...Angin berhembus membawaku ke tempat dimana Dirimu berada. Merasa resah sebab rindu tak dapat ditahan ingin segera bertemu pada candu baru yang begitu mempesona...
...[POSESIF - Bee]...
.
.
.
.
••••••
"Senor Walt sedang tidak ada ditempatnya Senor Dae."
Seorang wanita dengan balutan blazer hitam dan rok selutut berwarna senada— Caroline Walner, memberitahu tentang keberadaan sang Presiden Direktur yang entah pergi kemana sejak satu jam yang lalu.
Sedang Darelano tampak berpikir, ini masih pagi dan kemana Bosnya itu pergi?
Kemudian pria itu berjalan menghampiri Caroline yang masih berdiri di balik meja bertuliskan; 'Sekretaris Walner' untuk melanjutkan pertanyaannya, "Kemana Presdir pergi?"
"Saya tidak tahu Senor tapi Presdir meminta Saya untuk membatalkan semua rapat hari ini dan mengatur ulang jadwal untuk besok." Caroline menjelaskan dengan sangat jelas, membuat Darelano mengangguk paham.
Darelano bergumam sendiri, "Tak biasanya Senor seperti ini?" Tanpa menyadari kernyitan bingung dari wajah Caroline yang menunggu perintah darinya, "Ah maaf! Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu, Caroline. Aku pergi."
Presiden Direktur Mereka di kenal dengan workaholicnya tapi lihatlah sekarang? Pria itu justru menghilang begitu saja dan membatalkan rapat penting senilai jutaan dollar.
Membuat Darelano di rundung kekhawatiran karena pria itu membiarkan Dirinya pergi seorang diri tanpa pengawal yang mendampinginya.
Bukan Carl tak mampu menjaga dirinya dengan baik namun mengingat begitu banyak musuh yang berusaha untuk menghancurkannya, membuat Darelano harus memasang badan untuk melindungi pewaris tunggal Walt Corporation dari Mereka yang berusaha mengincarnya.
Setelah perbincangannya dengan sang sekertaris selesai, Darelano segera bergegas pergi sembari tangannya sibuk memainkan benda persegi miliknya. Berusaha menghubungi Carl untuk menanyakan keberadaan pria itu.
Lama menunggu, hingga di dering ke empat pria Walt baru mengangkat panggilan darinya.
Hembusan nafas lega terdengar dari bibir Darelano ketika pria itu mengatakan..
"Aku sedang berada di toko Ellio untuk sarapan." Terdengar suara dari seberang sana.
Tanpa basa-basi, Darelano segera melajukan kendaraannya menuju Mercado Central tempat toko itu berada.
"Saya akan segera kesana, Senor."
Dan panggilan di tutup secara sepihak oleh Carl.
••••••
Carl terlihat sangat tenang menikmati hidangan yang tersaji di depannya. Sudah satu jam lebih sejak kedatangannya disini, Carl enggan untuk beranjak pergi dari sana. Ia sangat betah berlama-lama disini untuk memandangi gadisnya.
Sebuah klaim tanpa seizin pemiliknya, Carl berikan untuk gadis yang Ia ketahui bernama Annastasie Serilda yang kini sedang sibuk menulis sebuah laporan penjualan disana.
Bahkan hanya dengan menggunakan apron bermotif floral serta rambut di ikat kuda saja— kecantikan gadis itu terlihat luar biasa, sangat natural. Fokusnya bukan hanya pada wajah si gadis, tapi juga pada bibir tipis berwarna pink tersebut. Mengundang hasrat ingin memiliki gadis itu sepenuhnya semakin besar.
"Shit! Jantungku berdebar hanya karena melihatnya berdiri disana." Batinnya mengumpat dengan keras.
Sibuk melamun dan memikirkan Anna disana, Carl tersentak kaget saat salah satu rekan Anna datang untuk menawari Dirinya kembali. Berpikir bahwa pria itu mungkin sangat menyukai cup cake buatan toko ini.
