Lanjutan Adrian POV.
mendengar perkataan om Nikil, kami langsung pulang kerumah. dirumah beberapa orangku telah menangkap beberapa orang yang menjadi mata mata, aku melihat itu benar benar kesal pada wanita itu.
"maafkan kami tuan, kami hanya disuruh!" ucapnya, aku duduk dikursi mengacuhkan mereka.
"menguntit seseorang itu sangat tidak baik, bagaimana aku harus menghukum kalian!" ucapku, terlihat mereka menunduk ketakutan.
"ampuni kami, kami tidak akan melakukan apa apa lagi!" ucapnya, aku pun hanya tersenyum. senyumku menjadi arti menakutkan bagi mereka.
"hajar mereka sampai merasa kesakitan, jangan membuatnya mati. buat dia merasakan hidup enggan, mati pun tidak ingin. tunjukkan pada mereka, pelajaran karena berani mengganggu Adrian!" beberapa orang itu dibawa oleh orangku, semenjak mengganti nama Adrian sifatku berubah seperti itu.
aku merasakan sakit pada kakiku lagi, beberapa pelayan memberikan air hangat untuk mengkompres kakiku.
"tuan saya akan bantu?" ucap seorang wanita, aku menolaknya. memang aku tidak suka jika seorang wanita ada didekat ku, mereka bahkan sering menjuluki aku alergi pada wanita.
"pergilah, saya bisa sendiri!" tolakku, pelayan itu pun mengangguk lalu pergi dari sana. perlahan aku mengkompres luka kakiku yang sedikit memar, lalu aku mengingat wajah Naira dan membuatku tersenyum sendiri.
"tuan muda?" panggil om Nikil, aku pun tersenyum kearahnya.
"iya ada apa om?" tanyaku, om Nikil duduk disampingku.
"bolehkah om memberikan saran padamu?" ucap om Nikil, aku bingung dengan perkataannya.
"katakan semua saran yang kau punya, akan kupertimbangkan semuanya!" ucapku, aku telah selesai dengan kakiku dan mulai bicara dengan om Nikil.
"saya sarankan kalau anda jangan katakan pada nona terlebih dahulu, dan lagi jangan menemui keluarga anda dulu. karena nyonya besar bisa melakukan apapun, saya takut nona Naira akan terancam. biarkan nona Naira mengenalmu sebagai orang lain, tidak mengenal dirimu sebagai Adnan." ucap om Nikil, aku berpikir itu benar juga.
"saya khawatir kalau nona Naira tau kamu adalah Adnan, dia mungkin akan menceritakan pada keluarganya."
"iya om, om benar. aku takut penyihir itu akan melukai Naira, atau juga mama. untuk sementara aku akan menutupi identitasku dulu, tapi sampai kapan aku akan menutupi itu om?" ucapku, om Nikil terdiam.
"bagaimana mengatakan pada Naira nantinya, aku takut Naira akan membenciku om telah mempermainkan perasaannya!" ucapku, aku tidak tahu harus melakukan apa. jika Naira tahu siapa aku, aku takut dia akan benar benar membenciku.
"saya yakin nona Naira tidak akan membencimu, dia sangat mencintaimu tuan muda!" ucap om Nikil meyakinkan aku, aku pun mengangguk dan setuju.
***
keesokan harinya adalah hari dimana aku pertama kalinya datang ke kantor Tama's atau mungkin yang kedua kalinya bertemu Naira. setelah sampai dikantor, aku ingin menemui Johan terlebih dulu. sialnya seorang wanita menabrakku, tasnya terjatuh mengenai kakiku.
"aukhh.. maaf saya tidak sengaja," ucapnya, suara itu sangat familiar. aku sedikit melihatnya, dan ternyata benar dia adalah Naira. ia sibuk mengemasi barangnya, aku mencoba membantunya tapi kakiku terasa kram.
"maaf sekali lagi, saya tidak melihat!" Ucapnya lagi menunduk, dia tidak melihatku sama sekali. saat lift terbuka ia langsung masuk dan menghilang dibalik lift, aku tersenyum sendiri.
"dasar ceroboh!" ucapku, aku pun melangkah kearah lift lain.
aku menunggu Johan diruangannya, karena merasa bosan aku berniat untuk melihat ruanganku sendiri. saat membuka pintu, aku mendengar suara seseorang.
"aku takut presdir itu tua, gendut dan juga mesum." ucapnya, aku membuka pintu dan melihat dia membersihkan meja.
"siapa mesum?" ucapku, mungkin suara ku mengejutkannya. ia berbalik melihatku tapi aku mendengar suara meja dan teriakannya, seketika aku sadar siapa wanita itu. mendengar teriakannya membuatku berlari kearahnya, dan disaat itu juga aku sempat menekan off tombol lampu. agar Naira tidak bisa melihat wajahku, hanya aku yang bisa melihat wajahnya.
aku menahan tawa saat dia tau siapa aku sebenarnya, terlihat wajah panik disana. dia sibuk dengan memperkenalkan diri, sedangkan aku sibuk menatapnya. rasanya aku ingin memeluknya, mengatakan pada nya betapa aku merindukannya, tapi semua itu tidak bisa kukatakan. aku hanya bisa diam saat dia melihatku, didalam gelap aku tersenyum dengan wajahnya yang lucu menatapku.
aku pun menyuruhnya untuk pergi, terlihat wajah lega padanya. ia memberikan salam padaku setelah itu berjalan cepat keluar dari ruangan itu. aku hanya bisa menatapnya dari belakang, aku bisa lemah dihadapannya.
beberapa saat kemudian terlihat Johan datang keruanganku, Johan adalah temanku saat universitas. dia menjadi teman pertamaku, yang mau berteman denganku. karena orang tuanya yang bangkrut ia kembali ke Indonesia, aku pun memberinya tanggung jawab sebagai wakilku dan dia bekerja sangat baik selama 4 tahun.
