Allena kembali ke kamar Anna dengan membawa serta ponselnya.
Mulai menunjukkan satu-persatu deretan foto milik Carl Walt yang di muat paling depan di halaman pencarian orang-orang paling berpengaruh yang ada di Eropa.
Meski tak minat, violet milik Anna tetap memandang ke arah beberapa artikel yang di muat disana seperti; 'Pengusaha sukses pemilik perusahaan properti terbaik di Eropa— Carl Walt' serta ada lagi berita yang memuat 'Pewaris tunggal Walt Corporation dari kerajaan bisnis tembakau terbesar di seluruh Asia'
Gadis itu merotasikan bola matanya, merasa jengah ketika Allena terus menunjukkan beberapa foto serta artikel yang memuat tentang kesuksesan pria Walt tersebut.
"Cukup!" Sebuah kalimat tegas pemungkas rasa kagum Allena yang berlebihan pada Carl, membuat gadis itu bungkam, "Ini sudah malam Allena. Aku mengantuk. Selamat malam."
Dengan lembut, Anna menarik selimut yang berada di bawah kakinya. Merebahkan tubuhnya untuk berbaring. Dan mengatur temperatur pada penghangat ruangan. Ia mencoba memejamkan mata— berpura-pura tidur agar Allena pergi.
Hembusan nafas kecewa terdengar dari bibir yang lebih muda. Allena membenarkan posisi selimut Anna agar sahabatnya tidak merasa kedinginan. Dan mematikan lampu tidur yang berada di atas nakas. Sebelum pergi, satu kalimat terakhir yang keluar dari bibir Allena; "Aku tidak ingin memaksamu untuk menerima kehadiran Senor Walt tapi cobalah untuk membuka hatimu kembali, Anna."
••••••
Suara dentuman musik di De Night Club mengalun keras, membuat lautan manusia yang berkumpul di lantai dansa bergerak mengikuti alunan lagu dari musik yang telah di putar oleh sang Dish Jokey.
Aroma alcohol serta kepulan asap nikotin yang membumbung tinggi menjadi pelengkap sempurna di dalam sana.
Kendati suasana sangat ramai, tak membuat wanita yang sedang duduk sendiri di kursi Bar merasa terganggu.
"Berikan Crown Ambassador Reserve lagi untukku! Tenggorokan terasa kering." Perintahnya pada salah seorang bartender pria di depannya.
Ini hari pertamanya di Valencia, sudah lama sejak enam tahun lalu Ia tak datang berkunjung.
Dengan sekali teguk, Ia mampu menghabiskan tiga gelas sekaligus.
Kepalanya terasa pening, berkali-kali wanita itu memukul pelan untuk meredakan rasa pusing di kepalanya akibat terlalu banyak minum.
Wanita itu— Rachel Aldine, mulai merasa sedikit kehilangan kesadarannya. Ia berjalan dengan langkah sempoyongan, membelah kerumunan manusia yang sedang asyik menikmati alunan musik club yang terdengar memekakan telinga.
Beberapa tangan nakal mencoba untuk menyentuh tubuhnya namun dengan cepat, Ia menepis kasar tangan-tangan tersebut.
"Jangan menyentuhku, Brengsek!!! Dasar menjijikkan!" Segala umpatan dan sumpah serapah Ia layangkan pada Mereka yang kini menatapnya dengan pandangan remeh.
Lalu Rachel segera pergi dari sana. Mengabaikan Mereka yang tidak terima dengan hinaan yang wanita itu ucapkan.
Salah seorang dari Mereka mencekal lengan Rachel dan membawanya menuju sebuah ruangan under VVIP.
Dengan sekuat tenaga, Rachel mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria tersebut dengan cara; mencakar, mendorong bahkan menendang pusat tubuh pria kurang ajar yang sedang menghimpit tubuhnya ke dinding.
Meski sedang mabuk, Rachel berhasil melarikan diri dari pria tua yang saat ini terlihat sedang menahan sakit di bagian pusat tubuhnya setelah mendapatkan dua kali tendangan dari Rachel.
Ia segera meninggalkan club kemudian berjalan menuju tempat parkir VVIP dengan nafas tersengal lalu mulai mengendarai Bugatti putih miliknya untuk membelah jalanan kota Valencia yang mulai sepi.
Matanya melirik ke arah jam rolex yang melingkari pergelangan tangannya.
Sudah dini hari.