Dengan sopan, Allena memberikan buku menu yang berada ditangannya pada Carl. "Apa Anda ingin menambah pesanan lagi, Senor?" Carl melirik sekilas ke arah gadis di sebelahnya. Raut kecewa terlihat jelas di wajahnya tapi berhasil Ia tutupi dengan sebuah deheman pelan.
Matanya kembali melihat ke arah meja kasir. Mencari pemilik obsidian violet yang sejak tadi merebut seluruh atensinya untuk terfokus padanya. Tapi gadis itu sudah tidak ada.
"Dimana Dia?"
Sebuah penekan di akhir kalimat, menjadi ucapannya yang mutlak ketika Carl sudah mendekret seseorang sebagai miliknya.
Allena mengernyit bingung, "Eh, maaf Senor?"
"Gadis itu— maksudku Anna. Dimana Dia?" Nada jengkel terdengar sangat kentara dari bibir plum milik Carl. Bukan salah Allena jika gadis itu merasa kebingungan dengan pertanyaannya
Salahkan saja pertanyaan Carl yang terdengar ambigu saat menyebut kata Dia.
Matanya kembali melihat ke arah kasir. Memastikan bahwa gadisnya ada disana, namun Ia tak menemukan siapa pun, membuat desahan nafas kecewa terdengar dari bibirnya.
"Oh Anna sedang keluar membeli bahan kue yang habis di supermarket, Senor."
Kembali Carl menatap ke arah sekelilingnya.
"Aku tak melihatnya keluar lewat pintu itu?" Jari telunjuknya mengarah pada pintu keluar di seberang sana.
"Dia lewat pintu samping toko ini, Senor." Jelas gadis itu dengan senyum tulus padanya.
Kemudian, pria lain dengan penampilan yang sama formalnya dengan Carl, datang dengan nafas tersengal seperti habis mengikuti lomba lari maraton saja.
"Maaf Saya terlambat, Senor. Jalanan macet." Sebuah alasan klasik yang terucap mengundang decihan remeh dari pria yang Ia panggil Senor tersebut.
"Sejak kapan Valencia menjadi kota macet dengan durasi hampir dua jam lebih lima belas detik, Senor Dae? Apa Aku harus membuatkan sebuah jalan tol khusus untukmu supaya Kau bisa datang tepat waktu?"
Sebuah ancaman sekaligus sindiran di layangkan oleh Presiden Direktur Walt. Jika sudah begini, Darelano tak bisa mengelak tentang alasannya datang terlambat menemuinya. Pria itu harus berkata jujur jika masih menyayangi tubuhnya sendiri.
Lalu yang terjadi selanjutnya adalah; "Maaf Senor! Tapi Bianca mencari Anda dan mengacau disana saat Caroline mengatakan bahwa Anda sedang pergi." Bisiknya pelan.
Carl diam.
Tak memberi respon apa pun atas kelakuan lancang yang dilakukan oleh salah satu bonekanya. Tapi jika di teliti lagi, tepatnya di bawah meja sana, tangannya sudah membentuk sebuah kepalan yang kapan saja siap untuk melayangkan pukulan pada siapa pun yang membuatnya merasa terganggu.
Pikirnya, berani sekali wanita itu datang dan mengacau di perusahaannya sementara Ia tak disana?
Hanya karena Mereka pernah melewatkan malam bersama, bukan berarti Bianca bisa bebas datang untuk menganggu hidupnya kapan pun wanita itu mau.
"Kita kembali ke kantor." Kalimat selanjutnya yang Darelano dengar setelah melewati jeda yang cukup panjang.
Tak lupa, Carl membayar semua tagihan pesanan yang tadi sempat Ia nikmati dan membungkus beberapa cup cake untuk dibawanya pulang.
Sebelum benar-benar pergi, Carl memastikan apakah gadis itu sudah kembali dari acara— belanja bahan kue di supermarket!
