Semua orang sedang sibuk mencari keberadaan Anna. Semua Tim juga telah di kerahkan ke segala penjuru. namun gadis itu tetap tidak di temukan.
CCTV.
Ya, kemarin saat pertama kali mengetahui bahwa Anna menghilang, Carl tidak berpikir untuk mengecek keadaan cctv di hari Anna pergi. Dan baru menyadarinya pagi ini.
"Lo siento, Senor! Tapi Tim Black sudah memeriksa semua keamanan cctv yang telah terpasang, tapi—" Ucapan salah seorang anggota berhenti begitu saja, Mereka yang disana tertunduk ketika mengetahui fakta yang akan membuat Presiden Direktur Mereka murka.
Carl menoleh ke arah si pembicara. Tatapannya sangat mengintimidasi semua orang disana. Aura hitam menguar dalam Dirinya. Bak seorang alpha kehilangan pasangan hidupnya.
Lima menit terakhir, Carl masih menunggu. Kendati bibirnya masih bungkam tak mengeluarkan kalimat apapun, namun Darelano merasa bahwa pria itu sedang menahan amarahnya.
Melihat situasi yang semakin menegangkan, Darelano angkat bicara. Bagaimana pun, Ia juga berperan dalam menghilangnya Anna saat ini.
Dengan kepala tertunduk, Darelano memberanikan Diri berbicara untuk mengalihkan perhatian Carl tentang cctv, "Pardon, Senor! Saya sudah meminta Tim Blue untuk mencari Senorita hingga ke wilayah perbatasan Valencia dan luar Spanyol."
Kini, tatapan setajam elang tersebut beralih ke arah Darelano. Membuat pria duapuluh enam tahun itu menelan kasar ludahnya sendiri.
Sebuah decihan terdengar dari bibir pria aprodhite, "Aku bertanya tentang cctv dan Kau melaporkan tentang tugas yang Kau berikan pada Tim Blue? Apa ini suatu pengalihan atau Kau sedang melakukan konspirasi di belakangku, Senor Dae?"
Kalimat terakhir yang Carl ucapkan membuat semua orang disana tak dapat menahan rasa terkejutnya, Mereka saling berbisik tanpa suara sebab suasana sedang tidak dalam keadaan untuk bergosip.
Hanya tak menyangka jika Bos Mereka mengatakan hal seperti itu pada Darelano; pria yang menjadi orang kepercayaannya selama bertahun-tahun.
Dan poin utama yang ada dalam Darelano adalah; pria itu seorang pemeran actor terbaik.
Meski kadang saat tertentu Dirinya merasa gugup namun jika situasi sungguh mendesak, maka Darelano akan memainkan perannya dengan sangat baik. Seperti julukan yang di berikan oleh para anggota padanya— Apate versi pria.
Namun kebohongan yang Darelano lakukan bukan semata untuk menusuk Carl dari belakang, tidak!
Ia melakukan ini demi misi penyelamatan hidup kekasih Bosnya. Untuk itu Ia melakukan semua ini tanpa sepengetahuan Carl. Meski terkesan lancang, tak apa. Asal nanti semua menjadi baik-baik saja setelahnya.
Tiba-tiba salah seorang maid datang melapor padanya.
"Maaf, Senor. Ada tamu yang menunggu Anda di luar."
Carl mengeram marah ketika ada yang datang di saat yang tidak tepat seperti ini.
Lantas Ia berdiri dan bergegas untuk melihat siapa tamu yang berani mengganggunya di saat seperti ini.
"Setelah ini pastikan jawabanmu tidak membuatku berpikir bahwa Kau ada hubungannya dengan ini, Dae!"
Ancamnya sebelum pergi meninggalkan ruang kerjanya untuk menemui tamu tersebut.
••••••
Teltow-Brandenburg, Jerman.
Sudah terhitung satu bulan Anna tinggal di negara kelahiran Adolf Hitler— Jerman.
Ia tidak tinggal sendiri karena ada satu orang yang menemaninya agar Anna tak merasa kesepian disana.
Namanya Bella Lamiah.
Wanita cantik yang merupakan sepupu jauh dari Darelano menjadi teman Anna selama Mereka tinggal di Teltow.
Anna sangat berterima kasih, sebab Darelano telah banyak membantunya dan memberinya seorang teman untuk berbagi cerita agar Ia tak kesepian. Usia Mereka tak jauh berbeda, hanya berselisih satu tahun saja, membuat Anna merasa nyambung jika Mereka sedang mengobrol.
Anna jadi rindu Allena— sahabat sekaligus rekan kerjanya di toko.
Sejak Ia tak di izinkan Carl bekerja disana, Ia dan Allena sangat jarang berkomunikasi, terakhir kali sebelum Anna pergi kesini, Ia mendengar bahwa Allena juga mengundurkan diri dari toko kue Ellio dan kembali ke kampung halamannya, San Sebastian.
