"Welcome to Italia, Senor Dae."
Tatapan tak bersahabat Darelano seketika membuat Rachel diam.
"Katakan! Apa yang ingin Kau tawarkan pada Kami?"
Kami yang di maksud adalah tawaran untuk Carl.
Disini peran Darelano sebagai perwakilan saja sebab wanita gila itu masih menyekap Bosnya di suatu tempat.
Rachel terkekeh, kemudian mulai menyalakan komputer yang ada di sampingnya. Memutar satu video yang menampilkan seorang pria sedang tertidur di atas kasur king size di dalam sebuah kamar mewah dengan dinding bercat putih.
Pria itu terlihat nyaman dalam tidurnya.
Meski sempat merasa khawatir, akhirnya Darelano dapat bernafas lega melihat Carl baik-baik saja.
"Dengar! Aku tidak akan mengulang kalimatku lagi setelah ini, Dae!" Satu telunjuknya menekan tombol stop pada video dan segera mematikan komputernya. "Aku akan melepaskan Carl sekarang jika Kau mau tapi Kau harus membantuku untuk membatalkan acara pernikahan sialan Carl dengan gadis tak tahu diri itu!" Perintahnya tak terbantahkan. Jika begini, Darelano jadi ingat jika Carl sering mengatakan hal yang sama di ucapkan Rachel.
Selalu meminta seseorang dengan kata perintahnya.
Secara finansial, keduanya memang sangat cocok. Sama-sama dari kalangan kaum borjuis dengan kekayaan yang tak akan pernah habis meski Mereka membakar uangnya sekalipun tapi permasalahannya bukan tentang; seberapa kayanya Mereka melainkan— cinta.
Ketika dua orang yang telah lama berpisah kemudian bertemu kembali dan salah seorang dari Mereka ingin bersatu lagi sementara yang satu tidak, maka— itu bukan cinta, melainkan hanya sebuah; obsesi yang berujung pada keegoisan, berusaha memaksakan kehendaknya pada orang lain.
"APA? KAU SUDAH GILA YA?" Gebrakan meja membuat dua pria bertubuh besar di belakangnya langsung memegangi tubuh Darelano.
Ya, Mereka sedang di kantor Rachel, di wilayah kekuasan salah satu keluarga borjuis yang terkenal di daratan Italia, tak heran jika wanita ular itu selalu di kelilingi para pengawal dalam jumlah banyak, salah satunya seperti sekarang.
Darelano bahkan tak di perbolehkan untuk membawa serta orang-orangnya. Mereka tertahan di luar sana bersama selusin pengawal milik Rachel.
Benar-benar wanita licik.
Rachel mendecih ketika telinganya mendengar bentakan tadi, "Cih! Jangan berteriak padaku, sialan!! Kau bahkan tidak tahu rasanya kehilangan orang yang Kau cintai!"
"Kau sendiri yang membuat Senor Walt pergi dari sisimu, Kau bahkan—" Ucapannya menggantung ketika suara teriakan histeris Rachel menggema di seluruh ruangan ini "TUTUP MULUTMU BRENGSEK!"
Wajahnya memerah menahan kemarahan untuk tidak mencakar wajah tampan milik Darelano. Nafasnya memburu seperti seekor singa betina yang pesakitan. Rachel mulai hilang kendali. Wanita itu berdiri memutari meja lalu mencengkeram kerah baju milik Darelano dengan kuat hingga tubuh pria itu setengah terangkat.
"Jangan membantahku, Dae! Buat gadis sialan itu pergi atau—" Bibirnya membentuk sebuah smirk, "I'll kill your boss right now, hm?"
Rachel melepaskan cengkeramannya pada pria itu dan kembali duduk dengan tenang.
Negoisasi masih terus berjalan. Rachel melirik jam yang membingkai tangannya, "Waktu terus berjalan, Senor Dae! Semakin cepat semakin baik untuk Kita semua!"
Darelano tak boleh gegabah dalam mengambil keputusan kali ini. Matanya menukik tajam ketika melihat Rachel mulai menyulut sebatang rokok di tangannya.
Rachel benar-benar jelmaan seorang iblis wanita.
••••••
Seharian ini, Anna mengurung diri di dalam kamarnya. Wajahnya murung, serta violetnya terlihat sendu. Ia sendiri tidak tahu, mengapa rasanya begitu sakit saat pria itu menghilang.
Sejak awal memang Ia tak memiliki perasaan apa pun untuk Carl, tapi mengingat betapa lembutnya sikap pria itu padanya, menumbuhkan gelenyar aneh tanpa Ia sadari.
Sudah lima hari berlalu, sejak Darelano bersama para anggota Tim Blue terbang ke Italia untuk menjemput Carl, namun tak ada tanda-tanda bahwa Mereka kembali. Setiap hari Anna selalu mendatangi ruang IT para anggota Tim Black berkumpul untuk bertanya kapan anggota Tim Blue kembali dari misi, namun tak satu pun dari Mereka mampu memberinya sebuah kepastian.
"Berhenti menyakiti dirimu sendiri, Senorita. Kau harus makan!"
Ingatannya kembali berputar ketika Carl memintanya untuk menghabiskan makanan yang telah di buat oleh para maid dengan sangat lembut, bahkan pria itu sampai duduk bersimpuh di hadapannya. Melupakan fakta bahwa seorang Presiden Direktur Walt tak pernah melakukan hal itu pada siapa pun termasuk dengan para wanita yang mengejarnya.
