"Buenos dias, Senorita. Bienvenido a nuestra tienda." Terdengar suara lembut milik Allena saat menyapa pelanggan pertama pagi ini. Dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah manisnya, Allena berjalan menghampiri pelanggan tersebut untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan standar operasional toko.
Wanita itu melihat ke arah sekeliling toko. Kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung wanita itu sedikit menghalangi penglihatan Allena tapi Ia yakin jika wanita tersebut sangat cantik, penampilannya juga sempurna— seperti kebanyakan para kaum hedonis; tas mahal, sepatu serta dress dari brand ternama sekelas Dior dan sejenisnya.
Dan Allena juga yakin bahwa wanita yang di berdiri di hadapannya sekarang sedang menatapnya dengan tatapan remeh seperti kebanyakan wanita kaya lainnya. Terbukti dengan keterdiaman wanita itu sejak lima belas menit berlalu, Dia masih betah berdiri dengan gaya angkuhnya.
"Pardon, Senorita— Ada yang bisa Saya bantu?"
Demi Tuhan! Pekerjaan Allena sangat banyak. Apalagi hari ini, Anna sudah tidak di izinkan untuk bekerja disini lagi sebab Carl melarangnya.
Tentu saja! Seorang Senora Walt tidak akan pernah di perbolehkan untuk melakukan pekerjaan berat apalagi menjadi pegawai toko biasa seperti Dirinya. Itu tidak mungkin.
Decihan dari bibir merah itu terdengar, "Dimana gadis murahan itu? Suruh Dia keluar sebelum Aku sendiri yang menyeretnya!" Sebuah ancaman— lagi.
Ya Tuhan, mengapa orang - orang ini sangat senang mengancam Mereka yang lemah seperti Dirinya. Allena berasumsi bahwa wanita ini pasti ada hubungannya dengan berita pernikahan Presiden Direktur Walt dengan Anna, sahabatnya.
Dalam hati, Allena terus merapalkan puluhan doa agar Anna baik - baik saja disana. Karena bagaimana pun juga, Dirinya merasa ikut andil dalam membujuk Anna agar Ia mau ikut bersama Walt dan tinggal di Mansionnya. Ya meskipun tanpa bantuannya, Seorang Carl Walt dan para pengawalnya tetap bisa membawa Anna pergi bersama Mereka, namun tetap saja perasaan bersalah menghantuinya.
Mulai khawatir akan keselamatan Anna meski disana sudah pasti puluhan pengawal akan menjaganya dengan penjagaan yang sangat ketat mengingat betapa posesifnya Presiden Direktur Walt jika itu menyangkut soal Annastasie Serilda.
Wanita itu melepaskan kacamatanya dengan angkuh.
Kini semakin terlihat jelas bahwa mata sebiru sapphire tersebut menatapnya dengan kilatan penuh kebencian dan juga— kesedihan serta rasa kecewa yang begitu dalam.
Allena mencoba menyelami pesakitan yang wanita ini rasakan melalui mata birunya tersebut. Dan mulai menyimpulkan sebuah pemikiran baru bahwa; wanita ini bukan termasuk dari Mereka yang mengejar Carl hanya untuk mendapatkan kepuasan materi, melainkan lebih dari itu.
"Berhenti mengganggunya Rachel atau kekasihku akan membuatmu terluka." Sebuah ancaman dari pria muda yang kini menodongkan Colt 1911 berkaliber.45 ACP keluaran Amerika Serikat ke arah Rachel yang hendak melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Allena.
Kedua wanita itu menoleh ke sumber suara. Mendapati Darelano berdiri di ambang pintu bersama beberapa orang pengawal bersamanya.
"Lama tak bertemu Kau masih saja bersikap kasar padaku, Dae! Apa ini caramu menyambut kedatanganku sebagai teman lama?" Rachel mendesis marah. Merasa kesenangannya terganggu oleh kehadiran Darelano.
Setengah mengejek, Darelano membalas ucapannya, "I'm sorry but your'e not my friend, Senorita."
"I will kill you as soon as possible!"
Dan pria yang dipanggil 'Dae' tersebut hanya membalas dengan kalimat— "Si estoy esperando." Membuat Rachel semakin kesal padanya.
••••••
Suasana di dalam ruangan bertuliskan Presiden Direktur Walt tiba - tiba terasa mencengkam sebab kehadiran seorang tamu yang tak di undang. Ini menjadi kali pertamanya Dia datang setelah insiden enam tahun lalu.
"Aku merindukanmu Sayang." Sebuah sapaan pertama yang terdengar begitu menjijikkan di telinga Carl terdengar dari seseorang yang sangat Ia hafal suaranya.