Namun, meski jarum panjang jam menunjuk pada menit ke tujuh, Anna tak kunjung muncul di hadapannya.
Hatinya kecewa harus pergi tanpa melihat wajah cantik nan polos itu sebagai ucapan perpisahan sementaranya.
Dan Carl berjanji akan kembali datang keesokan harinya.
••••••
Musim dingin di pertengahan bulan Desember. Jalanan kota Valencia tertutup oleh kiloan salju putih yang menumpuk di sepanjang bahu jalan.
Baju tebal, kaos kaki serta syal— Menjadi pelengkap yang tepat saat musim ini tiba.
Anna sedang menatap butiran salju yang turun melalui jendela kaca kamarnya. Gadis itu juga terlihat memegang secangkir coklat panas di tangannya.
Suara dari deritan pintu kamar, membuat Anna menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang datang.
Disana— Allena berjalan menghampirinya juga membawa secangkir kopi panas yang masih mengepulkan asapnya ke udara. Aroma kafein menggoda indera penciuman Anna untuk meminumnya juga.
Tapi sayang, Anna tak bisa minum kopi jika sudah malam hari; itu membuatnya terjaga hingga pagi, ngomong-ngomong.
"Kau belum tidur?"
Sebuah basa-basi sebagai sapaan untuk memulai obrolan selanjutnya.
Anna mengangguk, "Hm, seperti yang Kau lihat." Kembali suara seruputan dari bibir tipis milik Anna terdengar saat Ia meminum coklatnya lagi.
Mereka sama-sama berdiri di depan jendela kaca full body yang menghubungkan langsung dengan taman yang ada di samping flat— tempat Mereka tinggal.
Keduanya memiliki pikiran masing-masing. Berusaha menerawang apa yang akan terjadi di kehidupan masa depan nantinya.
"Tadi Senor Walt menunggumu saat Kau pergi ke Supermarket." Kalimat Allena yang baru saja terucap mengundang kernyitan di dahi si cantik bermata violet.
Siapa Senor Walt itu? Untuk apa Ia mencarinya?
Allena menoleh ke samping, menatap Anna dengan penuh keyakinan, "Sepertinya Dia menyukaimu, Anna."
Sebuah asumsi yang tak pasti datang dari bibir gadis yang telah menjadi sahabat sekaligus rekan kerjanya selama beberapa tahun ini. Obsidian violet itu menggelap. Jelas bahwa Anna sedang marah. Gadis itu terlalu menutup diri jika ini perihal tentang cinta.
Lalu Ia mendengus, sebelum akhirnya duduk dan meletakkan cangkir coklatnya diatas nakas.
"Siapa Senor Walt? Apa Kami berdua pernah bertemu?"
Demi Tuhan!
Bagaimana bisa seseorang yang Allena sebut sebagai sahabatnya tidak mengetahui eksistensi dari pengusaha muda kaya yang terkenal di daratan Eropa-Asia?
Apa Anna sedang bercanda?
"Kau sungguh tidak tahu siapa Senor Carl Walt itu?" Masih tak percaya, Allena kembali bertanya, "Serius Kau tidak tahu, Anna?"
Dan Anna menggeleng cepat. Bibir tipisnya mencebik ketika Allena terus mengulang pertanyaannya lagi.
"Siapa Dia hingga Aku harus tahu? Itu tidak penting, Al!" Desisnya tak suka.
"Tunggu disini dan jangan pergi kemana pun."
Menghilang-lah Ia di balik pintu berwarna pink dengan ukiran bunga mawar tersebut.
••••••
Dekret (n); sebuah keputusan atau perintah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Aya Elkafa
othor tetep semangat ya,....semoga sehat selalu 🍀
2021-03-16
0
BELVA
💕💕💕💕💕👍
2021-02-03
1
Rian Cappuchino
Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray Stardust."
Kutunggu kedatanganmu.
Terima kasih
2021-02-02
1