Keesokan harinya Naira sedang duduk santai dirumahnya, ia fokus didepan laptopnya. Naira membuka tutup situs emailnya, ia sangat berharap agar perusahaan itu menerimanya bergabung. Kara melihat Naira yang sedang gelisah, ia pun mencoba untuk mendekati putrinya itu.
"Jadi, sudah diterima?" tanya Kara, Naira menggelengkan kepala.
"Belum dihubungi pa, Naira gak sabar rasanya!" saut Naira, Kara tertawa mengelus kepala Naira.
"Sabar dong, Memangnya dimana sih?" tanya Kara, Naira meletakkan laptopnya diatas meja.
"Di perusahaan baru, perusahaan Tama's." saut Naira, Kara tampak berpikir.
"Oh perusahaan itu, kemarin papa rapat bareng perusahaan itu. Menarik sih." saut Kara, Naira sangat penasaran seperti apa perusahaan itu.
"Pa gimana presdir nya, katanya galak ya?" tanya Naira, Kara menggelengkan kepala.
"Papa gak ketemu presdir nya, papa ketemu wakilnya." saut Kara, Naira hanya terdiam.
"Soalnya mereka bilang, presdir mereka ada di London jadi yang datang hanya diwakilkan." ucap Kara lagi, Naira hanya mengangguk.
Terlihat Riana datang menghampiri Naira, Kara berpamitan pada mereka untuk pergi. Riana menghempaskan tubuhnya duduk disebelah Naira, Naira hanya duduk menatap langit langit.
"Kamu kenapa?" tanya Riana, Naira hanya menggelengkan kepala.
"Masih mengharapkan dia?" tanya Riana, Naira pun menatapnya
"Kenapa sih terus berharap, bagaimana kalau dia tidak pernah kembali?" ucap Riana lagi.
" dia pasti kembali, dia berjanji kepadaku akan segera kembali." saut Naira.
"Lalu kapan dia kembali, sudah 15 tahun kamu menunggunya. Apa dia kembali, tidak kan!" ucap Riana lagi, Naira sangat kesal.
"Kamu menyebalkan!" ucap Naira melempar bantal sofa.
"Kamu yang menyebalkan!" saut Riana melempar bantal juga, saat Naira ingin membalas terdapat notif masuk dari laptopnya.
Naira langsung melihat notif email tersebut, terlihat dari perusahaan Tama's.
"Mama!" teriak Naira mengejutkan Riana, bukan hanya Riana tapi semua orang juga terkejut.
"Kau ini kenapa?" tanya Riana memegangi telinganya, terlihat Nadia dan Risa datang.
"Kamu kenapa, kenapa berteriak?" tanya Nadia, Naira menutup mulutnya.
"Mama! Mereka menerimaku, mereka menyuruhkan untuk mulai bekerja besok!!" ucap Naira berlari kearah Nadia dan memeluknya, Riana melihat laptop Naira dan membaca pesan itu.
"Wah iya benar, kamu hebat!!" ucap Riana menunjukan laptopnya pada Nadia, Naira dan Riana berpelukan girang.
"Aku senang, aku sangat senang." ucap Naira,
"Aku juga ikut senang, semangat ya!!" saut Riana, Naira mengangguk.
"Kalian ini, aku pikir ada apa!" ucap Risa lalu pergi dari sana, Naira dan Riana hanya tertawa.
"Aku akan pergi sekarang!" ucap Naira, Riana mengikuti langkah Naira.
"Mau kemana?" tanya Riana, Naira tersenyum.
"Mau kerumah papa Vano, mau bilang kalau aku dapat pekerjaan." saut Naira
"Aku ikut ya?" ucap Riana, Naira pun mengangguk.
Mereka masuk dalam kamar mereka masing masing, mereka bersiap diri untuk pergi kerumah Vano.
Setelah keluar dari kamar mandi, Naira berdiri dihadapan cermin menyisir rambutnya. Naira melihat kalung yang ia pakai, ia tersenyum dan mencium kalung itu.
"Aku selalu memakainya kak, aku merindukanmu." ucap Naira melihat cermin, satu butir air mata menetes dipipinya.
"(Tok tok tok) Naira ayo, nanti kesorean!" panggil Riana diluar pintu, Naira pun cepat cepat memakai baju dan menyahut tas kexil berisi hp dan dompet nya.
"(Ceklik) iya ini sudah siap kok, ayo!" ucap Naira, Riana pun mengangguk.
Perjalan skip...
Mereka sampai dirumah Vano, mereka turun dari mobil dan langsung masuk kerumah itu. Terlihat Amelia terkejut saat melihat mereka, Naira langsung memeluk Amelia.
"Tante, apa kabar?" tanya Naira memeluk Amelia.
"Tante baik, kenapa kalian disini?" tanya Amelia tersenyum, dengan memeluk Riana juga.
"Dimana sikecil nakal?" tanya Riana, karena tidak melihat Nanda.
