"Ada dua alasan mengapa ras legenda harus ditakuti... Perubahan dan Legend's Boost (menambah kuat setiap terluka)"
"AHHHH!!! HAH...!!! HAH...!!! HAH...!!!" Shira tiba-tiba terbangun di dunia putih, dimana tidak apapun kecuali dirinya sendiri. Ia mulai merasa ketakutan.
"Kamu kemanakan istri dan putriku!?" Ucap Shira dengan sangat marah. Ia bangkit dari lantai dan tiba-tiba terjatuh lagi karena gravitasi yang sangat kuat. "HOMURA!!! METHODE!!!" Shira mulai berteriak nama mereka.
"Tenangkan dirimu ini, Shiratori Alvin..." Tiba-tiba sebuah suara mulai muncul. Shira langsung terkejut mendengarnya. "Dimana...? Dimana aku...? DIMANA HOMURA DAN METHODE!?"
"Kau berada di dunia buatanku... Jangan mengkhawatirkan tentang keluargamu yang sedang membangunkan dirimu itu yang pingsan. "
"Ahh! Aku pingsan...? Ini pasti mimpi!!!" Ucap Shira dengan sangat serius.
"Bukan. Aku membawa jiwamu ke duniaku ini, Shiratori... Dan sepertinya kau menikah dan bahkan membuat anak dengan cucuku Homura ya...?"
"C-Cucu!?" Shira langsung terkejut.
Tiba-tiba sebuah api mulai muncul di depan Shira, dan ternyata api itu mulai membentuk menjadi wujud Legenda dan setelah itu...
"AHHH!?" Shira langsung terkejut melihat Legenda itu, karena ia mengenal sosok dari Legenda itu.
Itu adalah seorang Dewa Legenda yang melihat seluruh alam semesta dengan kedua matanya yang buta. Ia juga memiliki luka yang sangat banyak di tubuhnya dan bahkan mata kirinya. "Kau tahu diriku?"
"Dewa Alvin Ghifari..." Shira langsung terkejut melihatnya.
"Bagaimana kau masih hidup? Kau tidak benar-benar mati!?"
"Tidak... Aku disini hanya melihat keadaan alam semesta... Lagian juga aku memiliki peringatan penting untuk dirimu, Shiratori." Alvin menghampiri barat dan ia tiba-tiba mengeluarkan kristal yang sangat besar, hingga mampu melihat masa depan.
"Aku ingin menanyakan hal penting, kau berasal dari luar sana 'kan?" Tanya Alvin.
"Maksudmu dunia asli?"
"Iya. Kau mati dan sepertinya dewa bernama Rivin memberimu kesempatan hidup ke dalam dunia Yuusuatouri." Alvin melirik kepada Shira.
"Rxeonal masih hidup... Itu peringatanku kepada dirimu, Shira..."
DAGGG!!!
Jantung Shira mulai berdebar-debar dengan sangat kencang bagaikan kiamat yang dahsyat "Apa maksud mu...? Musuh kuat yang kau lawan masih hidup?"
"Iya. Tapi dia tidak terlalu kuat untuk sekarang... Dia sekarang lahir kembali menjadi Ras Iblis. Jangan khawatir... Dia tidak memiliki kekuatan dewanya seperti dulu." Kristal itu mulai melihatkan kota dimana ras Iblis tinggal, Shira langsung terkejut melihatnya. "Musuhku...?"
"Shira, aku memanggilmu kesini karena kamu ini adalah Saint Legenda yang terpilih... Seorang takdir yang bisa mengalahkan Rxeonal dengan kekuatan Saint Light."
"Wow... Aku tidak bisa, Dewa Alvin. Aku masih harus belajar dan berlatih."
"Shira, seluruh kekuatan dan tubuh dewanya telah aku ambil dan hancurkan... Dia ini hanya iblis biasa dengan kekuatannya sendiri, kau bisa mengalahkannya jika kau percaya kepada jiwa legendamu sendiri!" Alvin menunjuk Shira.
"Hmmm..."
