuatan dan levelmu sekarang belum siap untuk melawanku, Shiratori... Berapa kali aku harus memberi tahumu bahwa kamu ini terlalu percaya diri... Kepercayaan dirimu bisa membawamu kepada kematian." Mortem menyilangkan kedua lengannya.

"Maaf..."

"Aku masih harus memberitahumu tentang hal-hal yang lain..."

"Tentang sihir, dan berkelahi... Aku sudah mengetahui semua itu." Shira tersenyum, lalu ia bangkit dari tanah.

"Iya, aku tau. Kamu memang murid yang cepat menurut dan mengerti." Mortem tersenyum, ia mengapung menghampiri Shira. "Tapi, aku ingin mengajarimu tentang pertahananmu yang penuh dengan kelengahan."

"Hah?" Shira terkejut.

"Kau sadar tidak?"

"Sadar apa?"

"Bajumu itu loh... Aku sudah menandatangani namaku di bajumu" Mortem terkekeh.

"Hah...!?" Shira melihat bajunya dan ternyata ia melihat tanda tangan Mortem. Ia langsung tidak mempercayainya. "Ahh!? Sejak kapan!?"

"Pengalihan dan juga kelengahan..." Mortem tersenyum. "Aku ingin sekali kamu untuk tidak gampang lengah dan bahkan gampang teralihkan oleh satu hal."

"Walaupun musuhmu menggunakan sihir yang begitu sulit untukmu... Kamu bisa mengalahkan mereka dengan cara... Tenang dan fokus... Dan jika kamu dapat berkonsentrasi dengan sangat mudah, itu adalah nilai plus untukmu."

Shira mengangguk. "Legenda layak itu tidak akan pernah lengah dan terluka oleh sebuah sihir yang sulit... Jika kau dapat melakukan itu di turnamen nanti, aku akan menganggapmu sebagai Legenda layak untukku." Mortem tersenyum, lalu ia berubah kembali menjadi Rina.

"Aku mengerti, Rina..." Shira mengangguk.

"Bukan Rina, tapi... Sensei." Rina terkekeh.

"Terima kasih atas semuanya... Sensei!" Shira menunduk kepadanya.

"Hmm! Kalau begitu sampai jumpa lagi, Shiratori!" Rina tersenyum, lalu ia menghilang dengan sangat cepat.

Shira menghela nafasnya. "Ternyata dunia ini cukup susah juga ya... Semua orang itu kuat, aku ngarep apaan sih tentang isekai ini!? Yang ngecheat atau OP itu sama saja dengan lemah. Aku ingin menjadi seseorang yang berusaha tidak seperti mereka yang tolol dan lemah!" Shira mulai berbicara sendiri dan merasa sangat arogan. Ia tidak suka cheater dan MC OP yang ada di anime isekai.

"Sikapmu itu kenapa kamu bersikap seperti legenda yang akan mati duluan." Ucap seorang gadis yang berada di belakang Shira.

Shira tiba-tiba terkejut mendengar suara tersebut, ia langsung melirik kebelakang dan ternyata itu Korrina dengan wajah kesalnya. "Shiratori, sikap dalam seorang legenda itu penting... Jika kamu bersikap arogan sekecil apapun... Kau bisa saja gagal dalam hal semua itu."

"Maaf, Dewi Korrina."

"Tidak ada maaf... Push ups 100.000.000.000 kali!" Korrina menunjuk tanah dengan wajah yang sangat kesal.

"HAAAAAAAAAHHHHHH!!?" Shira langsung terkejut mendengar itu.

"Sikap!!!"

"Maaf!!!" Shira menunduk kepada Korrina. Korrina mulai tersenyum. "Aku hanya bercanda kok, tapi jaga sikapmu baik-baik ya? Seorang legenda layak juga menjaga sikap mereka... Aku ingin melihat kamu berkembang nanti... Jika itu terjadi aku akan mengakuinya bahwa kamu ini layak menjadi keluarga penerus Ghifari!" Korrina tersenyum.