"Oh Nanda pergi bersama papanya, lalu kalian kenapa disini?" ucap Amelia dan bertanya lagi. saat mendengar nama Nanda, Naira mengingat Adnan, karena nama Nanda sendiri diambil dari nama kebalikan Adnan.
"Hei malah melamun!" ucap Amelia menyadarkan Naira dari lamunannya, Naira tersenyum dan memegang tangan Amelia.
"Tante Naira kesini untuk mengatakan, Naira diterima kerja ditempat yang Naira kasih tahu tante." ucap Naira, Amelia tersenyum lebar.
"Benarkah, apa Nairaku diterima?" ucap Amelia, Naira mengangguk senang.
"Iya tante, dia diterima!" ucap Riana, Amelia sangat bahagia mendengar itu. Amelia memeluk Naira karena senang,
"Selamat sayang, tante juga sangat senang!" ucap Amelia, mereka bertiga tertawa bersama.
"Tante minta papa Vano pergi kerumah ya, kita makan malam bersama." ucap Naira, Riana pun mengangguk.
"Iya benar, sudah lama aku tidak menggoda sikecil nakal." saut Riana, mereka pun tertawa.
"Baiklah nanti tante akan bilang, yasudah ayo duduk dulu. Tante akan buatkan makanan untuk kalian, kalian ini semakin besar saja." ucap Amelia melangkah pergi kedapur.
Naira dan Riana berfoto bersama, lalu mereka menyebarkan pada akun sosial media mereka. Naira melihat foto Adnan kecil diatas meja, Naira tersenyum melihat itu.
"Ayo pergi belanja hari ini?" ucap Riana, Naira meletakkan foto itu.
"Tidak, aku harus menyiapkan diri untuk besok." balas Naira, Riana terlihat kecewa.
"Menyebalkan, ya sudah aku akan pergi sendiri." ucap Riana berdiri dari duduknya.
"hai jangan pulang malam, nanti om Riyan cariin kamu!" ucap Naira, Riana mengambil tasnya.
"iya ga lama kok, tenang aja. Tante, Riana pergi dulu ya. Riana ada urusan!" ucap Riana, Amelia datang membawa beberapa cemilan.
"Eh mau kemana, disini dulu mari mengobrol." ucap Amelia, Riana mencium tangan Amelia dan pipinya.
"Nanti malam saja, Riana pergi ya. Dadah tante, dadah Naira." ucap Riana melambaikan tangan, Naira dan Amelia pun melambaikan tangan.
"Anak itu pasti mau belanja!" ucap Amelia menghampiri Naira, Naira tertawa dan mengangguk.
Naira menikmati teh yang dibuat oleh Amelia, Amelia menatap wajah Naira dan tersenyum. Naira sadar saat diperhatikan, ia pun menoleh kearah Amelia.
"Tante kenapa?" tanya Naira, Amelia menggelengkan kepala dan tersenyum.
"Gak kok, tante gak papa. Tante cuman ga nyangka aja waktu berjalan begitu cepat, dulu tante ingat saat bertemu kamu di mall. Kamu sangat kecil dan nakal, tapi sekarang kamu sudah dewasa dan pintar. Mana cantik lagi, hehe..." saut Amelia mengelus kepala Naira, Naira tersenyum.
"Iya tante, Naira juga berpikir gitu. Gak nyangka waktu berjalan begitu cepat, Naira tambah dewasa dan semakin lebih harus bertanggung jawab." ucap Naira tersenyum, Amelia melihat ke arah kalung yang dipakai Naira. Amelia pernah melihat kalung itu, iapun memegang kalung itu.
"Cantik sekali, dari mana kamu dapat?" ucap Amelia, Naira mengingat saat Adnan memberikan kalung itu.
"Orang istimewa yang kasih!" ucap Naira senyum, Amelia tahu siapa orang itu.
"Adnan?" Naira terkejut dengan perkataan Amelia, ia pun mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
"Tante kok tahu?" tanya Naira, Amelia tersenyum.
"Dulu tante pernah liat dia merakit sesuatu dikamarnya, saat tante menghampirinya tante liat dia sedang tertidur. Saat itu tante lihat kalung ini, tante juga berpikir kalung ini pasti dikasih ke kamu." jelas Amelia, Naira melihat wajah sendu Amelia saat menyebut nama Adnan.
"Tante jangan sedih, sampai sekarang Naira juga berharap kalau kak Anan pasti kembali. Jika dia kembali aku akan marah padanya, aku tidak akan bicara padanya juga." saut Naira, Amelia tertawa.
"Sepertinya dia melupakan kita!" ucap Amelia, Naira menatap Amelia. Naira tidak percaya saat Amelia mengatakan itu, bahkan sekian lama Naira menunggu ia tidak pernah berpikir seperti itu.
"Tidak, tidak mungkin dia melupakan kita." saut Naira, Amelia tersenyum dan mengangguk.