"Rxeonal dan kelima iblis terkuat akan menyerang kota Sillentesius... Dimana terdapat sebuah akademi legenda yang terkenal di seluruh Yuusuatouri... Kau mempunyai waktu 1 tahun untuk berlatih dan melindungi kota itu..."
"Jika kau masih bersikap sok kuat dan lemah... Methode dan Homura yang kau cintai akan mati dalam sekejap." Kristal itu tiba-tiba memperlihatkan Methode dan Homura yang terbunuh.
"AHHH!?"
Shira langsung terkejut. "HENTIKAN!!!" Shiratori menggunakan Light Force kepada Kristal itu dan kristal itu langsung pecah menjadi bagian kecil.
"Kau harus percaya kepada jiwa legendamu... Semuanya... Kau pasti bisa mengalahkan seorang dewa, jika kau menggunakan jiwa legendamu itu..."
Shira mengangguk. "Legenda tidak akan pernah menyerah, itulah jiwa yangku miliki!"
"Hmph... Aku suka dirimu, Shira." Alvin membuka portal di belakang Shira. "Kembalilah kepada putrimu dan istrimu... Mereka sedang menangis menunggumu untuk sadar kembali."
"Baiklah..." Shira mengangguk.
"Selamat atas putrimu yang baru lahir, nak. Aku sangat senang kau melanjutkan garis keluarga Ghifari menjadi garis Shiratori."
"Hahaha!"
Shira tiba-tiba teringat kepada suatu hal. "Tunggu... Kau tidak kembali kepada istrimu? Dewi Korrina. " Tanya Shira.
"Belum waktunya... Dan, pokoknya aku akan kembali kepada mereka ketika waktunya telah tiba, aku janji itu."
"Kau jangan memberitahu mereka ya." Alvin tersenyum.
"Baiklah, sampai jumpa lagi!" Shira pergi memasuki portal itu.
Alvin tersenyum, lalu ia berjalan pergi dengan sangat tenang. "Siapa sangka ada seseorang yang bisa menggantikan dirimu... Saint Light memiliki kekuatan cahaya terkuat dan bahkan bisa mengambil seluruh kekuatannya dari matahari dan bahkan cahaya disekitarnya
"Aku terkesan, tetapi aku merasakan aura-aura yang menyengat ketika aku berbicara dengannya." Alvin memegang dagunya.
WOSSSSHHH!!!
"AHHH!!!" Shira membuka kedua matanya dengan sangat terkejut karena ia benar-benar kembali. "Hah... Hah... Ha..." Ia mulai bernafas dengan sangat panik.
"PAPAAAAA!!!" Methode memeluk Shira dengan sangat erat, hingga wajahnya terus menjatuhkan air mata. "Papa... Papa..." Methode menangis penuh bersyukur karena Shira telah kembali.
"Maaf, Methode... Maaf membuatmu khawatir, sayang." Shira mengusap rambutnya.
"Kamu tidak apa, Shiratori!? Wajahmu dari tadi seperti melihat mimpi buruk... " Ucap Korrina dengan sangat khawatir. Ia langsung memulihkan Shira dengan wajah yang khawatir.
"Aku tidak apa-apa... Hahh..." Shira menarik nafasnya dalam-dalam. "Papa..." Methode masih menangis di bahu Shira dengan sangat terharu bahwa ia bisa bertemu denganya lagi, Shira tidak menyadarkan dirinya selama 3 jam sebelumnya dan itu sangat membuat Methode khawatir sekali.
"Kau harus meminta maaf kepada anakmu dan istrimu, Shiratori... Mereka dari tadi mencoba untuk membangunkanmu dengan wajah yang sedih dan putus asa." Mortem kembali menjadi wujud Rina, lalu ia dan Korrina pergi menghampiri kaca besar dan melihat kembali pertarungan Homura.
"Homura dimana!?" Tanya Shira dengan sangat terkejut.
"Homura sedang bertanding..." Megumi menunjuk kaca itu.
Shira mengangguk. "Methode sayang... Maafkan Papa ya... Papa tadi hanya kelelahan doang." Shira tersenyum, lalu ia memeluknya dengan sangat erat.