"bagaimana?" tanya Johan, aku hanya tersenyum.
"tersenyum?" ucapnya lagi, aku pun terdiam dan menormalkan ekspresiku.
"wanita itu sangat baik Nan, selama dua bulan dia mengambil hati semua orang. bukan hanya cantik wajahnya, bahkan hatinya lebih cantik dari wajahnya."
"iya kau benar, sudah sejak dulu dia seperti itu." jawabku, terlihat Johan tersenyum. Johan tidak tahu, Naira adalah gadis yang selalu aku ceritakan padanya.
"lalu bagaimana denganmu?" tanyaku lagi, Johan tampak tidak mengerti dan tidak tahu ia memang tidak tahu atau hanya berpura pura.
"bukankah wanita itu yang kau katakan padaku?" tanyaku, terlihat Johan terkejut dan langsung berdiri dari duduknya.
"berhenti omong kosong, sekarang waktunya kamu keluar memperkenalkan diri!" jawabnya mengganti topik, aku hanya tertawa dengan itu.
"kau memang menyebalkan!" ucapnya lalu berlalu keluar dari ruangan ku, aku melihat gelang yang selalu aku pakai. aku melepasnya dan menaruh itu dilaci kecil mejaku.
****
pertama kalinya aku melihat Naira secara langsung saat perkenalan, tapi ada yang sangat tidak kusuka darinya. penampilan, aku tidak suka Naura memakai span diatas lutut, memang itu ketentuan kantor itu. tapi rasanya aku tidak suka dengan Naira tang menggunakan itu, memperhatikan kaki putih mulusnya.
saat berada didalam ruanganku, dia terus menatapku. aku membiarkan dia untuk melihatku. entahlah rasanya sangat ingin aku memanggilnya dan mengatakan semuanya.
entah kenapa saat Naira keluar dari ruangan ku, rasanya ingin sekali aku mencegahnya. ingin sekali aku menyuruhnya tetap ada dihadapanku, tetap berada disampingku. *** hari pertama aku sangat sibuk, tidak ada waktu untuk memikirkannya.
saat hari sudah malam aku merasa tenagaku sudah terkuras habis. aku berpikir untuk memanggil Naira untuk menjadi pengisi dayaku. beberapa menit dia datang, perasaan yang tidak bisa diartikan muncul ketika dia sudah berdiri di hadapanku.
tapi entah apa yang dipikirkan gadis itu, dia selalu menatapku dengan pikirannya. aku membiarkan dia menatapku, tapi ada perasaan tidak enak karena takut dia mengenaliku.
apa wajah saya ganteng?" tanyaku, hingga membuatnya terkejut.
"tentu saja anda ganteng, banyak wanita yang tertarik dengan anda." sautnya membuatku sedikit terkejut, apa mungkin dia juga tertarik.
"jadi termasuk kamu?" ucapku asal, Naira hanya diam dan menatapku lagi. saat itu juga aku berpura pura membuka berkas yang ia bawa, sebenarnya hanya alasan saja memintanya membawakan berkas.
"hm.. pak, apakah karyawan lain tidak dipulangkan?" ucapnya setelah diam, aku berpikir dia mengalihkan pertanyaan ku yang tadi. aku melihat jam ditanganku, memang menunjukkan waktunya untuk pulang.
"iya saya lupa, lain kali ingatkan!" ucap ku berdiri dan melangkah ke arah pintu, aku lupa mengatakan sesuatu padanya. aku pun menghentikan langkahku dan berbalik untuk melihatnya, tapi sialnya dia mengikutiku dibelakang. saat aku berbalik membuatnya terhempas kebelakang, tapi dengan cepat aku menarik pinggangnya agar dia tidak terjatuh.
"akhh!!" teriaknya tepat ditelingaku, aku berpikir dia tidak menyadari berada didekapanku.
"jangan berteriak!" ucapku, dia pun membuka matanya. Naira terkejut saat melihat wajahku yang sangat dekat dengannya, aku pun sebenarnya terkejut saat melihat wajah Naira dari jarak dekat. wajahnya benar benar sangat cantik meskipun tanpa make up tebal, aku bahkan bisa mendengar suara jantungnya yang berdetak. dia kembali menatapku, dia memperdalam penglihatannya pada mataku.
aku menormalkan perasaanku didalam toilet, aku melihat wajahku sendiri dicermin. aku pikir, aku benar benar bodoh. seharusnya aku tidak melakukan ini padanya. aku bisa saja mengatakan padanya, tapi tidak. jika aku mengatakan padanya mungkin akan berdampak positif pada kami, tapi tidak hanya itu. akan berdampak negatif pada Naira, dengan ancaman wanita itu.
***
terima kasih yang sudah memberikan suport pada author, author selalu semangat dengan dukungan kalian. terima kasih juga sudah memberikan vote kalian,😘
jangan lupa like, dan komen kalian😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Nurain Bajuka
ceritax seperti bolak balik tak ljt aja kalii
2020-06-05
0
Novianta Milala
lnjt
2020-05-10
0
Ira Nafis
lanjut thoour
2020-01-29
2