...Cinta dan pengorbanan; ketika Dirimu di hadapkan oleh keduanya— Mana yang akan menjadi pilihan utama bagimu?...
••••••
"Aku tahu dimana Annastasie berada jika Kau mau menerima tawaranku, Carl."
••••••
Hening.
Kendati sudah limabelas menit yang lalu, sejak Mereka bertiga— Carl, Rachel dan Darelano— Kembali masuk ke dalam ruangan bertuliskan Presiden Direktur Walt tersebut untuk melakukan sebuah kesepakatan sepihak; sebab keuntungan sepenuhnya milik Rachel.
Dengusan terdengar dari pria yang lebih tua, "Katakan!" Satu kalimat pertama yang muncul sebagai pemecah keheningan. Menimbulkan perasaan was-was dari pria termuda; Darelano.
Batinnya sejak tadi bertanya-tanya, apa Rachel memata-matai Dirinya? Apa yang sedang Ia coba tawarkan pada Senor Walt?
Sementara Rachel masih diam menatap Mereka secara bergantian dan berhenti untuk sekedar beradu pandang dengan obsidian hitam milik Carl.
"Well, Aku akan mengatakan dimana gadis itu asal Kau mau menerima syarat yang Ku ajukan padamu, bagaimana?" Oh tawar-menawar sedang berlangsung. Wanita itu menyeringai puas ketika melihat ekspresi kejut Darelano disana.
"Kena kau!"
Kepalan di tangan mengerat bersamaan dengan nafas yang mulai memburu, seperti seekor singa kelaparan.
Satu kalimat protes muncul dari bibir yang termuda; "Tolong jangan dengarkan Dia, Senor! Saya akan memanggil pengawal untuk—"
Sebuah gestur; satu jari telunjuk mengarah ke atas, membuat Darelano bungkam seketika.
"Kau bisa keluar sebentar, Dae? Aku sedang berbisnis dengan klien-ku!" Tatapan setajam katana itu kemudian mengarah pada Darelano yang masih tertegun di tempatnya, pria itu terlonjak kaget ketika suara bentakan dari Bosnya kembali membuatnya tersadar, "SEKARANG!"
Dengan perasaan tak rela, pria Dae itu keluar dengan tatapan sinis yang di tujukan pada Rachel saat ini— yang sedang mentertawainya melalui obsidian biru itu.
Sialan, pikirnya.
Sekarang hanya ada Mereka berdua saja disini.
Jengah. Carl mulai menatap sekilas ke arah jam rolex model Sky-Dweller Rosegold Schoko Ziff yang membalut tangan kirinya seolah tak minat dengan tawaran yang akan di ajukan oleh Rachel padanya.
"Jangan bertele-tele, cepat katakan Rachel! Aku sibuk!"
Tawa sarkas terdengar menggema ke seluruh ruangan yang memiliki dinding kedap suara tersebut.
Melihat Carl yang begitu tak sabaran, membuat Rachel langsung mengeluarkan sebuah benda kecil mirip amplop dari tasnya.
Ia meletakkan amplop tersebut dengan sangat hati-hati, seakan isinya adalah sebuah benda berharga jutaan dollar. Dan membiarkan Carl untuk membukanya sendiri.
Sebuah foto?
Kening Carl mengernyit ketika matanya melihat ke arah kumpulan foto yang menampilkan sosok cantik yang begitu Carl rindukan satu bulan ini. Sosok yang mampu membuatnya sulit tertidur ketika malam menjelang dan sosok itu juga yang membuatnya terlihat seperti mayat hidup alih-alih Ia adalah manusia normal.
Ini foto gadisnya, kekasih hatinya yang telah menghilang sejak satu bulan yang lalu.
Dalam fotonya— gadis itu terlihat mengenakan gaun polos berwarna kuning dengan rambut di ikat kuda seperti biasa sedang berada di sebuah halaman yang di penuhi oleh hamparan bunga-bunga cantik sebagai backgroundnya.
Anna sedang berkebun.
Ada perasaan cemburu yang membakar hati Rachel ketika Carl menatap foto gadis itu dengan tatapan memuja. Lantas Ia segera merebut benda itu dari tangan Carl dan membuat pria itu mengeram tak suka.
"Apa yang Kau lakukan?" Kilatan marah pada obsidian hitam itu terlihat menyala-nyala. Membuat Rachel meneguk kasar ludahnya sendiri, bagaimana pun Carl yang di liputi kemarahan seperti ini bukanlah hal yang baik.
Tapi, Rachel tetaplah Rachel. Ia tak akan takut meski Carl menguarkan aura dominan seperti seekor Alpha.
"Cukup, Carl! Mari Kita buat kesepakatannya jika Kau ingin tahu dimana gadis itu sekarang!" Desisnya tak kalah sinis.
Carl sangat hafal dengan semua sifat liciknya. Wanita itu penuh dengan tipu muslihat yang tak bisa di tebak. Jadi, Ia akan lebih berhati-hati lagi kali ini.
