Suara dering ponsel milik Darelano mengejutkan Mereka yang sedang duduk menikmati hidangan pesta malam ini.
Darelano meminta maaf pada Bosnya serta para petinggi perusahaan lain sebab sejak tadi si penelepon tidak menyerah untuk terus menghubunginya.
"Lo siento, Saya akan mengangkatnya sebentar."
Setelah meminta izin, Ia segera menjauh dari keramaian menuju halaman belakang Mansion.
Ia mengernyit ketika mendapati panggilan itu dari sepupunya— Bella.
"Ya Bell?"
Ada jeda beberapa second sebelum akhirnya si penelepon di seberang sana bersuara.
"I'm sorry, Dae. Tapi Aku harus mengatakan kalau Anna... D-dia, emm Anna m-menghilang."
Nada gugup serta rasa penyesalan terdengar jelas dari bibir Bella. Ia sudah memiliki firasat buruk sebelum pergi meninggalkan Anna ke kota. Dan benar saja, sesuatu yang buruk telah terjadi.
"Jangan khawatir! Aku sudah tahu dimana Anna berada. So, danke Frau telah membantuku menjaga Anna selama beberapa bulan terakhir, Ku tutup teleponnya."
Setelah panggilan berakhir, Darelano segera kembali menuju acara perjamuan agar tidak ada yang mencurigainya.
Tapi sebelum Darelano kembali, Ia sempat mengirim pesan singkat pada salah seorang anggota tim untuk mengawasi kediaman Rachel dan memintanya melaporkan situasi penjagaan disana agar Darelano dapat menyusun rencana untuk menyelamatkan Anna dari Mansion Aldine.
"Kita lihat, siapa yang akan menjadi pecundang kali ini."
••••••
Pagi ini suasana Mansion Walt terlihat berbeda. Sangat gaduh tak tenang seperti biasanya.
Dan Carl benci hal itu.
Meski baru saja terbangun dari tidurnya, pria itu langsung terjaga. Terbukti dengan obsidian hitamnya mulai menajam ketika telinga lebarnya menangkap suara yang sangat Ia hafal pemiliknya.
Tak butuh waktu lama, hanya tigapuluh menit untuk mempersiapkan Diri sebelum kaki jenjangnya melangkah keluar dan melihat, siapa orang yang telah berani membuat ketenangan di Mansionnya menjadi terganggu.
Dugaannya benar!
Wanita itu datang dan bertingkah seperti seorang istri yang mengurus segala keperluan suaminya di pagi hari.
"Cih, bermimpi saja!" Batinnya mengejek.
Semua Maid di buat kalang kabut dengan kedatangan tamu yang tak di undang. Memerintah seenaknya seperti seorang Senora Walt disini.
Jari telunjuknya menuding salah seorang Maid berusia setengah abad dengan kasar ketika wanita tua itu tak sengaja menjatuhkan sendok soup ke lantai.
"BERANINYA KAU MEMBUAT KOTOR LANTAI INI! KAU MAU KU—" Tangannya sudah melayang ke udara, bersiap memberikan sebuah tamparan namun terhenti ketika seseorang mencekalnya dari belakang.
Itu Carl, ngomong-ngomong.
Semua yang disana menunduk, tak berani melihat adegan menegangkan yang sedang terjadi antara Bos besarnya dengan sang tunangan.
Carl berusaha mengumpulkan kesabaran lebih untuk menghadapi sikap Rachel, matanya terpejam sebelum akhirnya bibir plum miliknya bicara; "Ikut Aku!"
Sekali tarikan, Carl berhasil menyeret tubuh Rachel menjauh dari dapur untuk menuju ruang kerjanya, lalu menghempaskan tubuh Rachel ke atas sofa.
Lagi. Carl masih punya kewarasan untuk tidak berdebat dengan wanita itu sepagi ini atau moodnya akan memburuk selama seharian dan akan berimbas pada pekerjaannya di kantor.
Rachel memegangi pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkeraman kuat Carl padanya, terlihat begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih.
Ia mengadu, merengek bahkan bertingkah menjijikkan lainnya di depan Carl. Tapi pria itu bersikap acuh padanya dan seolah tidak peduli atau memang seperti itu.
Lantas, Carl melenggang pergi mengabaikan fakta bahwa Rachel masih disana dan berlari untuk mengejarnya.
Sarapan pagi selesai dengan Rachel yang selalu menempelinya seperti benalu.
"Pergi sebelum Aku bertindak kasar padamu!" Sesaat setelah Carl melihat bahwa Rachel membuntutinya sampai ke dalam mobil.
Wanita itu mencebik, bibirnya mengerucut ke depan tapi tak cukup untuk mengalihkan atensi Carl pada benda persegi yang saat ini Ia pegang; ponselnya.