"Terima kasih, Dewi Korrin---"

"Bukan dewi, tapi Nenek." Korrina tersenyum.

"S-Siap, nenek..." Shira tersenyum.

Korrina memperlihatkan tangan tinjunya dengan wajah yang tersenyum. "Semoga beruntung dengan pertarungan selanjutnya nanti, Shiratori Alvin! Aku pasti akan menonton."

Shira terkejut melihat bahwa Korrina memperlihatkan tangan tinjunya kepada Shira, itu terasa bahwa seorang dewi telah melihat Shira sebagai seseorang yang spesial baginya, tapi dia telah mengetahuinya karena ia menikah dengan cucunya. "Hmm! Terima kasih, nenek!!!" Shira mulai memukul tangan tinju Korrina dengan wajah yang bersemangat.

"Hee... Semangat legenda yang layak, semangat itu harus kamu simpan untuk nanti." Korrina mengeluarkan jempolnya.

"Hmm!"

"Ngomong-ngomong soal musuh yang kau akan lawan selanjutnya itu adalah temanku dan teman Dewa Alvin loh." Korrina tersenyum.

"Hah!? Skyla Maria adalah temanmu!?"

"Iya, tapi jangan takut karena ketakutan itu bukanlah untuk seorang legenda yang layak. Dia ini adalah pendekar pedang yang hebat... Dia mengetahui semua tentang berpedang. Dia sangatlah hebat."

"Ahh!? Itu artinya aku akan bertanding dengan pedang ini." Shira mengeluarkan pedangnya.

"Iyap, tapi dia memegang dua pedang yang sangat kuat, jangan lengah ya."

"Hmm!"

Korrina tersenyum. "Sampai jumpa lagi, Shiratori. Kamu juga harus mementingkan tentang anak-anakmu itu, jangan terlalu banyak berlatih, kali-kali bermainlah dengan keluarga. Korrina menghilang dengan sangat cepat.

Shira tersenyum dengan sangat bersemangat, ia memutar pedangnya, lalu menyimpannya di belakangnya. "Aku mulai terbiasa dengan dunia ini!"

***

09:00 AM.

"Zzzzzzzzz!!! ZZZZZZZZ!!!" Shira mendengkur dengan sangat keras karena ia kelelahan habis berlatih kemarin.

Methode dan Selvia hingga tertawa mendengar dengkuran Shira yang sangat keras. "Papa memang berlatih dengan hebat ya?" Methode tersenyum.

"Hmm!" Selvia tersenyum.

"Eiy!" Methode menaiki kasur yang Shira tiduri, Methode mulai berbaring di sebelah Shira, lalu memeluk lengannya dengan sangat erat. "Mm~"

"K-Kakak, apa yang kakak lakukan!? Nanti kakak kena marah sama Mama loh..." Selvia mulai panik.

"Gak apa-apa... Kita tidur dengan Papa aja yuk!" Methode mulai memejamkan kedua matanya dengan sangat imut. "Mmooo... Kakak..." Selvia mengembungkan kedua pipinya, lalu ia menaiki kasur Shira dan mulai berbaring di sebelah Shira.

Mereka perlahan tertawa bahagia, tetapi tak lama kemudian mereka tertidur dengan sangat damai.

Beberapa menit kemudian, sekitar jam 10 pagi, Homura membuka pintu rumah dengan wajah yang bersemangat untuk di sapa kembali oleh Methode dan Selvia. "Mama pulang!!!" Ucap Homura dengan bersemangat.

Krik... Krik... Krik...

Tidak ada satupun yang menyapa Homura. "Ehh?"

Homura bergegas ke atas dan menghampiri kamarnya dengan wajah yang kesal. Ia tiba-tiba melihat mereka bertiga tidur dengan sangat damai. "Jam berapa sekarang ini....."