Rachel Aldine— dengan tak tahu malu menerobos masuk ke dalam ruangan Carl sampai sang sekretaris ikut mengejarnya masuk ke dalam. Dan langsung memberikan sebuah pelukan hangat pada Carl yang hanya menatap tak minat padanya.
"What do you want, Rachel?
Obsidian hitam itu kini menatap tajam ke arahnya, tak suka dengan skinship yang Rachel lakukan padanya.
Rachel bersmirk sebelum menjawab, "I want you!"
Dengan gaya angkuhnya, Rachel duduk dengan kedua kaki menyilang, memperlihatkan kaki jenjang nan mulus miliknya di atas sofa yang ada di depan meja kerja Carl. Berusaha menarik perhatian pria itu melalui senyuman yang terlihat sangat memuakkan menurut Carl.
Tanpa banyak bicara, pria itu beranjak dari kursi kebesarannya, mengabaikan ucapan Rachel yang seolah ingin tahu.
"Kau mau kemana, Darling?"
Langkahnya terhenti ketika Carl berhasil menyentuh handle pintu ruangannya, dan sedikit menoleh ke samping hanya untuk mengatakan; "Bukan urusanmu! Dan berhenti memanggilku dengan panggilan menjijikkan seperti itu!"
Terakhir. Sebuah bantingan pintu yang cukup keras membuat Rachel tersentak kaget. Ia tahu, Carl pergi dengan sejuta kemarahan yang ada di hatinya.
Dan mungkin, untuk sekarang Rachel akan mengalah sebelum melakukan rencana selanjutnya yang telah Ia susun secara rapi untuk menggagalkan acara pernikahan Carl dengan gadis tersebut.
Rachel akan membuat Carl kembali padanya dan menyingkirkan gadis tidak tahu diri yang telah merebut Carl darinya.
Ia kembali untuk Carl Walt, untuk cintanya.
••••••
"Tapi Saya juga ingin membantu Kalian untuk menanam sunflower itu, Tia."
Samar. Terdengar suara lembut yang menyapa pendengaran Carl datang dari bibir gadisnya yang terlihat mengerucut kesal karena para maid tak mengizinkannya untuk ikut berkebun. Padahal dulu ketika Anna berusia tujuh, Ia sering membantu mendiang ibunya untuk menanam ubi di halaman belakang rumah Mereka.
Tapi lihatlah sekarang, Ia bahkan tak di izinkan untuk melakukan pekerjaan apa pun disini.
"Maaf tapi ini perintah Senor Walt pada Kami, Senorita. Cuaca sedang terik, Anda bisa kepanasan jika ikut membantu Kami disini."
Salah seorang dari Mereka berusaha untuk membujuk Senorita-nya agar segera berteduh, jika tidak Mereka bisa saja kehilangan pekerjaan Mereka jika melanggar perintah dari Tuan Besarnya.
Melihat kedatangan Carl, para maid tersebut langsung membungkuk hormat dan membubarkan diri untuk melakukan pekerjaan lain. Sedangkan Anna tetap diam di tempatnya. Bersikap tak peduli ketika Carl semakin mendekat ke arahnya.
Gadis itu membuat gestur dengan kelima jarinya untuk memperingatkan Carl agar tidak terlalu dekat dengannya. Sudah cukup bagi Anna untuk menerima semua kalimat perintah yang selalu keluar dari bibir jelmaan aprodhite tersebut.
"Tetap disana, Senor! Jangan mendekat atau Saya akan berteriak dan mengatakan pada semua orang jika Anda bermaksud untuk melukai Saya." Oh sebuah ancaman yang sama sekali tidak mempan bagi Carl.
Ia bahkan hanya terkekeh geli ketika melihat ekspresi menggemaskan yang di tunjukkan oleh Anna saat gadis itu merasa ketakutan.
"Berteriaklah sesuka hatimu. Dan—" Lagi, pria ini sangat suka menjeda ucapannya sendiri, membuat Anna semakin kesal di buatnya, "Ini adalah rumahku jika Kau lupa, Senorita."
Tanpa menyadari sebuah kecupan singkat mendarat di keningnya dan membuat Anna menjadi stagnan karena hal itu.
••••••
- Si estoy esperando (n); ya, aku menunggu
- Buenos dias (n); selamat pagi
- Bienvenido a nuestra tienda (n); selamat datang di toko kami
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Endang Purwati
menarik
2021-01-29
0
Ftl03
Like dari Little Rainbow.. semangat terus Thor.. jgn lupa mampir dan tinggalkan jejak.. mari saling mendukung...
2021-01-04
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Adit dan Ayna menyapa kak😉
menanti kehadiranmu lagi
semangat.. semangat💪💪💪
salam "Cinta Pak Bos"
2021-01-01
1