Keesokan harinya Naira bangun dipagi hari, Naira sedikit membuka matanya karena sangat malas bangun. Naira melihat hpnya, terdapat pesan dari Siska.
Siska: Naira datang lebih awal, ingat pak presdir datang hari ini.
Naira membaca pesan itu langsung tersadar, Naira ingat kalau presdirnya akan datang . Naira bergegas pergi ke kamar mandi, ia membersihkan diri.
Setelah beberapa menit Naira telah selesai melakukan mandinya, Naira memilah baju yang akan ia gunakan. Entah kenapa Naira memiliki perasaan akan terjadi sesuatu, mungkin perasaan itu datang ketika akan bertemu Presdir nya. Naira segera memakai pakaiannya, dan mempoles wajahnya.
Setelah selesai Naira turun kebawah untuk bertemu yang lain, Naira langsung duduk ditempatnya. Nadia memberikan sepiring sarapan, Naira langsung melahap nya. Kara melihat putrinya seperti itu,
"Naira makan pelan pelan!" ucap Kara, semua yang ada disana menoleh ke arah Naira.
"Naira gak ada waktu pa, hari ini direktur Naira datang. Jadi Naira tidak ingin terlambat, jadi harus cepat." saut Naira yang tetap makan, Kara menggelengkan kepala
"Siapa?" tanya Kara.
"Ya presdir itu, yang ditakuti." saut Naira, setelah selesai Naira minum air dengan cepat.
"Oke selesai, pa ma semuanya Naira berangkat ya." ucap Naira menyalami Nadia dan Kara kemudian yang lainnya.
"Hii anak ini, salam woyy!!" teriak Riana, Naira melambaikan tangan.
"Assalamualaikum!!!" teriak Naira yang sudah diluar, semua orang disana hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan sarapan mereka.
Perjalanan skip...
Naira sampai dikantor, sebenarnya Naira datang tepat waktu. Tapi, ia berjalan terburu buru untuk sampai diruangannya. Tanpa Naira sadari, karena tidak memperhatikan jalan Naira menabrak seorang pria.
Brugh...
Naira jatuh dilantai, semua isi dalam tasnya berserakan.
"Aukhh, maaf saya tidak sengaja." ucap Naira mengemasi barangnya, pria itu mencoba membantu Naira.
"Maaf sekali lagi, saya tidak melihat." ucap Naira menunduk tanpa melihat. saat hendak melihat siapa yang ia tabrak, sebuah lift terbuka. Naira segera berlari memasuki lift itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun pada pria itu.
Naira langsung keluar dari lift, ia berlari memasuki ruangannya. Terlihat disana Siska yang sedang asik memakan roti isi, dan secangkir teh disampingnya. Naira menghampiri Siska, Siska yang sadar kehadiran Naira pun menoleh dan tersenyum.
"Kamu habis lari maraton ya?" ucap Siska yang melihat Naira berkeringat dan mengatur nafasnya, Naira duduk didepan Siska.
"Aku takut telat, jadi aku lari tadi!" saut Naira, ia mencoba menormalkan nafasnya.
"Telat?." ucap Siska melihat jam ditangannya, Naira bingung dengan itu.
"Iya, kamu malah santai begini." ucap Naira, Siska menghabiskan rotinya lalu berdiri mendekat kearah Naira.
"Naira sayang, jam kerja kita biasanya jam berapa?. Terus ini jam berapa?" ucap Siska, Naira melihat jam ditangannya.
"Biasanya jam 8pagi, sekarang jam 6 lebih." saut Naira, Siska mengangguk.
"Jadi?" ucap Siska, Naira sadar akan waktunya yang datang terlalu cepat.
"Astaga, aku sangat bodoh. Karena takut terlambat sampai seperti ini!." ucap Naira menunduk, Siska tertawa dengan itu dan duduk dikursinya.
"Lalu kenapa kamu sudah datang?" tanya Naira mendongakkan kepala, Siska menikmati teh paginya.