"Jangan tinggalkan Methode..." Methode menatap Shira dengan wajah yang sedih. "Iya, tentu. Papa akan selalu bersamamu, hingga kamu tumbuh besar." Shira tersenyum.
"Janji..." Methode masih melihatkan wajah sedihnya. "Janji!" Shira tersenyum dengan sangat semangat.
"Hmmm..." Methode memeluk Shira dengan sangat erat. Shira mulai berpikir tentang Dewa Alvin yang tiba-tiba memanggilnya bahwa 1 tahun kemudian Rxeonal si raja iblis akan datang menyerang. Jika Shira tidak bertambah kuat Homura dan Methode bisa saja terbunuh... Atau bisa jadi bahwa Yuusuatouri akan mengalami kehancuran.
Shira bangkit dari lantai selagi menggendong Methode yang sedang memeluk Shira, lama kelamaan Methode akan tertidur di pangkuannya. Shira menghampiri kaca yang sangat besar dan melihat pertarungan Homura yang telah selesai. "Loh!? Sudah selesai!?" Shira terkejut.
"Hahaha! Homura menang lagi!!! Bagus!!!" Rina tersenyum. Rina melirik kepada Shira. "Pertanding ke 2 kamu masih lama ya?"
"2 hari lagi... Tapi Megumi..." Shira melirik kepada Megumi. "Hmm... Aku besok, pertandingan yang terakhir."
"Begitu ya... Aku besok akan kesini lagi." Korrina tersenyum.
BRAKKK!!!
Homura membuka pintu ruangan itu dengan sangat panik. "SHIRAAAAAA!!!" Homura lari menghampiri Shira dengan sangat cepat dan berencana untuk memeluknya.
Shira melirik kepada Homura. "Ahh!? Homura...! Jangan...!" Shira terkejut.
BRAKKK!!!
Homura tiba-tiba menabrak tembok aura merah milik Rina. Homura langsung terjatuh. "Aww..."
"Ahhh..." Shira langsung terkejut melihatnya.
"Homura, apakah kau tidal lihat bahwa Shira sedang menggendong Methode yang sedang tidur?" Rina menghela nafasnya.
Homura bangkit dari lantai. "Ahh... Hahaha, iya." Homura menghampiri Shira. "Kamu baik-baik saja?" Tanya Homura dengan sangat khawatir.
"Iya. Aku hanya kelelahan doang." Shira tersenyum.
"Begitu ya..." Homura memeluk Shira dengan sangat erat. "Syukurlah..."
"Iya..."
Korrina melirik kepada mereka dan mereka mulai mengingatkannya ketika dia bersama Alvin sejak dulu sekali. "Ahhh... Cinta itu memang hebat ya...?"
"Iya..." Rina tersenyum.
Homura menoleh kepada Methode yang sedang tertidur dengan wajah imutnya. "Awww... Yang tadi menangis terus sekarang sepertinya tertidur..." Shira terkejut. "Dia daritadi menangis?"
"Iya... Tidak ada yang bisa menghentikannya menangis, dia terus menangis dan menangis hingga bahkan teriak dengan sangat berisik..." Homura terkekeh, lalu ia mencium pipi Methode. "Dia mungkin lelah karena menangis terus demi diriku untuk sadar." Shira tersenyum.
"Sepertinya begitu..." Homura menghampiri kaca besar dan mulai melihat pertandingan selanjutnya dimana temannya akan bertanding.
Methode mulai terbangun. "Papa..."
"Kenapa, nak?" Shira tersenyum.
"Lapar..."
"Iya, ayo makan." Shira melirik kepada mereka semua. "Makan yuk."
"Kita udah makan. Kamu pergi bersama Methode saja." Jawab mereka dengan bersamaan. Bahkan Homura juga menolak karena dia sudah makan bersama Methode tadi, tetapi Methode masih merasa lapar. "Homura, kamu tidak ikut?"