"BANGGGGGUUUUUUUUUNNNN!!!" Teriak Homura hingga sebuah api mulai memutari kedua lengannya. Homura merasa sangat marah melihat mereka masih tidur jam 10 pagi. Homura memberi mereka peraturan untuk bangun tidur sebelum jam 10.

Mereka bertiga langsung terbangun kaget, mereka menoleh kepada Homura dengan wajah yang terkejut. "Homura sayang...!" Shira terkejut.

"Jam berapa sekarang, hah?" Tanya Homura.

"S-Sepuluh?" Shira terkekeh.

"Wahhhh!!! Mama marah!" Selvia menutup wajahnya dengan ketakutan. "Papa, kalahkan Mama!" Methode sembunyi di belakang Shira.

Shira terkejut. "Mamamu lebih kuat dari Papa---" Shira tiba-tiba melihat wajah Homura sedang akting. Ia tersenyum. "Ohh!" Shira tersenyum.

Shira bangkit dari kasurnya, ia langsung melompat dan mendarat di depan Homura. "Aku tidak akan membiarkan monster astral mimpi menganggu anak-anak imutku tidur!" Shira mulai berpose seperti pahlawan.

"Aku akan memakan mimpi indah mereka! Raaaarrrr!!!" Homura mulai bergaya seperti monster.

"Ahhhhhh~~~!!!" Selvia dan Methode tersenyum dengan sangat bahagia melihat Papa dan Mama mereka berakting tentang mimpi buruk.

"Papa!!! Hajar monster yang selalu makan mimpi kita!!!" Selvia mulai mendukung Shira

"Hmph! Rasakan ini...!!! Serangan Mimpi Indah!!!" Shira berputa, lalu ia mulai menggelitik tubuh Homura dengan wajah yang tersenyum. "Ahhhhh!!! Tidaaaaakkk... Aku mulai melemah!!!" Homura berlutut.

"Hahahahahahaha!!! Monster astral pemakan mimpi indah tidak akan bisa mengalahkan Papa!!!" Jawab mereka berdua dengan sangat bahagia.

"(Hehehehe!!! a

Aku merasa sangat senang sekali!!! Terima kasih, Homura!!!)" Shira merasa bangga karena bisa di puji oleh anak-anaknya.

Homura bangkit dari lantai, ia melihat anak-anaknya tertawa terbahak-bahak seperti gadis yang sangat senang. "Ohh, Shira... Mereka mencintai kita..."

"Pasti... Mereka ini adalah anak-anak kita---"

Homura mencium pipi Shira dengan sangat romantis, hingga Shira mulai tersipu malu. "Hmmm..." Shira terkejut.

"Hehehe..." Homura terkekeh.

Homura menoleh kepada mereka. "Mari kita makan siang!" Homura tersenyum.

***

"SELAMAT MAKAN!!!" Shira, Methode, dan Selvia mulai memakan makanan mereka dengan sangat lahap. Homura tersenyum. "Makan pelan-pelan ya."

"Hmmm!!!"

Homura melirik kepada tanduk Selvia, dan ia mulai mencari cara untuk menyembunyikan tanduk itu dari para Legenda.

Shira melirik kepada sebuah gambar yang melihatkan Dewi Korrina sedang duduk.

"Itu Dewi Korrina?" Shira menunjuk gambar itu.

"Iya, setiap keluarga ghifari pasti mempunyai gambarnya." Homura tersenyum.

"Hmm... Begitu ya..."

"Shira, musuhmu selanjutnya itu kuat loh... Hati-hati. Aku dengar dia berteman dengan nenek Korrina." Ucap Homura dengan sangat serius.

"Akan aku usahakan untuk menang." Shira mengangguk.

