Darelano berlari kecil ketika menuju ruang kerja Carl yang ada di Mansion.
Tiba-tiba Carl menghubunginya dan menyuruh pria itu datang ke Mansionnya.
Ya, semenjak kejadian teror yang terjadi beberapa hari ini, Carl menghandle semua pekerjaannya di rumah. Membuat Darelano harus rela mondar-mandir membawa semua dokumen kantor jika itu memerlukan tanda tangan Bosnya.
Bahkan Carl tak sedetik pun meninggalkan istrinya seorang diri kecuali pekerjaannya belum selesai.
Tanpa basa-basi, Darelano segera membuka pintu ganda ruangan itu dan mendapati Bosnya beserta para Team Leader; blue team dan red team— Mereka sudah berkumpul disana, sedangkan para anggota lain berjaga di gerbang depan serta beberapa ada yang sedang di ruang utama. Sisanya, Mereka berada di markas besar Arion.
Senyum canggung saat Darelano melihat Bosnya menatap ke arahnya dengan tatapan datar, "Pardon, Senor! Anda bisa memulainya sekarang."
Setelah itu, muncul-lah seorang pria tambun dengan pakaian serba hitam menyerahkan amplop berisi beberapa lembar kertas. Pria itu menunduk sebentar kemudian pergi setelah memberi hormat pada Carl.
Carl menatap ke arah para team leader secara bergantian, dan berhenti tepat ketika Darelano menyuarakan satu pertanyaan; "Maaf Senor tapi bukankah ini Steve? Anggota baru dari Tim Blue yang Saya rekrut satu bulan lalu?" Alisnya menukik ketika mengetahui fakta bahwa pemuda bernama Steve tersebut merupakan orang bayaran Bianca yang bertugas untuk menjadi mata-mata dalam kelompoknya.
Ah! Darelano baru ingat, Carl pernah membahas Bianca saat itu.
Dasar pengkhianat, pikirnya
Hening. Semua team leader membaca lembaran itu sebelum akhirnya Mereka bertanya perihal tugas selanjutnya untuk mengetahui siapa dalang di balik teror beberapa hari ini yang sudah jelas orangnya?
"Tim Red, Aku ingin Kalian mengawasi Steve! Aku yakin Dia ada hubungannya dengan Bianca, dan Tim Black, perketat penjagaan di Mansion selama duapuluh empat jam penuh! Laporkan padaku jika Kalian melihat sesuatu yang mencurigakan! Aku tidak ingin istriku mendapatkan teror sialan itu lagi dan—" Kini pandangan Mereka semakin serius ketika sang Arion menjeda ucapannya, kemudian seringaian iblis terlihat di wajah tampannya, "Mari menangkap kelinci kecil Kita, Senor Dae!"
Kini Mereka semua tahu bahwa jiwa Arion milik Carl telah bangkit dan ketika semua itu terjadi, tidak ada satu pun orang yang bisa menghentikannya, tidak sampai hasratnya terpenuhi.
••••••
Carl masuk ke dalam kamarnya setelah pertemuan dengan para team leader selesai. Obsidian hitamnya memandang teduh ke arah istrinya yang kini terlihat damai dalam tidurnya.
Berjalan sangat pelan agar Anna tidak merasa terganggu dengan kehadirannya.
Kemudian duduk tepat di sisi sang istri yang terlihat mengernyitkan dahinya.
Bingung. Carl mencoba mengusap lembut dahi Anna dan berpikir bahwa istrinya sedang bermimpi buruk.
"Hey, Sayang. It's okay, I'm here." Kecupan hangat Carl berikan ketika istrinya mulai bergumam tidak jelas.
Anna berteriak histeris ketika mendapati tubuh kedua orang yang sangat penting dalam hidupnya tergeletak tak sadarkan diri dengan berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Ia mencoba untuk berdiri dan berjalan ke arah Mereka; kedua orangtuanya— dengan langkah tertatih. Tak menyadari bahwa Dirinya juga terluka parah.
"Madre... Daddy!!"
Hanya tinggal dua langkah lagi, Anna dapat meraih tubuh kedua orangtuanya namun sayang, rasa pening akibat benturan di kepalanya membuat Anna tak sadarkan diri dan terjatuh dari atas jalanan berbukit yang cukup tinggi. Beruntung di bawah sana bukanlah jalan bebatuan yang keras, jadi ketika tubuhnya berguling ke bawah, Ia hanya tersangkut pada semak-semak setinggi pinggang orang dewasa.
Kemudian semuanya menjadi gelap.
Anna pingsan setelahnya.
Saat kedua violetnya mulai terbuka, wajah pertama yang Ia lihat adalah suaminya. Airmatanya menetes ketika hatinya terasa sesak.
Mimpi itu selalu datang ketika dirinya mengalami kejadian buruk.
