lanjutan...
**
di malam yang sama aku masih berada didalam ruangan, aku merasa tidak ingin kalau Naira pulang. aku pun mencoba untuk mendatanginya, dan dugaanku benar Naira siap pulang bersama sekretaris Johan. dia melihatku yang sedang menatapnya, aku tidak tau apa yang sedang ia pikirkan. mereka berdua berjalan kearahku, dengan senyum Naira berjalan kearahku.
"malam pak, kami pamit pulang!" ucap Siska, Naira hanya tersenyum dan mengangguk padaku.
"apa Johan sudah pulang?" tanyaku, Siska mengangguk sopan. pilihan yang tepat, Johan menyukai gadis itu tapi tidak mau mengungkapkannya.
"baiklah, kamu boleh pulang!" terlihat mereka tersenyum dan mengangguk. aku pikir harus mencegah Naira untuk pergi, karena aku masih belum puas bersamanya.
"hm... apa saya menyuruh kamu pulang?" ucapku tanpa berpikir, mungkin membuatnya terkejut dan menghentikan langkahnya begitupun dengan Siska.
"saya belum pulang, jadi kamu tunggu saya. keruangan saya sekarang, ada berkas yang harus kamu pahami." ucapku lagi lalu pergi dari sana, terdengar suara Siska menertawakan Naira. memang sejak awal Naira terlihat takut padaku, padahal aku tidak melakukan apapun yang membuatnya takut.
aku mencari cari buku yang membuat alasan, tidak tau buku apa yang harus kuberikan. lalu terdengar Naira masuk keruanganku tanpa mengetuk pintu.
"ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Naira tiba tiba membuatku asal mengambil buku dan langsung memberikan padanya.
"ambil ini dan duduklah disofa, saya masih harus mengerjakan yang lain." ucapku, dia mengambil buku itu dan duduk disofa.
aku kembali ke mejaku dan berharap segera cepat menyelesaikan semuanya. sesekali aku melihatnya, terlihat dia menguap beberapa kali membuatku kasihan. entah kapan akan selesai pekerjaanku ini.
setelah beberapa jam mengerjakan, akhirnya aku merasa sangat mengantuk. dan juga pekerjaanku sudah selesai, aku melihat jam ditanganku sudah sangat larut. kemudian aku teringat Naira masih menungguku, aku bahkan tidak mendengarkan suaranya. aku mencoba menghampirinya secara perlahan, ternyata dugaanku benar dia sedang tidur nyenyak. aku pun mencoba untuk membenarkan posisinya, karena posisi tidur Naira bisa membuat sakit pada lehernya. lucu sekali saat tidur, aku masih sangat senang ketika melihat Naira memakai kalung yang aku berikan dulu. kalung itu sangat cantik pada lehernya, tapi lebih cantik Naira.
"aku membencimu!"
suaranya yang mengigau membuatku terkejut, aku tidak tau apa yang sedang ia mimpikan. kenapa aku merasa perkataan nya tertuju padaku, apa dia membenciku, membenciku karena tidak menepati janjiku.
akhirnya aku memutuskan untuk mengantarnya pulang, meskipun bertemu Johan yang menyebalkan tapi aku tidak memperdulikannya. setelah beberapa menit sampailah dirumah besar milik Naira, aku sangat ingin masuk kedalam dan mengatakan semuanya tapi tetap tidak bisa.
aku melihat Naira yang masih tidur sangat nyenyak disampingku, aku sangat senang bisa menatapnya saat tidur. aku ingin sekali menyentuh pipinya, tapi aku takut membuatnya terbangun. aku hanya bisa memandanginya saja, melihatnya begitu damai saat tidur.
saat itu juga terlihat Naira mengeryitkan dahinya, sepertinya dia akan bangun aku pun menutup mata. aku membuka mataku sedikit, melihatnya sedang menguap dan merenggangkan otot. mungkin jika saat itu yang didalam mobil bukan aku, mungkin Naira sudah akan disentuh oleh orang lain. pakaiannya itu membuatku sangat jengkel, kenapa harus memakai baju seperti itu.
entah perasaanku atau tidak, Naira menatapku lagi seperti sebelumnya. mungkin dia mengira aku sedang tidur, apa dia tertarik dengan wajahku, hm.. tentu saja.
dia menanyakan pertanyaan yang membuatku bingung. entah perasaanku jadi tidak karuan, aku pun segera menyuruhnya turun agar dia tidak merasa curiga. setelah itu aku pergi dari sana, aku melihat dia yang masih berdiri melihatku. aku merasa senang dengan itu, aku berpikir itulah calon istriku, masa depanku, hidupku, dan segalanya untukku.
sampainya dirumah aku bertemu om Nikil, aku tersenyum padanya. beberapa pelayan pun tersenyum padaku, tapi aku hanya tersenyum tipis. aku masuk dalam kamarku yang lumayan besar, bahkan ruang ganti disana sebesar kamar biasa. entah bagaimana rumah itu dibuat, semua serba besar.