"Ini sudah kebiasaanku, aku kan kasih tau agar kamu datang jam 7 atau setengah 8, tidak awal seperti ini." jelas Siska, Naira hanya ber oh saja. Naira menundukkan kepala, ia teringat yang sempat menabrak seseorang.
"Kamu tahu, aku sampai menabrak orang tadi. aku tidak melihat wajahnya, aku hanya melihat bajunya!" ucap Naira, Siska menatapnya.
"Terus, orangnya marah nggak?" tanya Siska, Naira menggelengkan kepala.
"Ya sudah lupakan, oh iya gimana tentang teman masa kecilmu?" tanya Siska, belum sempat Naira menjawab seseorang mengetuk pintu.
Terlihat Johan datang menghampiri mereka, dengan elegan dia berjalan menghampiri Naira dan Siska. Dengan senyummu yang tampan, Johan tersenyum pada Naira.
"Pagi pak!" ucap mereka berdua bersamaan dengan menunduk sopan.
"Naira sudah datang ternyata, baiklah Naira kamu bisa membersihkan ruangan presdir sekarang." ucap Johan, Naira memandang Siska.
"Hm.. Pak, apa presdir sudah datang?" tanya Siska, Johan tersenyum.
"Iya, Presdir dalam perjalanan, Naira lakukan ya." ucap Johan, Naira pun mengangguk.
"Siska ikut saya, kamu tidak sibuk kan?"
"Tidak pak, saya akan lakukan!" tegas Siska, Naira hanya terdiam.
"Naira lakukan, apa butuh waktu?" tanya Johan, Naira menggelengkan kepala.
"Tidak pak. maksud saya, saya akan pergi sekarang. Permisi." saut Naira berpamit pergi, ia pun keluar dari ruangan itu
Naira berada diluar pintu ruangan Presdir, Naira merasakan hal yang aneh saat ingin masuk. Ada perasaan takut dan juga belum siap untuk bertemu presdir itu, perlahan Naira membuka pintu ruangan itu. Naira melihat ruang itu cukup besar dan sangat mewah, Naira mulai membersihkan satu persatu barang yang ada disana.
"kenapa hatiku tidak tenang, ada apa ini!" gumam Naira saat membersihkan buku buku yang berdebu.
Naira membersihkan setiap sudut yang ada disana, Naira merasa lega saat semuanya sudah terlihat berkilau. Naira melihat sekeliling ruang itu, Naira merasa ruang itu terbuat dari berlian.
"aku takut presdir itu adalah pria tua, gendut, juga mesum." ucap Naira bicara sendiri, ia membayangkan kalau presdir itu adalah seorang pria yang sudah paruh baya.
"siapa mesum?" suara seseorang membuat Naira terkejut, Naira langsung berbalik. tapi ketika berbalik, tubuhnya menyenggol sebuah meja.
"akhh..." teriak Naira, pria itu langsung berlari menghampiri Naira. disaat yang bersamaan, lampu disana padam.
"kau tidak apa?" tanya pria itu, Naira sedikit terkejut saat mendengar suara yang tadi ia dengar sangat dekat ditelinganya.
"tidak apa, hanya tidak sengaja." ucap Naira, pria itu mendirikan tubuh Naira dengan benar.
"kenapa lampunya padam?" ucap Naira lagi, Naira mencoba mencari hpnya tapi ia lupa kalau tidak membawa hp.
" kenapa ceroboh sekali!." ucap pria itu, Naira melihat sekelilingnya yang gelap.
"kamu siapa?." saut Naira. melihat pria itu tapi tidak terlalu jelas.
"Direktur, kamu?" ucap pria itu, Naira terkejut dengan itu.