Mobil tidak akan berjalan jika Presiden Direktur Mereka tidak memberi perintah. Sementara, empat mobil lainnya telah berbaris menunggu mobil utama milik Carl melaju.
Darelano menatap heran pada pintu mobil Carl yang masih terbuka.
Pikirnya— Apa Bosnya sedang menunggu kedatangannya? Kenapa semua mobil masih disini?
Darelano berlari kecil untuk segera menghampiri Bosnya sebelum Ia mendapatkan masalah lebih atas keterlambatannya pagi ini.
Ketika sampai di mobil, Darelano mulai mengatur nafasnya dan bicara dengan tenang, "Pardon, Senor atas keterlambatan Sa—" Matanya mendelik tajam ketika melihat wanita gila itu sudah berada disini dan duduk di sebelah bosnya.
Posesif sekali!
Tanpa banyak bicara, satu kalimat perintah yang keluar dari bibir Carl membuat kelima mobil itu bergerak menuju kantor Walt Corporation dengan Rachel ikut bersamanya.
Empatpuluh lima menit perjalanan yang Mereka butuhkan untuk sampai ke gedung Walt Corporation.
Carl bersama para pengawalnya telah tiba disana dan Rachel dengan tak tahu malunya bergelayut di lengan kekar milik kekasihnya disana. Seolah menunjukkan pada dunia bahwa Carl Walt adalah miliknya.
Semua mata menatap iri padanya sebab Mereka berpikir, Rachel adalah wanita beruntung, mampu meluluhkan hati sang aprodhite yang di kenal tak pernah menggunakan hatinya ketika mengencani para wanita yang datang padanya dengan suka rela.
Tapi beberapa dari Mereka memberikan tatapan sinis disertai bisikan-bisikan pedas yang di tujukan untuk Rachel.
"Lihatlah wanita itu? Kenapa Dia terus menempeli Presdir?"
"Aku iri melihat acara pertunangan Mereka! Sangat mewah dan berkelas!"
Dan wanita lain yang baru saja datang, ikut bergabung untuk bergosip.
"Hey, Ku dengar Dia adalah mantan kekasih Senor Walt?"
"Woah, benarkah? Aku tak menyangka Senor Walt suka memungut barang bekas!" Kata salah seorang wanita memakai setelan blazer peach.
Wanita lain datang dan membubarkan sekumpulan para penggosip disana.
"Kembali bekerja sebelum Aku melaporkan ini pada Senor Dae!"
Dan Mereka membubarkan diri masing-masing ketika sebuah ancaman datang menyapa pendengaran.
••••••
Suara geraman serigala milik Rachel membuat dua gadis yang ada di dalam sana mulai waspada. Jarak Mereka hanya beberapa meter saja, jika Mereka tak berhati-hati, sudah bisa di pastikan tubuh Mereka akan menjadi santapan lezat dua serigala yang sedang kelaparan.
"Brengsek!"— Adalah kalimat umpatan pertama yang keluar dari bibir Bianca setelah berbulan-bulan di kurung disini. Bukan tanpa sebab Ia menjadi sangat berani seperti sekarang, alasannya adalah— gadis yang berada di sebelahnya.
Ya, Anna mengatakan bahwa Ia harus melawan rasa takutnya dan menjadi berani untuk menghadapi semua ini.
Anna juga meyakinkan Bianca bahwa Mereka pasti bisa keluar dari sini asal Mereka tetap berpikir dengan tenang dan mencari jalan untuk keluar.
Violet Anna menajam ketika beberapa pengawal masuk ke dalam.
Tapi tunggu?
Ada yang berbeda disini! Kenapa pakaian yang Mereka kenakan tak sama dengan pengawal lainnya? Apa Mereka pengawal baru?
Anna menatap curiga ke arah dua pengawal yang terlihat berusaha membuka paksa pintu jeruji besi yang mengurungnya.
Salah satu dari Mereka sibuk membidik dua serigala yang mencoba menggapai tangan salah satu rekannya yang sedang membuka kunci.
"Oh shit! Hampir saja!" Umpatnya.
Setelah memastikan kedua serigala itu tak berdaya, Mereka segera menolong kedua gadis malang yang terlihat ketakutan saat pengawal tersebut mendekatinya.
Desah nafas lega terdengar dari bibir salah satu pengawal yang kini melepas masker yang menutupi wajahnya.
"Jangan takut, ini Saya Darelano, Senorita. Anda aman sekarang."
••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Aya Elkafa
ngga bisa boom like yak😔
tetep semangat ya othor,..
2021-03-16
0
Khaputri Khaputri
syukurlah .....
2021-02-09
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejak..jejak..jejak..🐾🐾🐾
2021-01-15
0