keesokan harinya Naira bangun dimalam hari, Naira merasakan berat dikepalanya. perlahan Naira membuka mata, Naira melihat sekelilingnya yang terlihat nampak asing baginya. Naira mencoba mendudukan dirinya, ia bahkan merasakan tubuhnya yang tidak bertenaga.
"ada apa denganku, kenapa badanku tidak enak!" gumam Naira, ia melihat disana tidak ada seorang pun hanya dirinya sendiri didalam kamar.
Naira mencoba mengingat semuanya, tapi kepalanya malah terasa sangat sakit. Naira berdiri dari tempat tidur, ia melangkah perlahan menuju kamar mandi. saat bersamaan pintu kamar itu sedikit terbuka, Naira melihat beberapa orang berlalu lalang disana.
"aku tidak menyangka, pria itu bisa memaksa seorang wanita." Naira mendengar suara seorang wanita yang sepertinya menggosip.
"benar, aku pikir semua wanita datang sendiri padanya. tapi dia malah datang merayu gadis itu, apalagi sampai memaksanya begitu." Naira terus mendengarkan pembicaraan beberapa wanita itu.
"tapi dia mendapat balasan yang pantas, seharusnya Adrian itu memukulnya sampai mati!" Naira terkejut saat mereka menyebut nama Adrian.
"gadis itu masih belum sadar sampai sekarang, aku benar benar kasian padanya." setelah mengatakan itu Naira tidak mendengar apapun lagi, Naira melihat sudah tidak ada siapapun.
"asshh!!"
saat Naira masuk tiba tiba saja, ingatan muncul dalam kepalanya Naira. Naira teringat kejadian dimana dirinya hampir dilecehkan Fandi, bahkan Naira mengingat Adrian yang telah menolongnya dan memeluknya dengan erat. Naira duduk ditempat tidur dan memeluk dirinya sendiri, dia masih merasakan ketakutan. Naira berniat mencari Adrian, tanpa peduli penampilannya Naira keluar dari kamar itu.
***
ditempat lain Adrian duduk dengan keadaan marah, semua orang penting berkumpul. semua orang terdiam dengan kemarahan Adrian, terlihat Fandi datang dengan banyak luka pada tubuhnya. Fandi tanpa merasa bersalah, menatap Adrian dengan tajam. begitu pun Adrian yang tidak takut dengan apapun, dia menatap Fandi dengan perasaan marah.
"kita akan meluruskan kejadian waktu lalu, tentang kejadian apa yang dilakukan pak Adrian dan pak Fandi." ucap seorang yang lebih tinggi derajatnya, dari Adrian dan juga Fandi.
"kalian semua tau benar, apa yang saya lakukan padanya adalah sebuah pelajaran setimpal. sebelumnya aku menyadari akan sifatnya, tapi aku tidak pernah berpikir dia sebrengsek itu." ucap Adrian dingin, Fandi kesal dengan.
"siapa yang kau bilang brengsek, dia yang menggoda ku!"
"menggodamu?, untuk apa dia menggodamu." ucap Johan, Adrian masih menatap Fandi dengan tajam.
"ya apa lagi, aku pria kaya, tampan, bermartabat..."
"tindakanmu kemarin tidak membuktikan bahwa kau bermartabat, kau memaksa seorang gadis yang bahkan tidak ingin melihatmu!" saut Adrian, semua orang terdiam dengan perdebatan mereka.
"untuk apa kau membela wanita yang bahkan tidak mempunyai hubungan denganmu, dia hanya seorang sekretaris rendahan. aku dengar banyak wanita tertarik padamu, tapi kenapa kau malah tertarik padanya!" ucap Fandi, Adrian sudah mengepalkan tangannya.
"tuan Fandi jangan meniup asap, nanti apinya akan muncul!" ucap Johan, Fandi malah tersenyum meledek.
"kau marah padaku karena aku menyentuh wanitamu, ataukah kau marah aku menyentuh mainanmu..."
BRAK!!!
Adrian tidak menjawab, ia malah menendang kursi dan berjalan kearah Fandi.
"brengsek!!, kau bahkan tidak menyesali perbuatanmu. seharusnya aku memukulmu sampai mati kemarin, tapi kali ini tidak akan kulepaskan kau!" ucap Adrian, Adrian menarik baju Fandi dan memukulnya beberapa kali. Fandi menjauh dari Adrian, saat seseorang mencoba menahan Adrian.
"dia hanya sekretaris, dia bahkan bukan kekasihmu!. Naira hanya sok polos dihadapan semua orang , sebenarnya dia adalah jalang, jalang milikmu didalam rumahmu!" teriak Fandi, Adrian semakin gelap mata.
"brengsek, lepaskan!!!" teriak Adrian mendorong beberapa orang hingga terpental kebelakang, Adrian berlari kearah Fandi dan memukulnya lagi.