"maaf pak. Nama saya Naira Putri, saya bekerja disini selama dua bulan terkahir. Dan kenapa saya disini, saya sedang membersihkan ruangan anda. Dan siapa saya yang sebenarnya, saya adalah sekretaris anda pak presdir. Semoga kita menjadi partner kerja yang baik, jika perlu apapun anda bisa mengatakannya padaku." jelas Naira, pria itu hanya terdiam. Naira mendongakkan kepalanya, tapi karena gelap menutupi wajah pria itu Naira tidak bisa melihatnya.
kenapa aku merasa pernah bertemu dengannya, mengenal suaranya. dan itu kan baju yang dipakai oleh pria yang aku tabrak, oh tidak!
"baiklah, kamu boleh pergi." ucap pria itu, Naira merasa lega. ia pun menunduk memberikan hormat, lalu keluar dari ruangan itu.
Naira merasa lega saat sudah memperkenalkan diri, Naira tersenyum bahagia. entah kenapa ada perasaan yang sulit diartikan, ada sesuatu yang ingin dia katakan tapi juga tidak ia mengerti.
Naira melihat Siska berjalan membawa beberapa berkas, Naira pun menghampiri Siska.
"berikan separuh!" ucap Naira, Siska pun tersenyum dan memberikan separuh berkas yang ia bawa.
"terima kasih, sudah dibersihkan?" tanya Siska, Naira mengangguk.
mereka berjalan bersama diruang gudang buku, Siska menaruh berkas yang tidak penting disana.
"berdebu sekali, apa semua ini?" tanya Naira, Siska merapikan berkas yang sempat mereka bawa.
"ini CV orang orang kemarin, pak Johan bilang disuruh taruh sini aja." saut Siska, Naira pun melihat lihat gudang buku itu.
"cerita dong, yang itu!" ucap Siska tiba tib, Naira pun menatap wajah Siska tidak mengerti.
"Anan?" ucap Siska lagi, Naira terdiam lalu tersenyum.
"baiklah akan aku ceritakan!" ucap Naira duduk dikursi, Siska pun mengangguk.
"Anan, dia adalah teman masa kecilku. dulu dia anak yang pendiam, tapi setelah mengenalku dia sangat berisik. selalu menasehati ku, jangan makan itu, jangan lakukan itu, nanti jatuh, nanti sakit, dan semuanya." jelas Naira, Siska mendengarkan itu sambil menyusun berkas.
"kami berjanji akan selalu bersama, aku bahkan membuat perjanjian dengannya. aku menyuruhnya berjanji agar tidak pernah meninggalkan aku sendirian, dia harus menemaniku sampai kapan pun." ucap Naira lalu terdiam, Siska melihat wajah Naira yang terlihat sedih.
"lalu bagaimana?" tanya Siska duduk disamping Naira, Naira tersenyum.
"dia datang kesekolahku, dia memberikan kalung ini padaku. dia bilang kalung ini untukku, dia membuatnya sendiri umtukku. pada saat itu juga, dia mengatakan akan pergi untuk jalan jalan." saut Naira, Naira mengusap air mata yang sempat menetes.
"dia bilang akan kembali dengan cepat, akan datang untuk menemuiku. tapi itu tidak pernah terjadi, dan aku membenci semua kebohongannya. dia bahkan membuatku setia menunggunya, hingga 15 tahun." saut Naira lagi, Siska mengelus pundak Naira.
"jika ketemu dia gimana?" tanya Siska.
"entahlah dia ingat atau tidak padaku, aku tidak pernah tau bagaimana wajahnya, seperti apa dia. aku tidak tahu, aku hanya tahu namanya." saut Naira, tiba tiba Denis menghampiri mereka.
"kalian, dicari pak Johan!" ucap Denis partner kerja mereka, Denis menormalkan nafasnya karena telah berlari.
"memangnya ada apa?" tanya Naira.
"pak Presdir sudah datang, dia sudah didalam ruangannya. cepat kita harus menyambutnya,!" ucap Denis, mereka bertiga langsung berlari keluar.
"aku lupa tadi mau mengatakan padamu!" ucap Naira berjalan cepat.
"apa?" tanya Siska berjalan disamping Naira.