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 - Dunia dimana Legenda itu ras
3 Chapter 2 - Pertarungan Pertama yang Sengit
4 Chapter 3 - Cahaya Harapan
5 Chapter 4 - Cerita tentang Dewa dan Dewi
6 Chapter 5 - Perasaan Api dan Cahaya
7 Chapter 6 - The Raid
8 Chapter 7 - Sihir-sihir
9 Chapter 8 - Turnamen Liga Legenia
10 Chapter 9 - Anak dengan darah Dewi dan Saint
11 Chapter 10 - Musuh yang sangat kuat akan datang
12 Chapter 10 - Musuh yang sangat kuat akan datang
13 Chapter 11 - Anak setengah Iblis dan Legenda
14 Chapter 12 - Pendekar Pedang yang sangat Kuat
15 Chapter 13 - Firasat Buruk
16 Chapter 14 - Ultra Power Legend
17 Chapter 15 - Latihan Keras
18 Chapter 16 - Saint Legenda
19 Chapter 17 - Pulau Langit Yuuwa
20 Chapter 18 - Iblis baik hati
21 Chapter 19 - Ilusi Dewi
22 Chapter 20 - Potensi Penuh
23 Chapter 21 - Saint Enchanted
24 Chapter 22 - Potensi penuhi Saint of Hope
25 Chapter 23 - Kekuatan yang tidak terkendali
26 Chapter 24 - Sekolah Akademi Stage SSS
27 Chapter 25 - Kekuatan Methode yang dahsyat
28 Chapter 26 - Kedatangan seorang Saint Elemental Zero
29 Chapter 27 - Mantra Sihir-Sihir
30 Chapter 28 - Selvia, Methode, dan Via menghilang!?
31 Chapter 29 - Kedatangan yang cukup terlambat
32 Chapter 30 - Rxeonal, raja iblis yang memiliki 3 nyawa abadi
33 Chapter 31 - Kekalahan yang membuat kemarahan dahsyat
34 Chapter 32 - Kebangkitan Kekuatan Methode yang sebenarnya
35 Chapter 33 - Nyawa terakhir dengan aksi kehancuran
36 Chapter 34 - Kehancuran
37 Chapter 35 - Salam Perpisahan
38 Chapter 36 - Surat Nikah
39 Chapter 37 - Menikmati momen
40 Chapter 38 - Eternal
41 Chapter 39 - Kebangkitan Alvin
42 Chapter 40 - Omni-Dewa
43 Chapter 41 - Mantra Pergabungan
44 Chapter 42 - Gerhana Matahari
45 Chapter 43 - Dunia tanpa dirimu
46 Chapter 44 - Kehidupan kedua
47 Chapter 45 - Perjalanan baru
48 Chapter 46 - Neraka Astral
49 Chapter 47 - Lari dari Dunia Astral
50 Chapter 48 - Kembali Bertemu
51 Chapter 49 - Pesta
52 Chapter 50 - Undangan untuk para Saints
53 Chapter 51 - Dimensi Saint
54 Chapter 52 - Tidak memihak siapapun
55 Chapter 53 - Rencana Masa Depan
56 Chapter 54 - Temple of the Saint
57 Chapter 55 - Kekuatan asli dari semua jantung Saints
58 Chapter 56 - Damai, tapi dimusuhi
59 Chapter 57 - Comeback
60 Chapter 58 - Perayaan dan Pesta
61 Chapter 59 - Bunga-bunga hangat
62 Chapter 60 - Sesuatu yang harus diperjuangkan
63 Chapter 61 - Saint Hybrid
64 Chapter 62 - Xuusuatouri
65 Chapter 63 - Shuri
66 Chapter 64 - The Truth is...?
67 Chapter 65 - Jawaban terdapat dimana-mana
68 Chapter 66 - Waktu dan Ilusi
69 Chapter 67 - Homura vs Homuze
70 Chapter 68 - Api-Api yang bergejolak Tinggi
71 Chapter 69 - Pergabungan Lagi?