****
Keesokan harinya Naira berangkat ke kantor lebih awal, ia tidak percaya sekarang menjadi karyawan disana. Naira melihat seorang wanita berjalan kearahnya, Naira tersenyum dengan itu.
"Hai, kamu Naira ya?" tanya wanita itu, Naira tersenyum dan mengangguk.
"Iya?" ucap Nadia.
"Namaku Siska, mari ikut aku. Aku akan menunjukkan dimana kamu akan bekerja." saut wanita bernama Siska.
"Oh jadi anda nona Siska yang kemarin ya?" ucap Naira, Siska tersenyum.
"Iya, jangan terlalu sungkan. Aku adalah sekretaris pak johan, jadi jika kamu butuh apapun bilang aja." ucap Siska, Naira mengangguk dan mengikuti langkah Siska.
"dihari pertama aku kerja, aku beruntung dapat teman sepertimu." ucap Naira, Siska tersenyum.
"benarkah, baiklah mungkin kita akan jadi partner kerja yang baik!" ucap Siska, Naira mengangguk.
"Nah ini adalah meja kerjamu, dan disitu meja kerjaku. Jika butuh bantuan panggil saja aku." ucap Siska, Naira melihat ruangan itu cukup besar. Naira berpikir dia akan menjadi karyawan tapi kenapa menggunakan ruang kerja sebagus itu.
"Tapi aku kan baru, kenapa harus disini?" tanya Naira,
"Kamu kan ditugaskan untuk menjadi sekretaris untuk pak presdir, tentu saja kamu ditempatkan disini. Disana adalah ruang kerja pak presdir nanti, dia bisa melihatmu kapanpun dan kamu juga bisa melihatnya. Ruangan ini khusus sekretaris." jelas Siska, Naira terkejut saat dirinya menjabat sebagai sekretaris apalagi untuk direktur utama mereka.
"Kamu kenapa?" tanya Sisk karena melihat Naira terdiam.
"Hm.. Tidak apa, kenapa aku jadi sekretaris ya?" tanya Naira, Siska tersenyum.
"Hm.. Mungkin karena prestasimu yang bagus, kemarin pak Johan memberikan CV mu pada pak presdir langsung. Terus aku disuruh buat pesan penerimaanmu!" ucap Siska duduk di mejanya, Naira meletakkan tasnya.
"Aku takut, katanya pak presdir nya sangat angkuh trus dingin lagi. Gimana aku mulai kerja dengannya?" ucap Naira, Siska malah tertawa.
"Kamu ini jangan percaya sama omongan orang, pak presdir itu sangat baik sebenarnya. Hanya saja sifatnya yang ambisius jadi gitu deh, dia tinggal di London dan jadi orang sukses disana." ucap Siska mengagumi sosok direkturnya.
"Oh, gitu ya. Jadi dia akan kesini?" tanya Naira lagi, Siska mengangguk.
"Iya karena itu kami menyiapkan sekretaris sepertimu untuknya, kamu harus memperlihatkan upaya kerjamu. tapi untuk sekarang kamu masih santai sih, karena pak presdir akan kembali dalam waktu 2 bulan kedepan. Jadi kamu bantu bantu aku aja, biar dapat pengalaman!" saut Siska, Naira pun mengangguk.
"Oh iya lagi, siapa nama presdir nya?" tanya Naira, Siska berdiri dari duduknya.
"Namanya itu A..."
Kring kring kring...
Belum selesai menjawab Siska mendapat telfon seseorang, Siska segera mengangkat telfon itu. Sedangkan Naira menunggu Siska sampai selesai menelfon. Beberapa menit kemudian Siska selesai menelfon, ia membawa sebuah berkas.
"eh Nai aku pergi dulu ya, kamu baik baik disini. nanti kita bicara lagi, oke?" ucap Siska, Naira mengangguk.
"iya sis!" ucapnya, Siska melangkah pergi dari ruangan itu meninggalkan Naira sendiri.
"em.. ini suatu keberuntungan atau kerugian ya, sudahlah yang penting sekarang harus tunjukkan tanggung jawabku." ucap Naira memberi semangat pada dirinya sendiri.
Kring kring kring...
Naira terkejut saat telfon Siska berdering, perlahan dia mengangkat telfon itu dengan hati hati.
"halo, ada yang bisa saya bantu?" ucap Naira mengangkat telfon.
"Naira bantu aku ya, aku ada dilantai 5."
"oh Siska, oke tunggu ya.." ucap Naira lalu menutup telfon, Naira segera berdiri merapikan pakaiannya dan segera keluar untuk membantu Siska yang menelfonnya butuh bantuan.
***
jangan lupa like, dan komen kalian😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
💞my heart💞
alur ceritanya agak bingung blm pham 😁
2020-08-11
1
Luh Resmiani
coba tebak aja deh,kyknya adnan deh😊
2020-08-04
0
Binti Choirur
masih blm faham alur ceritanya
2020-07-29
0