"tadi saat bersihkan ruangannya, aku sudah bertemu dengan pak presdir." ucap Naira saat sudah didalam lift, Siska dan Denis memandangnya.
"kenapa tidak bilang, kalau gini nanti kena marah pak Johan." saut Siska.
"kenapa?" tanya Naira, Denis melihat kearah Naira.
"tidak ada yang tau seperti apa wujud presdir mereka, hanya pak Johan yang tahu. saat presdir datang, semua karyawan pasti tidak ada yang tahu." saut Denis.
mereka bertiga keluar dari lift dan berlari keruang kerja mereka masing masing, Siska menemui Johan. sedangkan Naira mengumpulkan semua karyawan bersama Denis, terlihat semua orang sudah berbaris rapi.
"baiklah semuanya mohon perhatian kalian!" ucap Johan, semua karyawan diam mendengarkan Johan.
"untuk pertama kalinya presdir kita akan datang disini, dan untuk pertama kali juga presdir kita akan bekerja disini dan mengurus perusahaan ini. diharapkan semuanya dapat disiplin dan bertanggung jawab, sebagaimana seperti saya yang membimbing kalian!" ucap Johan, semua orang berbisik, Naira dan Siska diam disamping Johan.
"presdir kita sudah ada di ruangannya, pasti kalian tidak tahu siapa presdir itu." saat mengatakan itu, terdengar suara sepatu berbunyi dari langkah seseorang. semua orang terdiam dan menatap kearah pintu, beberapa menit kemudian terlihat seorang pria muncul disana. semua orang menatap terkejut, termasuk Naira dan Siska.
seorang pria berdiri didepan mereka, dengan pakaian yang rapi berjas dan sangat elegan. pria itu berdiri dengan tampan dan sangat tampan menurut mereka, dengan angkuh perlahan pria itu berjalan melewati para karyawan yang berbaris menyambutnya. mereka heran dengan presdir yang berjalan tidak normal, seperti menahan rasa sakit.
"selamat datang Presdir, kenapa dengan kakimu?" tanya Johan bersalaman dengan pria itu.
"tidak apa, hanya terjatuh semalam." saut pria itu, mereka saling tersenyum dan berpelukan.
"aku tidak menyangka presdir pria yang tampan, selama ini aku hanya mendengarnya dari beberapa orang saja." bisik Siska, didengar oleh Naira dan Denis. Naira melihat pria itu sangat terkejut dan tidak percaya apa yang sedang dia lihat.
"dia yang aku temui disupermarket!" ucap Naira, Siska terkejut dengan itu.
"dan pakaian itu, yang aku tabrak tadi pagi!" ucap Naira lagi.
"aku juga bilang dia pria tua, gendut dan juga mesum." ucap Naira, Siska dan Denis terkejut dengan itu.
"apa!" ucap Siska dan Denis yang terus terkejut, membuat Johan dan presdir itu menoleh.
"Siska Denis, ada apa?" tanya Johan, Siska tersenyum dan menunduk menggelengkan kepala.
"baiklah, ini adalah pak Presdir kita. sebelumnya kalian hanya dengar namanya saja, sekarang beliau berdiri dihadapan kalian. beliau ini masih sangat muda tapi sangat pintar dan berbakat, beliau memiliki beberapa perusahaan termasuk perusahaan tempat kalian bekerja. kebetulan dulu kami satu universitas di London, dan saya dipercaya untuk menjadi wakilnya disini." ucap Johan, semua orang merasa terkagum kagum dengan itu, Naira menatap pria itu dengan perasaan aneh jantungnya terus berdetak tidak karuan.
"karena kalian sudah tahu siapa saya, perkenalkan nama saya Adrian Pratama!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Fitri Irwan
kok ganti nama sih
2021-03-26
0
Novianta Milala
lnjt
2020-05-10
0
Ta Matos
lamaaaaaaaa bgt,heeem
2020-01-22
0