72 Chapter 70 - Pertarungan Klimaks antara kedua Dewa
73 Chapter 71 - Pemulaian Baru
74 Chapter 72 - Mimpi yang akan Datang
75 Chapter 73 - Sesuatu yang tidak diharapkan
76 Chapter 74 - Hancurkanlah semuanya!
77 Chapter 75 - Pembawa Peperangan
78 Chapter 76 - Ahli Sihir Rahasia
79 Chapter 77 - Strategi dan Kerja Sama
80 Chapter 78 - Tepat dalam Waktunya
81 Chapter 79 - Keunggulan dan Kecerdasan Syna
82 Chapter 80 - Syna Vs Arika! Pertarungan Kecerdasan melawan Kekuatan
83 Chapter 81 - Wujud Saint God Pertama
84 Chapter 82 - Dewa Kegelapan yang bangkit dari tidurnya
85 Chapter 83 - Super Eclipse Blaze
86 Chapter 84 - Segel
87 Chapter 85 - Kita Bersama...! Hidup dengan Damai...!
88 Chapter 86 - The God of Oath (I)
89 Chapter 87 - The God of Oath (II)
90 Chapter 88 - The God of Oath (III)
91 Chapter 89 - A New God for Touri
92 Chapter 90 - Upacara Resmi
93 Chapter 91 - Omni-Touri
94 Chapter 92 - Pesta Meriah! Yahoo!
95 Chapter 93 - Permainan tangguh untuk para Legenda
96 Chapter 94 - Saint Tracer dan Seven Deadly Sword of Sins
97 Chapter 95 - Segalanya
98 Chapter 96 - Lihatlah lebih tinggi lagi
99 Chapter 97 - Sampah di planet Agimuragi
100 Chapter 98 - Keluarga Durhaka
101 Chapter 99 - Kuroshin vs Alvin, Crimson Vs Dark Crimson
102 Chapter 100 - Gerhana Bulan
103 Chapter 101 - Ritual Shinigami
104 Chapter 102 - Kontrak Clare
105 Chapter 103 - Masa lalu seorang Saint Tracer
106 Chapter 104 - Demi Air Suci
107 Chapter 105 - Persiapan untuk menjalankan rencana
108 Chapter 106 - Informasi lebih tentang Arata dan Shin
109 Chapter 107 - Membawa seorang keluarga pulang
110 Chapter 108 - Tidak ada satupun Legenda yang harus ditinggal
111 Chapter 109 - Mugen no Kensei
112 Chapter 110 - Penyerangan putus asa
113 Chapter 111 - Rencana Kedua
114 Chapter 112 - Sang Pemilik Tujuh Dosa Besar
115 Chapter 113 - Pemanggilan dari Alam Lain
116 Chapter 114 - Kuro Vs Alvin, Dua Mortal terkuat akhirnya bertarung
117 Chapter 115 - Generasi Baru untuk Shiratori dan Ghifari
118 Chapter 116 - Arwah-Arwah yang Berkumpul
119 Chapter 117 - Kekacauan di Pantai
120 Chapter 118 - Malam yang Kacau
121 Chapter 119 - Elf
122 Chapter 120 - Menuju Desa Saint
123 Chapter 121 - Desa dimana para Saint tinggal
124 Chapter 122 - Bebaskanlah
125 Chapter 123 - Makhluk Hidup di wilayah Oath
126 Chapter 124 - Hyugen
127 Chapter 125 - Tidak ada kata untuk Putus Asa
128 Chapter 126 - Kekuatan dahsyat dari seorang Ras Dengel
129 Chapter 127 - Pertarungan Serius Shira melawan Hyugen
130 Chapter 128 - Teruslah Berjuang!
131 Chapter 129 - Pertarungan Shira yang mampu menghancurkan Semesta
132 Chapter 130 - Dosa yang dikumpulkan menjadi Satu
133 Chapter 131 - Kemampuan dan Kecerdasan Haruki