Rasa pusing di kepalanya sudah tak separah tadi sebab adrenalin yang baru saja menguras tenaganya membuat Rachel lupa jika Dirinya setengah mabuk sebelum berkelahi dengan pria kurang ajar tadi.
••••••
Suara ketukan sepatu fantofel terdengar menggema di lorong Mansion Walt.
Pria jangkung dengan paras bak aprodhite yang datang dengan selusin pengawal bertubuh besar di belakangnya sedang berjalan dengan tatapan mata setajam katana membuat barisan para Maid yang menyambut kedatangannya menunduk, tak berani mendongak walau sekedar meliriknya.
Aura menegangkan mulai terasa saat Darelano berjalan tergesa untuk menemui panggilan Bos Besarnya.
Bahkan Ia hampir terjatuh saat kakinya tak sengaja menyandung anak tangga.
"Dia datang!" Kata Carl sesaat setelah Darelano masuk ke dalam ruang kerjanya
Mereka yang ada di ruangan itu saling menatap satu sama lain. Dan berpikir Dia yang dimaksud oleh Bosnya itu siapa?
Semua orang menunggu kalimat selanjutnya yang akan Presiden Direktur Mereka katakan,tapi Carl hanya terus mengulang kalimat "Dia datang!" Berulang kali sampai semua orang merasa bingung dengannya.
Dan sebuah kalimat penuh perintah; "Keluar!" Menjadi selanjutnya yang terucap dari bibir plum milik pria jangkung tersebut.
Ragu. Darelano berpikir bahwa Dia yang dimaksud adalah gadis bermata violet yang bekerja di toko Ellio tapi jika asumsinya benar, untuk apa Carl terlihat cemas?
Keheningan menyelimuti dua orang yang sibuk bergelut dengan pikiran masing - masing. Menyelami setiap kejadian yang sedang terjadi.
Carl terus memandangi gelas yang berisi sampanye di tangannya tanpa suara. Membuat Darelano nyaris mengerang frustasi di depan pria tersebut.
Pria Walt mendecih, mengingat pertemuannya dengan seseorang beberapa jam yang lalu— seseorang yang Ia benci. Saat Carl akan menemui rekan kerjanya di sebuah restauran yang tak jauh dari kantornya.
Pagi ini Carl memiliki jadwal pertemuan dengan salah satu rekan bisnisnya yang berasal dari Kanada— Mr. Frederic namanya.
Carl datang bersama sekretarisnya. Mereka masuk ke dalam dengan Caroline berada di belakangnya. Saat mata Carl sibuk menatap layar ponselnya untuk memeriksa grafik saham perusahaan, tiba-tiba seorang wanita cantik menabrak bahunya dan membuat ponsel milik Carl jatuh terlempar ke lantai.
Rachel Aldine— Wanita yang tak sengaja bertemu dengannya disini.
Mereka berhenti saling memandang dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Caroline merasa bingung dengan situasi yang sedang terjadi.
Kemudian setengah berbisik, Caroline berkata; "Maaf Senor tapi Senor Frederic sudah menunggu Anda di dalam."
Setelah itu, Carl pergi begitu saja di susul dengan Caroline di belakangnya.
"Long time no see Baby.."
••••••
Khawatir. Perasaan itu yang saat ini ada dalam benak Darelano setelah mendengar ucapan Carl tadi. Ia bergegas mengumpulkan semua orang yang bekerja di Mansion Walt. Memerintahkan Mereka untuk waspada dengan sesuatu yang akan terjadi.
Semua berkumpul di lapangan udara Arion, Tim Blue menunggu intruksi dari Darelano sebagai Ketua Tim Mereka. "Perketat penjagaan disini! Pastikan tidak ada orang luar yang bertemu dengan Big Bos sementara waktu! Laporkan padaku jika ada yang mencurigakan!! Dan—" Mereka yang disana mendengarkan dengan serius, mata Darelano menukik tajam ke arah Tim Blue; "Jika Kalian lengah maka Aku sendiri yang akan memecat Kalian dengan cara tidak hormat, Kalian mengerti?" Tak apa menggunakan sedikit ancaman untuk Mereka. Darelano tak ingin sesuatu yang buruk kembali terjadi pada Presiden Direktur Mereka.
Salah seorang Tim mengangkat tangan untuk bertanya, "Pardon, Senor! Kelompok mana yang membuat ulah kali ini?"
Sebuah seringaian terukir jelas disana.
"Una loba peligrosa."