"om Nikil ubah kamarku ini!" ucapku, om Nikil sangat bingung dengan itu.
"apa tuan muda kurang nyaman dengan kamar ini, saya akan persiapkan kamar lain yang lebih besar dan nyaman untukmu!" ucapnya, aku pun tersenyum dengan itu.
"tidak om, aku sangat puas dengan kamar ini. tapi ubah kamar ini, dengan lemarinya juga. aku akan mengisi keperluan untuk calon istriku," terlihat om Nikil semakin bingung dengan itu, aku pun tersenyum.
"persiapkan mulai dari sekarang, agar jika dia datang semua sudah siap. maka dia tidak akan berpikir aku melupakannya, dan bahkan tidak akan membenciku." ucapku lagi, kali ini om Nikil mengerti. om Nikil mengangguk dan tersenyum.
"baik tuan muda saya akan siapkan semuanya, anda tinggal melihat hasilnya!" ucapnya.
"iya, untuk masalah pakaian besok aku akan pergi sendiri. om hanya tinggal mengurus kamar ini dan seisinya," sautku, im Nikil pun mengangguk dan tersenyum.
"satu lagi om, om tau rumah sakit dimana ibu Nadia bekerja?" tanya ku, om Nikil mengangguk tahu.
"ubah nama kepemilikan itu menjadi namanya, tapi jangan katakan itu kita yang melakukannya!"
"baik tuan muda, saya akan lakukan apapun yang anda inginkan!" ucap om Nikil tersenyum, aku pun membalas senyumannya.
***
keesokan harinya aku bangun lebih pagi, terlihat beberapa orang yang siap untuk mengubah kamarku. aku turun untuk menemui mereka, mereka memberikan hormat padaku.
"selamat pagi tuan muda!" ucap om Nikil, aku pun tersenyum dan mengangguk.
"buat kamarku sedikit berbeda, buat kamar itu seperti kamar pasangan. buat sesempurna mungkin, berikan nuansa biru langit. itu akan menyejukkan hati, dan untuk sprei berikan warna putih saja." ucapku, om Nikil mengangguk mengerti.
semua pekerja itu mengikuti om Nikil yang menuju kamarku, aku sendiri bingung harus bersama siapa untuk membeli pakaian wanita. aku sudah mempersiapkan beberapa orang untuk ikut denganku, tapi orang orang itu tidak bisa aku ajak bicara sebagai teman. secara kebetulan Johan menelfon, aku pun berniat untuk mengajaknya.
"halo!"
"Nan aku kerumahmu nanti siang ya, kita bahas rapat penting."
"ya datanglah!"
setelah mengatakan itu alu menutup telfonnya, aku segera memakai pakaian yang lebih santai. setelah beberapa jam Johan datang, ia bingung melihatku menggunakan pakaian sedikit rapi. dan juga ia bingung melihat beberapa orang sibuk dikamarku, sebelum ia berjalan kearahku aku berjalan kearahnya lebih dulu.
"mau kemana?" tanya nya, aku pun tersenyum saat dia mengikutiku dari belakang.
"ikut aku ke mall, aku mau membeli sesuatu!" ucapku masuk mobil, Johan pun mengikutiku masuk mobil.
"hei aku kesini untuk membahas proyek kita!" ucapnya, aku mulai menjalankan mobilku.
"ada yang lebih penting dari proyek itu, ini masalah masa depanku!" ucapku, Johan yang tidak mengerti memilih untuk diam.
setelah beberapa menit aku sampai di mall terbesar dikota itu, Johan bingung dengan itu mungkin ia berpikir kenapa aku membawanya kesana. aku pun masuk dalam mall itu dengan diikuti Johan, dan juga beberapa orang yang aku bawa.
"untuk apa kita kesini?" tanya Johan yang akhirnya keluar, ia bertanya saat aku membawanya pada sebuah butik cantik disana. ada begitu banyak pakaian, gaun, sepatu dan juga tas serta aksesoris lainnya. tanpa menjawab pertanyaan Johan, aku masuk dalam butik itu dan disambut hangat oleh pemilik toko.
"selamat datang tuan tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya pemilik toko itu, aku tersenyum ramah padanya.
"pilihkan saya beberapa pakaian dan gaun, jangan terlalu ketat dan juga jangan terlalu pendek. lalu carikan juga beberapa sepatu yang pas dengan gaun gaun itu, serta tas dan aksesoris lainnya. saya ingin semuanya pas dengan gaun dan pakaiannya." ucapku, pemilik toko itu tersenyum tapi mencari cari sesuatu. aku berpikir dia mencari orang yang akan memakai gaunnya, memang saat itu aku tidak membawa Naira dan hanya mengingat ukurannya.