"jangan sebut namanya dengan mulut kotormu(bugh), kali ini aku tidak akan melepasmu. aku akan membunuhmu, agar semuanya juga tahu siapa Adrian sebenarnya." ucap Adrian memukul Fandi, Fandi yang tidak bertenaga hanya diam mendapat pukulan Fandi.
"dia adalah wanitaku, tapi dia bukan jalang bagiku. dia adalah berlian, permata, bahkan dia adalah hartaku yang paling berharga. kau berani menyentuh milik Adrian, maka kau tidak akan lepas dari tangan seorang Adrian!"
Bugh...
Bugh...
Johan menahan Adrian, tapi tidak ada gunanya. kemarahan Adrian muncul, menggelapkan mata dan pikirannya. Johan didorong Adrian hingga terpental, semua orang tidak berani melawan kemarahan Adrian. kegaduhan terus terjadi disana, sampai kaki seseorang membuat mereka tertegun dan memperhatikannya. sebuah kaki kecil melangkah tanpa alas kaki, berjalan kearah Adrian.
"sebut namanya lagi, maka aku akan senang memberikan hadiah padamu(bugh)" ucap Adrian, Fandi sudah tidak bertenaga. Fandi membiarkan Adrian memukulnya hingga puas, ingin melawan pun tidak bisa.
"pergilah Johan, aku akan melukaimu jika kau mencegahku hari ini!" ucap Adrian ketika sebuah tangan lembut menyentuh punggungnya.
"pak Adrian..." suara lembut membuat Adrian menghentikan aktivitasnya, Adrian melepas Fandi yang sudah lemas tidak berdaya. Adrian berbalik untuk melihat keasal suara, terlihat Naira berdiri dengan senyumnya dan sisa air mata dipipi dan matanya.
"Naira, kamu..." ucap Adrian, dalam sekejap kemarahan Adrian menghilang. ketajaman tatapan Adrian menjadi lemah, ketika melihat Naira berdiri dan tersenyum kearahnya.
"jangan memukulnya lagi, saya sudah baik baik saja." ucap Naira, tanpa menjawab Adrian memeluk Naira.
"aku minta maaf, maafkan aku!" ucap Adrian mencari ketenangan dalam pelukan Naira, Naira membalas pelukan itu. mereka larut dalam pelukan itu, Adrian tidak peduli dengan tatapan orang lain yang melihatnya lemah.
seseorang membantu Fandi untuk berdiri, dan membawanya ketempat jauh dari Adrian. Siska yang ada disana membantu Johan untuk berdiri, mereka berdua tersenyum melihat Naira yang sudah sadarkan diri.
Adrian memandang tubuh Naira yang polos dengan piyama tidur, dan tidak memakai alas kaki. Adrian menggendong tubuh Naira, sebelum itu Adrian memasangkan jaket yang ia gunakan untuk menutupi memar Naira pada tangan dan leher.
Adrian tidak peduli sekelilingnya, ia menggendong Naira untuk membawanya lagi kekamar. Johan dan Siska mengikuti mereka, lalu mereka berempat menghilang dibalik lift. sampainya dikamar, Adrian mendudukan Naira ditempat tidur. Naira memberikan air putih pada Naira, Naira terus menatap Adrian.
"apakah ada yang ingin kamu katakan?" tanya Adrian lembut, Naira menaruh air putih yang ia bawa.
"kenapa anda melakukan itu padanya, kalau terjadi apa apa bagaimana?" saut Naira lembut. Adrian menatap Naira lalu melihat leher Naira yang masih berbekas kissmark dari Fandi.
"apa maksudmu, jadi kamu senang diperlakukan seperti itu. saya membela kamu Naira, seharusnya kamu bersyukur bukannya menyalahkan saya." kesal Adrian, Naira mengeluarkan air mata.
"tentu saya tidak senang, saya merasa harga diri saya sudah dihancurkan olehnya. tapi anda tidak perlu seperti itu, dia bahkan tidak melakukan lebih dari itu."
"lalu seperti apa, apakah aku harus diam?. diam melihat kamu dilecehkan, dan melepaskannya tanpa memberikan pelajaran padanya? apakah membiarkan dia melakukan hal yang lebih menjijikan, lalu membelamu?" saut Adrian, Naira menatap Adrian.
"pak Fandi itu investor penting bagi perusahaan anda pak, anda bisa mendapat kerugian besar. seharusnya anda tidak perlu sampai seperti itu, bahkan saya juga tidak masalah. saya hanya seorang sekretaris, anda kehilangan proyek, bahkan saham yang besar." ucap Naira menangis, Adrian menyeka air mata itu.
"kamu bukan hanya seorang sekretaris, kau bahkan lebih penting dari semua proyek dan saham itu. bahkan hartaku seluruhnya akan kuberikan padanya, jika itu demi dirimu!" ucap Adrian lembut, Naira menatap Adrian dan mengingat semua perkataan Adrian saat menghajar Fandi.