134 Chapter 132 - Cara agar Weapon of Saint Heroes terjaga aman
135 Chapter 133 - Rencana yang sudah direncanakan sejak awal
136 Chapter 134 - Masalah yang seharusnya dikhawatirkan oleh Dewa
137 Chapter 135 - Pengalaman Bertarung
138 Chapter 136 - Selamatkanlah yang kalian bisa
139 Chapter 137 - Legenda yang ditinggal
140 Chapter 138 - Dua Pihak dan Dua Rencana
141 Chapter 139 - Seperti biasanya
142 Chapter 140 - Giant
143 Chapter 141 - Apakah bangkit? Apakah tercegah?
144 Chapter 142 - Umpan
145 Chapter 143 - Kerahkan semua yang kita miliki!
146 Chapter 144 - Grimoire of Oath
147 Chapter 145 - Pertarungan yang Berat Sebelah
148 Chapter 146 - Lebih Baik Kehilangan Satu
149 Chapter 147 - Pahlawan
150 Chapter 148 - Batu Nisan
151 Chapter 149 - Mengurus Diri Sendiri
152 Chapter 150 - Dimensi
153 Chapter 151 - Alternatif
154 Chapter 152 - Palsu dan Asli
155 Chapter 153 - Haruka
156 Chapter 154 - Waktu yang Terbatas
157 Chapter 155 - True Dimensional Cage
158 Chapter 151 - Permulaan Baru
159 Chapter 152 - Pilihan Sulit
160 Chapter 153 - Di Tengah Gelap dan Terang
161 Chapter 154 - Hati yang Tersentuh
162 Chapter 155 - Puncak Perjalanan
163 Chapter 156 - Roh
164 Chapter 157 - Melodi Alam yang Abadi
165 Chapter 158 - Memori Pohon Kuno
166 Chapter 159 - Sang Nelayan dan Cerita Lautan
167 Chapter 160 - Memori Alam dan Rencana Baru
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 - Dunia dimana Legenda itu ras
3
Chapter 2 - Pertarungan Pertama yang Sengit
4
Chapter 3 - Cahaya Harapan
5
Chapter 4 - Cerita tentang Dewa dan Dewi
6
Chapter 5 - Perasaan Api dan Cahaya
7
Chapter 6 - The Raid
8
Chapter 7 - Sihir-sihir
9
Chapter 8 - Turnamen Liga Legenia
10
Chapter 9 - Anak dengan darah Dewi dan Saint
11
Chapter 10 - Musuh yang sangat kuat akan datang
12
Chapter 10 - Musuh yang sangat kuat akan datang
13
Chapter 11 - Anak setengah Iblis dan Legenda
14
Chapter 12 - Pendekar Pedang yang sangat Kuat
15
Chapter 13 - Firasat Buruk
16
Chapter 14 - Ultra Power Legend
17
Chapter 15 - Latihan Keras
18
Chapter 16 - Saint Legenda
19
Chapter 17 - Pulau Langit Yuuwa
20
Chapter 18 - Iblis baik hati
21
Chapter 19 - Ilusi Dewi
22
Chapter 20 - Potensi Penuh
23
Chapter 21 - Saint Enchanted
24
Chapter 22 - Potensi penuhi Saint of Hope
25
Chapter 23 - Kekuatan yang tidak terkendali
26
Chapter 24 - Sekolah Akademi Stage SSS
27
Chapter 25 - Kekuatan Methode yang dahsyat
28
Chapter 26 - Kedatangan seorang Saint Elemental Zero
29
Chapter 27 - Mantra Sihir-Sihir
30
Chapter 28 - Selvia, Methode, dan Via menghilang!?
31
Chapter 29 - Kedatangan yang cukup terlambat
32
Chapter 30 - Rxeonal, raja iblis yang memiliki 3 nyawa abadi
33
Chapter 31 - Kekalahan yang membuat kemarahan dahsyat
34