Seperti saat ini, saat Ia mendengar gosip dari para maid bahwa ada yang mencoba untuk membunuhnya dengan mengirim beberapa teror menakutkan.
Seingatnya, Anna tak memiliki musuh ataupun masalah dengan orang lain...
Lantas kenapa ada orang yang ingin melenyapkannya?
Kecuali ...
Wanita itu!
Ya, kecuali Rachel— mantan tunangan suaminya.
Anna bangun dan memposisikan dirinya duduk bersandar di headboard ranjang. Jemari lentiknya tak lepas untuk menggenggam tangan Carl, seolah Ia membutuhkan kekuatan dari pria itu.
Dan Carl mengerti. Ada banyak ketakutan dalam violet istrinya.
"Tolong jangan tinggalkan Saya sendiri, Senor. Saya takut." Wanita itu masih menangis, Carl mencoba membuatnya tenang dengan membawa tubuh mungil istrinya ke dalam pelukan hangat. Menepuk pelan punggung sempitnya dan tak lupa membisikan kata-kata manis agar Anna semakin tenang.
Carl merasakan suara isak tangis Anna berubah menjadi sebuah dengkuran halus— istrinya tertidur.
Lantas perlahan Ia kembali membaringkan tubuh mungil itu dan menyelimutinya agar istrinya tak merasa kedinginan.
Terakhir, Carl mencium kening Anna dan mengucapkan kalimat manis yang tak pernah Ia ucapkan pada wanita lain; "Tidur dan bermimpilah tentang Kita— bawa mimpi itu dalam kenyataan sebab Aku ingin menjalani semua mimpi indah itu bersamamu, Te amo mi amor."
Setelah memastikan istrinya terlelap, Carl bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sebelum ikut berbaring di sebelah Anna untuk menjemput mimpi malam ini.
••••••
Entah dalam rangka apa Carl mengajaknya untuk makan siang bersama.
Bianca— tidak memiliki firasat apapun ketika Carl menghubunginya pagi tadi dan memintanya untuk datang ke kantornya.
Pria itu hanya mengatakan bahwa Ia sedang bosan dengan istrinya dan ingin mengajak Bianca pergi ke Parque de Maria Luisa yang berada di Seville dan menghabiskan waktu satu hari penuh bersamanya disana.
Dan Bianca menyetujuinya tanpa berpikir maksud pria itu mengajaknya secara tiba-tiba.
Setibanya Bianca di kantor, Ia langsung menuju ruangan Carl. Dan keberuntungan berpihak padanya— pria itu terlihat sedang membahas sesuatu bersama Darelano saat Ia masuk kesana.
Melihat wanita ular itu sudah datang, Darelano yang tahu diri— pun bergegas pergi setelah memberi hormat pada Presiden Direkturnya.
"Sayang, Aku datang."
Kali ini Carl bersikap lembut padanya. Pria itu menyambutnya dengan senyuman tampan yang memabukkan.
Ketika Bianca akan memeluknya, dengan cepat Ia menepis tangan wanita itu, "Kenapa? Kau bilang Kau merindukanku?"
Masih tersenyum, Carl membalas ucapan Bianca dengan sebuah bisikan tepat di telinganya; "Tentu Aku merindukanmu, tapi tidak disini sweetheart." Pria itu menyeringai di akhir kalimatnya tanpa Bianca sadari sebab posisi Mereka sedang tidak saling berhadapan.
Sangat bodoh. Wanita itu bahkan menjilat lidahnya untuk menggoda Carl agar semakin berhasrat padanya padahal dalam hati pria itu mengumpat sangat keras, dan memandang jijik ke arahnya.
Bianca sama saja seperti Rachel; licik dan bermuka dua, tapi bedanya jika Rachel masih menggunakan otaknya sebelum bertindak sedang Bianca hanya untuk menuruti nafsunya tanpa berpikir bahwa dirinya sedang di jebak.
Dan ya, Carl sangat berhasrat padanya— berhasrat untuk membalas semua perbuatannya pada sang istri.
Mengingat saat Anna terbaring lemah di rumah sakit akibat arsenic yang di berikan oleh wanita itu tempo hari, membuat emosinya tersulut. Tapi Carl harus menahannya sampai semua rencananya berhasil Ia lakukan.
••••••
- Te amo mi amor (n); Aku mencintaimu, sayangku
- Parque de Maria Luisa (n); sebuah taman publik yang membentang di sepanjang sungai Guadalquivir di Seville
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like..
like..
jejak ya😘
2021-01-23
1
Risma Maulina Ulfah
aku suka novel ini karena kita secara tifak langsung belajat kosa kata baru 😁
2020-12-06
0
DeputiG_Rahma
datang lagi...salam semangat dari DEBU ORBIT... jejak like untuk kaka❤❤😁
2020-12-04
0