"Kita tadi udah makan loh... Tapi karena dia adalah gadis kecil, dia jadi gampang lapar. Dia ini legenda kecil jadi makanlah bersamanya, Shira." Jawab Homura.
"Kamu mau ngapain disini?"
"Menonton pertandingan sahabatku." Homura tersenyum.
"Begitu ya?" Shira menoleh kepada Methode. "Kita makan berduaan aja yuk?"
"Yukkk!!!" Methode tersenyum. Mereka berjalan pergi keluar ruangan VIP. Mereka pergi menghampiri tempat makan.
"Papa..."
"Kenapa?"
"Aku pengen pipis..." Jawab Methode dengan wajah khawatir.
"Ehh?!" Shira terkejut bahwa Methode tiba-tiba ingin pipis. Methode ini kan perempuan, jadi Shira tidak bisa menemaninya pipis di dalam kamar mandi perempuan.
"B-Baik... A-Ayo." Shira pergi menghampiri Toilet dengan sangat cepat. "Kamu bisa 'kan pipis sendiri?" Tanya Shira.
"Hmmm..." Methode mengangguk.
"(Syukurlah...)"
Beberapa menit kemudian, Shira berdiri di depan toilet wanita selagi melihat kartunya dengan wajah yang kelaparan. "Methode mengambil waktu yang lama juga..."
Methode menggerakan celana Shira. "Papa."
Shira melirik kebawah. "Gimana? Kamu udah cuci tangan?" Tanya Shira.
"Udah! Aku mencuci tangan setelah pipis, gimana Papa?" Methode tersenyum.
Shira mengangkat Methode, lalu menggendongnya. "Anak Papa memang hebat."
GUUUUURRR... Suara perut mereka mulai bersuara dengan bersamaan. "Hahahahahaha!!!" Mereka berdua mulai tertawa.
Beberapa menit kemudian, di tempat yang Shira dapat untuk makan siang memiliki pemandangan yang indah untuk seorang anak kecil. Methode berusaha untuk naik di atas kursi, tetapi dia terlalu pendek dan kecil untuk menaikinya. "Papa!"
"Sihir mengangkat!" Shira mengangkat Methode, lalu Methode mulai tertawa. "Yayy~~" Methode duduk di sebelah Shira. Shira memberinya sendok kecil karena memberinya dia sumpit akan menjadi sulit untuknya makan.
"Selamat makan!" Shira mulai memakan ramennya. Methode mulai mengikuti Shira. "Celamat makann...!" Methode mulai memakan ramennya juga. Suara tadi membuat Shira lengah. "(Suara malaikat... Indahnya...)"
Beberapa menit kemudian, Shira mengusap pipi Methode karena terdapat sebuah kuah ramen yang menempel. "Terima kasih atas makanannya." Shira memasukan sapu tangannya kembali di saku bajunya. "Terima kasih atas makanannya..." Methode meniru Shira.
"Ahhhhh!!! Malaikat kecil papa!!!" Shira memeluk Methode dengan sangat erat. "Hehehe..."
***
Mereka sedang berjalan bergandengan tangan, mereka berencana untuk berjalan kembali ke ruangan vip. "Methode, kamu nanti udah besar mau jadi apa?"
"Seorang Legenda yang layak dan kuat! Yang mampu mengalahkan Papa dan Mama!" Methode mulai melompat-lompat.
"Hmmm... Begitu ya... (Tapi Papa belum cukup kuat, Methode...)"
Di perjalanan mereka, Shira tiba-tiba melihat seorang anak kecil yang sedang di siksa oleh kedua Legenda yang kejam. "Apa-apaan kamu mengemis disini, dasar iblis sialan!!!"
"M-Maaf..." gadis kecil bertanduk satu itu sepertinya mulai ingin menangis.
"Papa... Gadis itu sendirian..." Methode menunjuk gadis kecil itu dengan wajah yang khawatir.
"Ayo, Methode." Shira dan Methode menghampiri mereka. Shira mulai merasa kesal melihat mereka menyiksa seorang anak kecil.