Chapter 32 - Kebangkitan Kekuatan Methode yang sebenarnya
35
Chapter 33 - Nyawa terakhir dengan aksi kehancuran
36
Chapter 34 - Kehancuran
37
Chapter 35 - Salam Perpisahan
38
Chapter 36 - Surat Nikah
39
Chapter 37 - Menikmati momen
40
Chapter 38 - Eternal
41
Chapter 39 - Kebangkitan Alvin
42
Chapter 40 - Omni-Dewa
43
Chapter 41 - Mantra Pergabungan
44
Chapter 42 - Gerhana Matahari
45
Chapter 43 - Dunia tanpa dirimu
46
Chapter 44 - Kehidupan kedua
47
Chapter 45 - Perjalanan baru
48
Chapter 46 - Neraka Astral
49
Chapter 47 - Lari dari Dunia Astral
50
Chapter 48 - Kembali Bertemu
51
Chapter 49 - Pesta
52
Chapter 50 - Undangan untuk para Saints
53
Chapter 51 - Dimensi Saint
54
Chapter 52 - Tidak memihak siapapun
55
Chapter 53 - Rencana Masa Depan
56
Chapter 54 - Temple of the Saint
57
Chapter 55 - Kekuatan asli dari semua jantung Saints
58
Chapter 56 - Damai, tapi dimusuhi
59
Chapter 57 - Comeback
60
Chapter 58 - Perayaan dan Pesta
61
Chapter 59 - Bunga-bunga hangat
62
Chapter 60 - Sesuatu yang harus diperjuangkan
63
Chapter 61 - Saint Hybrid
64
Chapter 62 - Xuusuatouri
65
Chapter 63 - Shuri
66
Chapter 64 - The Truth is...?
67
Chapter 65 - Jawaban terdapat dimana-mana
68
Chapter 66 - Waktu dan Ilusi
69
Chapter 67 - Homura vs Homuze
70
Chapter 68 - Api-Api yang bergejolak Tinggi
71
Chapter 69 - Pergabungan Lagi?
72
Chapter 70 - Pertarungan Klimaks antara kedua Dewa
73
Chapter 71 - Pemulaian Baru
74
Chapter 72 - Mimpi yang akan Datang
75
Chapter 73 - Sesuatu yang tidak diharapkan
76
Chapter 74 - Hancurkanlah semuanya!
77
Chapter 75 - Pembawa Peperangan
78
Chapter 76 - Ahli Sihir Rahasia
79
Chapter 77 - Strategi dan Kerja Sama
80
Chapter 78 - Tepat dalam Waktunya
81
Chapter 79 - Keunggulan dan Kecerdasan Syna
82
Chapter 80 - Syna Vs Arika! Pertarungan Kecerdasan melawan Kekuatan
83
Chapter 81 - Wujud Saint God Pertama
84
Chapter 82 - Dewa Kegelapan yang bangkit dari tidurnya
85
Chapter 83 - Super Eclipse Blaze
86
Chapter 84 - Segel
87
Chapter 85 - Kita Bersama...! Hidup dengan Damai...!
88
Chapter 86 - The God of Oath (I)
89
Chapter 87 - The God of Oath (II)
90
Chapter 88 - The God of Oath (III)
91
Chapter 89 - A New God for Touri
92
Chapter 90 - Upacara Resmi
93
Chapter 91 - Omni-Touri
94
Chapter 92 - Pesta Meriah! Yahoo!
95
Chapter 93 - Permainan tangguh untuk para Legenda
96
Chapter 94 - Saint Tracer dan Seven Deadly Sword of Sins
97
Chapter 95 - Segalanya
98
Chapter 96 - Lihatlah lebih tinggi lagi
99
Chapter 97 - Sampah di planet Agimuragi
100
Chapter 98 - Keluarga Durhaka
101
Chapter 99 - Kuroshin vs Alvin, Crimson Vs Dark Crimson
102
Chapter 100 - Gerhana Bulan
103
Chapter 101 - Ritual Shinigami
104
Chapter 102 - Kontrak Clare
105
Chapter 103 - Masa lalu seorang Saint Tracer