Carl bukan tipikal orang yang bisa bersikap ramah pada semua orang. Terlahir sebagai pewaris tunggal yang memimpin kerajaan bisnis keluarganya sejak berusia sepuluh, membuat Carl menjadi manusia yang angkuh dan keras, sebab dunia yang Ia jalani tidak mengizinkannya untuk menjadi pribadi yang lemah. Banyak orang yang berusaha untuk menjatuhkannya, menyingkirkan Dirinya dari kursi tahta.
Dan Anna adalah gadis beruntung karena mampu membuat Carl bersikap seperti itu padanya, ingat! Hanya pada Annastasie Serilda, kekasih hatinya.
Entah sudah berapa lama Anna duduk melamun disana, tahunya seorang maid datang membawa troli berisi banyak makanan di atasnya.
"Lo siento, Senorita tapi Anda belum memakan apa pun sejak tadi, jadi Saya bawakan makan siang untuk Anda." Maid tersebut mulai membuka satu-persatu penutupnya, sekilas semua makanan itu terlihat lezat dan menggiurkan, tapi Anna sedang tak ingin makan apapun.
Lirih. Ia menggelengkan kepalanya, "Saya tidak lapar." Wajahnya kembali murung, "Saya hanya terlalu rindu dengan Senor Walt sampai Saya tidak bisa memakan apa pun saat ini, tolong mengertilah."
"Anda bisa makan sekarang, Senorita."
Suara itu?
Keduanya menoleh dan mendapati Darelano berdiri di ambang pintu dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Ia menghampiri Anna setelah sebelumnya memberikan kode pada maid yang mengantarkan makanan agar pergi meninggalkan Dia dan Anna berdua.
Violet yang sejak tadi terlihat sendu kini menatapnya dengan binar kebahagiaan dan penuh harap.
Jika Darelano sudah kembali, berarti Ia telah berhasil menemukan Carl dan membawanya pulang kesini. Tapi ketika violetnya kembali menatap ke arah pintu, tidak ada siapa pun disana. Membuatnya kembali dilanda kesedihan.
Seakan tahu apa yang sedang di pikirkan Anna, Darelano pun terkekeh.
"Anda pasti bertanya kenapa Saya tidak datang bersama Senor Walt sekarang?" Anna mencebik, merasa malu dan salah tingkah akan ucapannya pria itu.
"Beliau masih ada urusan yang harus di selesaikan, Senorita. Dan akan kembali besok pagi."
Tanpa di sadari, Anna menghembuskan nafas lega dan mengundang segaris tipis di bibirnya untuk terbentuk— Anna tersenyum.
Apa Anna mulai jatuh cinta pada Carl setelah semua sikap manis yang pria itu berikan padanya?
Entahlah! Anna sendiri tidak bisa menjawabnya sekarang. Apa ini perasaan cinta atau hanya rasa khawatir saat mengetahui pria itu menghilang, Anna tidak tahu.
Namun yang pasti, Ia bersyukur jika Carl baik-baik saja sekarang.
"M-maaf, Senor tapi Saya hanya terlalu cemas pada Senor Walt dan membuat Saya tidak bisa memikirkan hal lain selain itu." Anna tersipu mendengar ucapannya sendiri. Mengingat saat pertama kalinya Ia bersikeras menolak kehadiran pria itu, namun lihatlah sekarang...
Anna dengan jujurnya mengatakan bahwa Ia mencemaskan keadaan Carl dan sangat merindukan kehadiran pria itu di sisinya.
Melihat ketulusan hati Anna untuk Carl, membuat Darelano berpikir kembali tentang rencananya untuk menyingkirkan gadis polos ini dari kehidupan Carl. Mereka saling mencintai dan Darelano tidak memiliki hak apapun untuk memisahkan Mereka.
"Waktu terus berjalan, Senor Dae! Semakin cepat semakin baik untuk Kita semua!"
Darelano tampak berpikir keras sebelum mengambil keputusan.
Wanita ini sangat licik, penuh dengan tipu muslihat dan Darelano harus berhati-hati untuk mengikuti permainannya.
"Katakan! Apa maumu sekarang?"
Rachel berdiri mendekatinya, dan berhenti tepat di belakang telinganya kemudian membisikkan satu kalimat yang membuatnya tercengang— "Kill her and bring her body to me."
Darelano menggeleng tak percaya mendengar permintaan Rachel padanya.
"Apa Kau sudah gila, huh? Tidak! Aku tidak mau!"
"Kau iya dan akan melakukan itu untukku, Dae! Atau Kau lebih senang melihat sahabatmu tertidur untuk selamanya?"
Wanita ini benar-benar membuatnya naik pitam. Dengan kasar, Darelano menyentak kursi yang Ia duduki hingga terjatuh ke belakang. Dan mulai berjalan ke arah Rachel yang sedang berdiri menghadap jendela kaca ruangannya.
Sebelum tangannya berhasil meraih tubuh wanita itu, dua orang pengawal mencekal kedua lengannya membuat Darelano tak bisa melakukan apapun selain menahan kemarahannya sekarang.
Rachel tertawa puas melihat ketidak berdayaan Darelano, "Jangan membantah perintahku dan kembali ke Spanyol malam ini! Aku dan Carl akan menyusul besok paginya, Kau mengerti?"
Dan Darelano tak punya pilihan lain, selain menuruti permintaan Rachel saat ini lalu membuat rencana baru untuk membalas perbuatan wanita itu.
••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Vie
keren kak
semangat buat up.nya ya
ditunggu feedbck ya:)
2021-01-15
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
sehat.. sehat..
2021-01-01
0
Rokiyah Yulianti
Aduh makin penasaran aja sama ceritanya
2020-11-29
0