"gadisnya berusia 22 tahun, dengan berat 45kg, tinggi 155cm, kulitnya putih, ukuran kaki 37 sampai 38. aku hanya membawa ciri cirinya saja, orang nya aku tidak bawa!" ucapku, pemilik toko itu seakan mengerti dengan maksud ku.
"saya sudah mengerti tuan, silahkan anda tunggu saya akan bawakan beberapa gaun dan pakaian itu." ucapnya lalu memerintahkan pegawainya. aku masih melihat Johan yang sepertinya kesal, dia sepertinya sedang melihat sepatu sepatu cantik disana.
"apa yang kau lihat?" tanyaku, Johan menoleh dan menggelengkan kepala.
"kenapa kau mengajakku kemari, berbelanja seperti wanita dan membeli kebutuhan wanita." ucapnya, aku hanya tersenyum.
"aku membeli semua itu untuk calonku, bukankah kau senang aku sudah memiliki wanita!" ucapku, Johan menatapku seakan tidak percaya dengan perkataanku.
"wanita, siapa wanitanya?" tanyanya.
"seperti yang aku sebutkan dengan ciri ciri tadi!" jawabku, Johan tampak kesal dengan itu.
"maksudku wanita yang mana, Bukankah kamu tidak suka dengan wanirmta manapun. kau hanya suka dengan teman masa kecilmu itu, kenapa sekarang malah punya wanita lain!" ucapnya panjang lebar,
"kamu memang bodoh, jika aku menyiapkan semuanya bukan berarti untuk wanita lain. tentu saja semua itu untuk dia, hanya dia yang boleh menempati rumahku, kamarku bahkan hatiku!"
"wahh kata katamu sangat manis, apakah kamu sedang makan permen?" ucapannya meledek, aku memukul perutnya dan kita menjadi tertawa disana. memang tidak pernah aku mengatakan hal manis, untuk pertama kalinya aku berkata manis seperti itu.
setelah beberapa menit semua telah selesai sesuai dengan keinginanku, aku pun membayar dan segera pergi dari sana. entahlah aku bahkan tidak pernah membeli baju sendiri, tapi untuk Naira aku harus rela memilih dan membeli sendiri.
"aku akan ambil mobil!" ucap Johan, aku pun mengiyakan itu. Johan pergi mendahuluiku, aku tidak sengaja melihat toko perhiasan yang aku kenali. aku masuk toko itu, mereka menyambut dengan hangat.
"ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya manager toko tersenyum ramah, ia melihat beberapa orangku yang memakai jas rapi.
"saya hanya ingin melihat berlian, bisakah anda tunjukkan?" ucapku, manager toko itu tersenyum dan membawaku kedalam tokonya. terlihat beberapa perhiasan dari berlian, satu yang kutuju beberapa satu set berlian.
"jarang sekali orang meminta berlian, ini semua adalah berlian asli dari toko kami. kami memiliki cabang dibeberapa kota bahkan negara tuan, semua ini berlian yang sangat jarang ditemukan bahkan dicabang toko kami sekalipun!" jelas pemilik toko memberikan beberapa satu paket berlian.
"ada berapa macam model?" tanyaku.
"ada 10 sampai 15 model setiap satu paketnya, itu sudah terdapat 1 cincin, 1 kalung, 1 pasang gelang, 1 pasang anting." aku mendengar penjelesannya, dan tentu saja asli karena aku tahu benar dengan toko perhiasan terbesar itu.
"berikan aku setiap modelnya satu paket, aku akan membayar dengan kartu ini!" ucapku, manajer toko itu sepertinya terkejut bahkan pegawainya pun saling memandang, saat melihat namaku dikartu itu.
"apakah anda tuan Adrian Pratama?" tanyanya sedikit terbata, aku pun tersenyum dan mengangguk.
"aku tidak menyangka anda datang langsung ditoko kami, silahkan duduk dulu."
"tidak perlu, saya buru buru. buat pesanan ku, akan ada yang mengambilnya nanti."
"baik tuan. waktu itu anda memesan cincin khusus pada kami benar, itu berlian paling jarang ditemukan, seingat saya saat itu kami membuatnya Di London."
"iya benar, itu untuk melamar calon istriku!"
"anda sangat mencintainya, bahkan anda memesan cincin khusus seharga ratusan juta. lalu sekarang anda memanjakannya dengan begitu banyak membelikan perhiasan terbuat dari berlian."
"ya aku rela kehilangan ratusan juta demi cintaku, bukan hanya harta bahkan jika bisa nyawaku akan kuberikan!" manajer itu tersenyum.
menurutku semua hartaku tidak penting sekarang, yang penting adalah keluargaku dan masa depanku. aku mendapatkan nama, ketenaran, kesuksesan, jabatan, hanya untuk kembali pada keluargaku. meskipun harus kehilangan semuanya demi keluargaku, aku rela.