Rachel menyeringai sebelum akhirnya mengatakan keinginan hatinya pada Carl, "Aku ingin kita menikah— maksudku, Kita bisa bertunangan lebih dulu jika Kau tak ingin buru-buru. Bagaimana?"
Suara bantingan pintu membuat kedua orang yang sedang melakukan negoisasi merasa terkejut dengan seseorang yang berdiri disana dengan nafas terengah.
Seseorang itu— Darelano, dengan langkah kaki tergesa-gesa berjalan menghampiri Rachel yang menatapnya dengan pandangan remeh. Ketika pria itu semakin mendekat dan hampir melayangkan sebuah tamparan ke wajah cantik disana, sebuah suara dari pria tertua terdengar menginterupsi.
"Hentikan, Dae! Jangan mengotori ruanganku dan Kau—" Sebuah kalimat penuh perintah di sertai telunjuk panjang yang menuding ke arah wanita yang sedang berada di hadapannya untuk menunggu kalimat yang selanjutnya akan di ucapkan oleh Presiden Direktur Walt Corporation tersebut dengan debaran yang berbeda dari masing-masing keduanya, "Aku akan menerima tawaranmu itu! Besok lusa Kita akan bertunangan setelah itu lepaskan Anna dan jangan mengganggu hidupnya lagi atau Aku akan benar-benar melenyapkanmu dengan tanganku sendiri, Rachel!"
Lalu seulas senyum penuh kemenangan terpancar jelas di wajah cantik milik Rachel.
"Si, estoy de acuerdo con usted, Senor Walt."
^^^"Ya, Saya setuju dengan Anda, Senor Walt."^^^
••••••
Ketukan pintu yang terdengar tak sabaran di luar sana membuat gadis yang sedang tertidur pulas siang ini merasa terganggu.
Kernyitan di keningnya menjadi penanda bahwa si gadis bermata violet tersebut di serang oleh rasa pusing tiba-tiba sebab di bangunkan secara paksa oleh suara ketukan pintu yang sejak tadi tak mau berhenti.
Gadis itu berjalan tergesa dan segera membuka pintu untuk melihat siapa orang yang sengaja menganggu acara tidur siangnya kali ini.
Ketika pintu di buka, dua pria asing dengan pakaian formal serta empat pria lain berbaju serba hitam berdiri di hadapannya dengan ekspresi dingin yang membuat siapa pun akan merasa takut melihatnya.
Salah seorang dari Mereka bicara dalam bahasa inggris yang sangat jelas di telinganya.
"Sorry, we have to take you away now. Someone has been waiting, Senorita."
Anna mulai berpikir, apa Mereka datang atas perintah Darelano sebab hanya pria itu yang tahu keberadaannya sekarang.
Tapi mengapa Darelano tak memberitahunya lebih dulu jika pria itu menyuruh orang untuk menjemputnya? Atau Anna harus menghubungi Bella dan menanyakan ini padanya?
"Maaf, Sir. Siapa yang menyuruhmu untuk datang?" Anna bertanya sangat hati-hati dan tak akan menyebut nama Darelano sebelum Mereka mengatakan siapa yang memberinya perintah.
Merasa ada sedikit perlawanan dari Anna, ke empat pria bertubuh besar tadi segera membawa Anna masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi dari rumah itu sebelum penghuni lain datang dan mengacaukan semua.
Anna merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, Ia berteriak untuk meminta tolong pada tetangga sekitarnya serta mencoba untuk melawan namun nihil. Tubuh mungilnya tak sebanding dengan kekuatan para pengawal tersebut.
Pergerakan Anna semakin melemah, gadis itu mulai terengah lalu tak sadarkan diri akibat kelelahan.
Melihat Anna yang sedang pingsan, salah seorang pria berbaju formal segera menghubungi seseorang dan melaporkan bahwa Mereka telah berhasil membawa Anna dan sedang dalam perjalanan menuju ke Spanyol.
"Bawa Dia ke ruang bawah tanah dan masukkan Dia ke kandang serigala tundra milikku."
Terdengar perintah dari suara wanita di seberang sana dengan tawa kerasnya.
"Baik, Senorita. Sesuai dengan keinginan Anda."
••••••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Desi Ramadani
semua gara2 asisten nya Walt kalau dia gak sok kepinteran pasti gak bakal rumit kayak gitu,padahal baca part 1 suka sama karakter dia ,eh gara2 dia sembunyikan violeta tanpa sepengetahuan Walt mna gak pakek bodigard lagi 😌
2022-04-15
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
haiihaiii
cinta pak bos hadir lagi😘
bawa like💕
bawa semangat💪
jejak juga🐾
mampir juga yuk😉
2021-01-15
1
Ilma Kikyo
geraaaammm aku sama nenek sihirrrr...
2020-12-05
0