Well, meski bukan dari kelompok berbahaya yang akan Mereka hadapi, tapi melindungi pewaris Walt Corporation menjadi kewajiban Mereka yang mengabdikan hidupnya pada Arion; nama Carl dalam kelompok bawah tanah.
Mengingat kejadian enam tahun lalu yang hampir menewaskan Carl membuat Darelano bergidik ngeri. Dan Ia telah bersumpah akan selalu menjadi perisai utama bagi Carl apa pun yang terjadi nantinya.
"Demi pengabdian Saya pada Senor Walt, Saya berjanji akan melindungi Anda, Senor."
••••••
Lima mobil porsche berwarna hitam terpakir rapi di depan sebuah bangunan; toko kue Ellio. Masing - masing orang yang berada di dalam sana keluar dan berjejer rapi menunggu penumpang mobil baris depan keluar.
Salah seorang dari pria bertubuh besar disana maju untuk membuka pintu mobil sang Tuan. Kepalanya menunduk penuh hormat.
Orang - orang yang tak sengaja melewatinya, memandang dengan rasa kagum pada sosok aprodhite yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan begitu angkuh dan dingin. Jangan lupakan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, menambah kadar ketampanan pria yang menjadi Dewanya para wanita pemuja visual dan materi.
Sosok itu adalah Carl Walt.
Matanya memicing di balik kaca mata hitam yang Ia kenakan, memandang remeh pada setiap mata yang menatapnya dengan tatapan memuja.
Sebelum masuk ke dalam toko, Darelano sempat mengatakan bahwa tempat itu telah di kosongkan sebelum Carl datang kesini.
"Kerja bagus, Dae!" Ia menepuk bahu Darelano, merasa puas dengan hasil kerjanya.
"Silahkan, Senor."
Carl masuk dan mendapati gadis yang begitu Ia rindukan sedang sibuk menyusun kue di atas rak kaca di pojok sana.
Ia terkekeh ketika melihat gadisnya berjinjit saat tubuh mungil itu tak sampai untuk meletakkan cup cake di rak paling atas.
Langkah kakinya yang senyap membuat Anna tak tahu jika tepat di belakangnya, Carl sudah berdiri disana.
Demi Tuhan!
Anna berjingkat kaget saat Ia merasakan hembusan nafas hangat bearoma mint menyapa sekitaran tengkuknya.
Dan mendapati seorang pria jangkung sedang berdiri di belakangnya.
Pria itu menunjukkan smirk yang begitu menggoda, "Butuh bantuan, Senorita?" Begitu kata yang meluncur dari bibir plum yang sejak tadi membuatnya tidak fokus.
Masih tercengang. Anna tak menyadari jika Mereka tak sendiri disini.
Ada pria lain yang sedang berdiri memandang ke arah adegan romantis yang Anna lakukan bersama Carl.
Reflek— Ia mendorong pria di hadapannya dengan sekali dorongan kuat hingga tubuh Carl terjerembab ke belakang, membuat Darelano dengan sigap memeganginya lalu menatap tajam ke arah Anna.
"Jaga sikapmu, Senorita! Kau tak tahu dengan siapa Kau bersikap, huh?" Darelano mendesis marah.
Tubuh mungil di depannya bergemetar ketika sebuah ancaman terdengar— lagi, "M-maafkan Saya, Senor. Itu hanya mekanisme dari reflek Saya ketika terkejut." Violetnya menunduk tak berani menatap ke arah Carl yang hanya tersenyum melihat tingkahnya yang terlihat menggemaskan seperti anak anjing.
"Tapi Kau—" Darelano sudah terlihat akan memberi pelajaran pada gadis cilik di depannya namun urung sebab suara sang diktator terdengar menginterupsi.
"Hentikan, Dae! Jangan membuat Senora Walt bergetar ketakutan!"
Damn!!!
Gila. Sebuah dekret yang mengklaim Dirinya dengan mengganti marga yang telah di sematkan oleh mendiang Ayah dan Ibunya sejak kecil.
"Dasar pria sinting."
••••••
- Arion (n); makhluk mitologi Yunani berbentuk kuda abadi, anak dari Poseidon dan Demeter— yang mampu berbicara bahasa manusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Buttet_Von
lanjutt, masihh likeee
2021-01-15
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lanjutt kasih like lagi😊
2020-12-28
1
💜 Suga oppa😄
Pengaturan kata yang bagus dan memiliki wawasan luas tentang istilah asing yang sering digunakan di benua Eropa.Saya syka tentang pandangan luas anda thor👍👍
2020-12-23
3