"hebat sekali, baiklah kami akan persiapkan semuanya!"
aku pun mengangguk lalu keluar dari toko itu, terlihat beberapa orang yang membawa tas belanja membuatku risih.
"kalian yang membawa tas belanja, silahkan pulang dulu. dan kamu tetap disini untuk mengambil perhiasannya, dan yang lain ikuti aku!" tegasku.
"baik tuan muda!!!" jawab mereka lalu pergi masing masing atas perintahku.
"kau dimana?" ucap Johan ditelfon.
"aku sedang ditoko perhiasan, aku akan kesana!" ucapku menutup telfon.
tapi sialnya semenit kemudian ada seorang wanita yang menabraku, aku sedikit kaget melihatnya terjatuh ketika menabrakku. tapi sangat familiar tubuhnya saat kulihat, karena wajahnya tertutup rambut aku tidak bisa melihatnya.
aku mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri, tapi aku terkejut saat melihat wanita itu adalah Naira. dia menatapku lalu menatap beberapa orang dibelakangku, aku pun membantunya berdiri terlihat dia merasa nyeri pada kakinya. aku lihat kaki itu memar dan berwarna biru bengkak. saat dia mengatakan sudah jatuh sebelumnya, tanpa berpikir aku menggendongnya. aku membiarkan dia berteriak minta turun, terserah apapun itu tenaganya tidak lebih kuat dariku. hanya satu yang kupikirkan, bagaimana jatuhnya sampai membuat kakinya seperti itu. aku benar benar kesal memikirkan itu, entah apa yang membuatku kesal.
aku sudah tidak peduli dengan apapun, hanya satu yang kupikirkan yaitu membawanya kerumah sakit. setelah beberapa menit aku telah sampai membawanya kerumah sakit, sampai disana aku langsung menggendongnya dan tidak ada penolakan dari Naira. aku sadar Naira terus menatapku saat aku menggendongnya, entah apa yang sedang ia pikirkan.
aku berdebat dengan Naira tentang rumah sakit itu, dan seorang dokter masuk. dan kebetulan dokter itu mengenal Naira, bukan hanya Naira aku juga tau siapa dokter itu. aku mencoba membiarkan mereka mengobrol dan aku menyembunyikan wajahku. aku khawatir dia mengenaliku, tapi Naira yang konyol memanggilku hingga membuatku harus melihat dokter itu.
saat dokter itu mengatakan pernah bertemu denganku, aku harus berbohong padanya. aku segera membawa Naira pergi dari sana, agar tidak terlalu kama diperhatikan oleh dokter itu. masih seperti sebelumnya, Naira menatapku dengan tatapan yang sama.
aku sedikit menggoda nya saat itu, aku benar benar senang melihat wajah kesalnya. tapi Naira berteriak memanggil ibunya, aku hanya diam dengan itu dan menuruti kemauan Naira. sebenarnya ingin sekali menemui ibu Nadia, tapi ada sesuatu yang mengurungkan niatku. aku melihat ibu Nadia sedang berbicara dengan seorang wanita, dan aku tahu benar siapa wanita itu. wanita itu adalah ibuku, ibu yang selama ini aku rindukan dan aku selalu ingin tidur dalam pangkuannya.
jika aku menemui mereka disana, ibuku akan langsung mengenaliku. ibuku bisa merasakan kalau itu aku, bukan hanya dengan itu, melihat wajahku saja ibuku bisa saja langsung tau karena wajahku yang hampir sama dengan ayahku. aku membiarkan Naira mengobrol dengan mereka, aku bersembunyi dibalik tembok lain.
"maafkan Adnan mama, Adnan belum bisa menemui mama sekarang. Adnan tidak sanggup bertemu mama, Adnan terlalu malu untuk menemui mama. Adnan salah telah membiarkan mama menangis dulu, Adnan benar benar minta maaf. Adnan sangat merindukan mama, sangat rindu."
saat itu aku benar benar ingin berlari kearahnya, memeluknya dan menciumnya. aku ingin melepas semua kerinduanku, aku ingin mengatakan betapa suksesnya anaknya ini. aku hanya bisa merasakan itu dari jauh, aku sangat bahagia melihatnya meskipun dari jauh.
*****
halo semua, cerita ini hanya sebuah karangan author sendiri dan ilustrasi sendiri. jika tidak ada yang pas, atau ada kekeliruan mohon maaf ya.
jangan lupa like, dan komen kalian😍 dukung terus author ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Heksa Suhartini
visualnya thorrrr... pleaseeeee
2020-04-01
0
Jeine Sompie
OMG...perih hatiku😭😭😭😭
2020-03-25
2
Reisya Anandita
di ulang nya kebanyakan.trus gmn kelnjutan naira yg di hotel??
2020-01-29
1