106
Chapter 104 - Demi Air Suci
107
Chapter 105 - Persiapan untuk menjalankan rencana
108
Chapter 106 - Informasi lebih tentang Arata dan Shin
109
Chapter 107 - Membawa seorang keluarga pulang
110
Chapter 108 - Tidak ada satupun Legenda yang harus ditinggal
111
Chapter 109 - Mugen no Kensei
112
Chapter 110 - Penyerangan putus asa
113
Chapter 111 - Rencana Kedua
114
Chapter 112 - Sang Pemilik Tujuh Dosa Besar
115
Chapter 113 - Pemanggilan dari Alam Lain
116
Chapter 114 - Kuro Vs Alvin, Dua Mortal terkuat akhirnya bertarung
117
Chapter 115 - Generasi Baru untuk Shiratori dan Ghifari
118
Chapter 116 - Arwah-Arwah yang Berkumpul
119
Chapter 117 - Kekacauan di Pantai
120
Chapter 118 - Malam yang Kacau
121
Chapter 119 - Elf
122
Chapter 120 - Menuju Desa Saint
123
Chapter 121 - Desa dimana para Saint tinggal
124
Chapter 122 - Bebaskanlah
125
Chapter 123 - Makhluk Hidup di wilayah Oath
126
Chapter 124 - Hyugen
127
Chapter 125 - Tidak ada kata untuk Putus Asa
128
Chapter 126 - Kekuatan dahsyat dari seorang Ras Dengel
129
Chapter 127 - Pertarungan Serius Shira melawan Hyugen
130
Chapter 128 - Teruslah Berjuang!
131
Chapter 129 - Pertarungan Shira yang mampu menghancurkan Semesta
132
Chapter 130 - Dosa yang dikumpulkan menjadi Satu
133
Chapter 131 - Kemampuan dan Kecerdasan Haruki
134
Chapter 132 - Cara agar Weapon of Saint Heroes terjaga aman
135
Chapter 133 - Rencana yang sudah direncanakan sejak awal
136
Chapter 134 - Masalah yang seharusnya dikhawatirkan oleh Dewa
137
Chapter 135 - Pengalaman Bertarung
138
Chapter 136 - Selamatkanlah yang kalian bisa
139
Chapter 137 - Legenda yang ditinggal
140
Chapter 138 - Dua Pihak dan Dua Rencana
141
Chapter 139 - Seperti biasanya
142
Chapter 140 - Giant
143
Chapter 141 - Apakah bangkit? Apakah tercegah?
144
Chapter 142 - Umpan
145
Chapter 143 - Kerahkan semua yang kita miliki!
146
Chapter 144 - Grimoire of Oath
147
Chapter 145 - Pertarungan yang Berat Sebelah
148
Chapter 146 - Lebih Baik Kehilangan Satu
149
Chapter 147 - Pahlawan
150
Chapter 148 - Batu Nisan
151
Chapter 149 - Mengurus Diri Sendiri
152
Chapter 150 - Dimensi
153
Chapter 151 - Alternatif
154
Chapter 152 - Palsu dan Asli
155
Chapter 153 - Haruka
156
Chapter 154 - Waktu yang Terbatas
157
Chapter 155 - True Dimensional Cage
158
Chapter 151 - Permulaan Baru
159
Chapter 152 - Pilihan Sulit
160
Chapter 153 - Di Tengah Gelap dan Terang
161
Chapter 154 - Hati yang Tersentuh
162
Chapter 155 - Puncak Perjalanan
163
Chapter 156 - Roh
164
Chapter 157 - Melodi Alam yang Abadi
165
Chapter 158 - Memori Pohon Kuno
166
Chapter 159 - Sang Nelayan dan Cerita Lautan
167
Chapter 160 - Memori Alam dan Rencana Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!