"kenapa, kenapa anda melakukan itu?" tanya Naira dengan polos, Adrian menggenggam kedua tangan Naira. Adrian tersenyum melihat Naira, terlihat wajah sendu disana.
"aku tidak senang kamu terlihat cantik, jika cantikmu bukan untukku. aku merasa sakit saat melihatmu terluka, bahkan aku merasa ikut terluka. aku merasa sangat marah dan sampai ingin rasanya membunuh siapapun yang berani memaksamu, membuatmu menangis dan menyakitimu. apakah semua itu jelas, menggambarkan sebuah perasaan untukmu!" ucap Adrian, Naira tetap menatap Adrian.
"karena itu disaat aku melihat kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri, tujuanku hanya satu membunuhnya karena berani membuatmu seperti itu." Adrian berjalan kearah jendela, Naira tetap diam ditempatnya.
"lalu salahkah aku melakukan itu, demi seseorang yang aku cintai." ucap Adrian lagi, Naira menoleh kearah Adrian.
"apakah saya salah ketika ingin melindungi cintaku, aku melakukan semua itu. apakah aku salah mengorbankan semuanya untuk seseorang yang aku cintai, apakah aku salah melakukan semua itu?" ucap Adrian lagi, tidak ada jawaban dari Naira.
"apakah aku bisa mencintaimu Naira, bisakah aku mendapatkan cintamu sekarang. aku mencintaimu Naira, aku sudah mencintai kamu sejak pertama kali melihatmu." Adrian melangkah untuk mendekat kearah Naira,
"bisakah aku mendapatkan hatimu, bisakah kamu memberikan aku hatimu?" ucap Adrian duduk disamping Naira dan memegang tangannya, Naira menatap Adrian.
"hatiku sudah milik orang lain, aku tidak bisa memberikan hatiku lagi pada orang lain!" ucap Naira, Adrian terdiam dan melepaskan tangan Naira.
"baiklah, aku mengerti. beristirahatlah, ini sudah malam. besok kita akan kembali, dan melakukan perjalan panjang jadi jaga kesehatanmu untuk besok!" ucap Adrian tersenyum belum Naira menjawab Adrian melangkah keluar dari kamar itu, Naira hanya menatap kepergian Adrian.
"tapi itu dulu pak, sekarang anda sudah mengambil hati itu. anda sudah mendapatkan nya, anda sudah menjadi pemiliknya!" ucap Naira, Adrian menghentikan langkahnya saat sudah didepan pintu. Adrian menoleh kearah Naira yang tersenyum padanya.
"bisakah aku mendapatkan hatimu juga, bisakah aku memilikinya. bisakah aku mendapat cinta dan kasih sayang darimu, benar kata Siska aku telah tertarik padamu sejak awal..." belum selesai Naira bicara, Adrian melangkah cepat kearahnya dan langsung memeluk nya.
"tidak perlu meminta, akan kuberikan semuanya untukmu. akan kulakukan apapun yang kamu inginkan, bahkan aku bisa memberikan nyawaku padamu. aku mencintaimu Naira, aku sangat mencintaimu!" ucap Adrian memeluk Naira dengan erat, Naira tersenyum dan membalas pelukan itu.
"iya pak, aku juga sangat mencintaimu." ucap Naira menangis, Adrian menyeka air mata itu dan mereka tersenyum bersama.
"karena saya anda kehilangan semua itu, saya benar benar minta maaf pak, maafkan saya!" ucap Naira lagi menangis, Adrian menggelengkan kepala.
"aku bisa mendapatkan nya lagi, untuk sekarang aku mendapat yang lebih berharga dari sebuah proyek dan saham. mari kita buat kisah kita hari ini, kisah cinta Naira dan Adrian!" ucap Adrian, Naira tertawa disela menangisnya.
"iya, terima kasih!" ucap Naira, Adrian tersenyum dan memeluk Naira lagi. mereka terlarut dalam kebahagiaan masing masing, mereka saling merasakan cinta dalam pelukan itu.
kamu mencintai Adrian, karena itu kamu melupakan Adnan. baiklah Naira sekarang aku akan menjadi Adrian untukmu, dan untuk selamanya.
maafkan aku kak Anan, aku tidak bisa menjaga hati untukmu. entah kamu masih mengingatku atau tidak, yang aku tahu sekarang. aku mencintainya, sangat mencintainya dan perasaan cinta ini tidak bisa aku sembunyikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Novianta Milala
dia adlh adnan mu naira
2020-05-10
0
Maryati Agusteni
dulu ceritanya kara pengusaha yg berkuasa masa gx ada yg tau siapa naira,, emang kara dah kehilangan pamornya apa???
2020-02-01
2
Laras
nanti marah gak ya Naira sama adnan🤔
2020-01-31
2