Membuat Anna menjadi sedih dan merasa bersalah. Seandainya waktu itu Ia bisa menolak dengan tegas ajakan Carl, mungkin sekarang nasibnya tak akan seperti ini.
Anna merasa kehidupannya sekarang di penuhi dengan kecemasan serta rasa takut yang setiap hari menghantui pikirannya.
Gadis itu selalu berandai-andai...
Andai Carl tak datang ke tokonya waktu itu!
Andai Ia dapat menolak permintaan Carl!
Dan masih banyak andai-andai lainnya yang membuatnya ingin menangis saat ini juga.
"Hey, Kau sedang apa Anna?" Itu suara Bella dari arah belakang sana. Membuat Anna berjingkat kaget.
Menyadari keterkejutan Anna, lantas Bella pun meminta maaf. Ia tak bermaksud membuat gadis itu terkejut.
Anna tersenyum padanya, "Tak apa, Frau. Saya hanya sedikit terkejut."
"Apa yang Kau pikirkan, hm?"
Bella memberikan Anna secangkir kopi panas hasil dari memetik di halaman belakang rumah Mereka, ngomong-ngomong.
Kedua gadis itu menatap ke arah luar jendela. Mulai bergelung dengan pikiran masing-masing.
Mereka memang tinggal di distrik Teltow, tapi Mereka tinggal di bagian pedalamannya yang jauh dari pusat keramaian kota.
Tak banyak rumah yang di bangun disini. Oleh karena itu, Anna merasa sangat nyaman dan betah tinggal disini. Terlebih, Ia bisa aman dari ancaman Rachel untuk sementara.
"Saya hanya rindu Senor Walt, Frau." Violetnya masih menatap lurus ke depan. Tatapan sendunya begitu kentara di balik violetnya yang gelap.
Bella menyentuh bahu Anna yang mulai bergetar— gadis itu menangis.
"Kalian bisa melewati ini semua. Jangan khawatir, akan Ku kirim orang ke Valencia malam ini. Mereka yang akan memberikan informasi tentang keadaan Carl padamu. Kau harus tenang ya."
Seulas senyum tercipta dari bibir yang lebih muda. Bella membantu menghapus lelehan airmata yang membasahi pipi Anna yang sedikit tirus.
Anna tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya lagi, lantas sebuah pelukan hangat Bella dapatkan darinya.
"Danke, Frau."
••••••
Suara lemparan sebuah map berwarna hitam di atas meja membuat wanita yang duduk disana mengernyit.
Sungguh tidak sopan! pikirnya.
"Itu laporan tempo lalu yang Kau minta! Setelah ini Kita selesai. Jangan pernah mengganggu Senor Walt lagi."
Baru dua langkah Darelano bergerak, suara wanita di belakangnya terdengar menginterupsi.
"Bagiku tidak!! Kau masih ada satu tugas yang belum selesai, Dae." Ancamnya penuh penekanan.
Wanita itu— Rachel, berjalan ke arah Darelano yang sudah mengepalkan kedua tangannya di bagian sisi celana bahan yang Ia kenakan. Merasa marah dengan sifat licik Rachel kali ini.
"Apa yang Kau mau, sialan?" Darelano berteriak. Mulai habis kesabarannya untuk menghadapi permainan Rachel selanjutnya.
Rachel mendekat, sedikit berjinjit hanya untuk berbisik, "Aku ingin bertunangan dengan Carl. Buat Dia menyetujuinya, lalu urusan Kita selesai."
Wajah Darelano sudah memerah padam sebab emosinya sudah memuncak. Bisa-bisanya Rachel meminta hal yang tak akan pernah bisa menjadi kenyataan.
Kemudian Darelano menyeringai seperti seorang psikopat gila, "Itu bisa saja terjadi tapi—" Lagi, Ia menggantung ucapannya untuk menarik perhatian wanita ular itu, "DALAM MIMPIMU, BRENGSEK!! AKU BAHKAN TIDAK SUDI MEMANGGILMU SEBAGAI SENORA WALT JIKA ITU MEMANG BENAR AKAN TERJADI!"
Kemudian yang terdengar selanjutnya adalah suara dentuman pintu ruangan yang cukup keras— cukup juga membuat Rachel berpikir untuk memberi pelajaran pada pria kurang ajar itu.
"Jika ucapanku tidak bisa membuatmu menuruti perintahku, mungkin benda kecil ini yang akan membuatmu melakukannya, Darelano."
••••••
- Apate (n); Dewi yang penuh tipu muslihat/kebohongan
- Danke (n); terimakasih
-Frau (n); Nyonya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
chindyyaulia
keren si asli
2021-02-01
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
datang lagi..
bawa like😘
2021-01-07
0
D.M.E.S
bom 10 like sampai sini thor..
salam dari 'Jodohku Dekat di Mata' 😊
2020-12-09
0