Seorang Legenda mulai menepatkan pukulannya kepada gadis itu tetapi Shira memegang tangannya dengan sangat cepat. "Ahhh?" Legenda itu mulai melirik kepada Shira. "Jauhi gadis ini. Sekarang juga." Shira menatap mereka dengan tatapan tajamnya.
Methode menghampiri gadis itu. "Kamu enggak apa-apa...?"
"Hmm... Aku cuman terluka sedikit..." Gadis itu menunjukan bibirnya yang berdarah karena terkena pukul. "Ohh, biarkan aku sembuhkan..." Methode tersenyum, lalu ia menggunakan Recovery kepada luka-luka gadis tersebut, dan setelah itu pipi dan mulut gadis itu pulih. "Terima kasih..."
BAG!!! BAG!!!
Kedua Legenda itu terdorong dan terjatuh oleh Shira. "Jangan kembali menyiksa gadis ini... Mengerti!?" Tanya Shira. "Ahhhh!!!" Mereka berdua mulai lari ketakutan.
Shira melirik kepada gadis itu. "Kamu tidak apa-apa?" Ia melihat bajunya kotor, lalu ia mulai menepuk debu-debu di bajunya.
Shira bisa melihat bahwa ras gadis tersebut adalah ras Iblis. Terkadang terdapat sebagian legenda yang membenci dan ingin sekali membunuh iblis. "(Malang sekali...)"
"Shiratori, peraturan yang dibuat Papaku adalah jagalah anak-anak iblis... Karena anak-anak iblis itu memiliki hati yang murni."
"Keluargamu kemana?"
"Mereka mati... Dibunuh oleh pangeran legenda..." Gadis itu mulai menangis.
"Begitu ya... Turut berduka cita... Apa ras mereka?" Tanya Shira.
"Mamaku ras Legenda... Dan Papaku ras iblis."
"Begitu ya... (Setengah iblis dan legenda...) " Shira melihat tanduk satunya lagi yang telah di potong, dan Shira juga melihat mata kanannya telah terhalang oleh penutup matanya. "Mata kamu tidak apa-apa? Aku dengar para iblis kebal terhadap penyakit."
"Mata kananku itu terdapat aura iblis yang kuat... Aku tidak bisa menggunakannya."
"Begitu ya..."
Methode mengusap air mata gadis itu. "Jangan menangis, Papaku ini Legenda baik hati." Methode tersenyum.
Gadis itu tiba-tiba memegang kedua pipi Methode. "Kamu cantik sekali... Seorang Saint ya...?"
"Ehh...?" Methode terkejut.
"Mamaku dan Papaku selalu bilang begitu padaku... Mungkin iya."
"Bagaimana bisa kamu mengetahuinya?" Tanya Shira.
"Karena mata kananku bisa melihat ras gabungan... Aku juga ras gabungan..." Gadis itu tersenyum.
"Namamu siapa? Umurmu berapa?" Tanya Methode.
"Aku Selvia Omogari. Aku 5 tahun..." Selvia tersenyum.
"(Namanya tidak terlihat seperti iblis... Sepertinya ibu Selvia memberikan nama itu.)" Shira terkejut.
"Aku Methode Ghifari! Aku juga 5 tahun! Mari berteman!" Methode tersenyum.
"Hmmm..." Selvia mengangguk.
"Selvia, kau berada di tempat seperti ini itu sangatlah berbahaya..."
"Iya... Aku hanya butuh tempat untuk tinggal." Jawab Selvia dengan wajah yang sedih.
"Shira!!! Methode!!!" Homura menghampiri Shira dengan wajah yang tersenyum. Ia tiba-tiba melihat Selvia.
"Ahh... Seorang anak iblis...?" Homura langsung terkejut.
"Ahh! Mama!" Methode melompat kepada Homura, ia langsung memeluknya. "Shira, apakah kamu menemukannya?"
"Tidak... Keluarga Selvia terbunuh oleh seorang pangeran Legenda... Dan sekarang dia tidak punya tempat untuk tinggal, Homura..." Shira melirik kepada Homura.
"Malang sekali..." Homura terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments