Naira mulai berkutik didalam dapur, Naira terus bergumam dengan kekesalannya pada Adrian. setelah beberapa Naira telah selesai menyiapkan bubur untuk Adrian, beberapa pelayan wanita sangat kagum pada Naira.
"nona meskipun bubur ini hambar, sepertinya sangat enak!" ucap seorang pelayan, Naira tersenyum bahagia.
"tentu saja, terima kasih ya sudah meminjamkan dapurnya. aku permisi dulu, oh iya namaku Naira panggil saja nama jangan panggil nona." ucap Naira tersenyum, pelayan itu tersenyum dan mengangguk.
"dia sangat baik, sepertinya aku pernah bertemu dengannya?" ucap pelayan lain.
"dimana, dia kan sekretaris barunya tuan muda.!"
"iya benar, tapi aku lupa dimana!"
***
Naira perlahan menaiki anak tangga menuju kamar Adrian, dengan membawa nampan berisi bubur dan air dengan hati hati. terlihat Nikil datang dan langsung menghampiri Naira ketika melihat Naira kesusahan.
"mari akan saya bawakan!" ucap Nikil mengambil nampan yang ada ditangan Naira, Naira mengangguk dan tersenyum.
"terima kasih, sudah beli obat pak?" tanya Naira, Nikil mengangguk.
"sudah nona!" ucap Nikil, Naira pun mengangguk.
"tuan muda sapertinya menyukai anda?" ucap Nikil lagi, Naira terkejut dengan itu.
"eh tidak kok, biasa saja. lagian kami juga baru bertemu belum mengenal dekat, bagaimana bisa menyukai." saut Naira memalingkan wajahnya, Nikil tersenyum.
"saya tidak pernah melihat tuan muda nyaman dengan seorang wanita, tuan muda tidak pernah mau jika didekati oleh wanita!" ucap Nikil, tidak terasa mereka sampai didepan kamar Naira. Naira mengambil nampan yang dibawa oleh Nikil, Nikil juga memberikan obat pada Naira.
"terima kasih, saya akan merawat nya!" ucap Naira lalu masuk kedalam kamar Adrian, Nikil membenarkan kacamata yang ia pakai dan tersenyum.
"tuan muda memang tidak pernah salah memilih, dia gadis yang baik!" ucap Nikil dan berlalu pergi dari sana.
***
Naira meletakkan bubur dan air yang ia bawa diatas meja, Naira mendekat kearah Adrian berniat membangunkannya. Naira melihat Adrian yang tertidur, Naira merasakan hal yang terus ia rasakan setiap melihat wajah itu.
"saat bangun kau menyebalkan, tapi saat tidur seperti anak kecil!" ucap Naira tersenyum.
"sudahlah nanti saja, lanjutkan tidurmu!" ucap Naira lagi, ia menaikkan selimut yang dipakai Adrian. Naira terkejut saat Adrian menyentuh tangannya, Naira merasakan tangan Adrian yang panas dan gemetar.
"mama... ma..ma.. aku merindukanmu, maaf... maafkan aku..." ucap Adrian mengigau, Naira menyentuh dahi Adrian.
"ya Allah panas lagi, pak Nikil!" teriak Naira, Adrian langsung membuka mata lalu mencegah Naira untuk pergi.
"tidak, aku tidak butuh siapapun. tetap disini Naira, saya hanya butuh kamu!" ucap Adrian, Naira mengangguk lalu duduk disamping Adrian.
"iya pak saya disini, apa anda mimpi buruk?" tanya Naira, Adrian beralih tidur dipangkuan Naira. Naira terkejut dengan itu, Naira ingin menolak tapi hatinya berkata sangat nyaman saat Adrian bersikap seperti itu.
"sangat buruk, saya sangat jahat. benar benar jahat!" ucap Adrian, Naira mencoba menenangkannya dengan mengusap rambut Adrian.
"tenanglah pak, bapak tidak jahat kok. meskipun anda menyebalkan, tapi anda sangat baik." ucap Naira ia terkejut dengan perkataannya sendiri, Adrian menatap Naira yang sedang menutup mulutnya.
"apa saya menyebalkan?" tanya Adrian, Naira tersenyum dan mengangguk.
"maaf!" ucap Adrian pelan, Naira melihat ketulusan dimata Adrian.
deg deg deg~
jantung Naira berdetak sangat kencang, ketika Adrian menyentuh tangannya. Naira merasakan panas diwajahnya, perasaannya sangat susah ditebak saat itu.
"anda mimpi apa pak?" tanya Naira mengalihkan pemikirannya, Adrian mendudukan dirinya dan menyenderkan tubuhnya.
"aku meninggalkan ibuku, membiarkan ibuku menangis dihadapanku. aku tidak bisa melakukan apapun, aku hanya bisa melihatnya. aku bersalah, aku bahkan tidak berani menemuinya." ucap Adrian, Naira mendengar itu sebuah penderitaan bagi Adrian. Naira mencoba menenangkan Adrian, Adrian menoleh kearah Naira yang tersenyum.
"itu hanya mimpi, lupakan saja!" ucap Naira, Adrian menatap Naira dan menggelengkan kepala.
"tidak, itu nyata." saut Adrian meneteskan air mata, Naira terkejut dengan itu. Naira selalu mendengar kalau presdir nya bernama Adrian sangat kuat, tidak takut apapun, mereka bahkan menyebutnya pria angkuh dari segala angkuh. Naira juga pernah mendengar seorang Adrian memiliki kehangatan hatinya, tapi Naira tidak pernah mendengar Adrian menangis karena hal apapun. Naira menyeka air mata Adrian yang menetes, Naira tersenyum.
"jika itu nyata, datanglah pada ibumu. katakan maaf seribu maaf padanya, dia akan memaafkanmu!" ucap Naira
"dia tidak akan memaafkan aku, aku sudah berjanji padanya tidak akan meninggalkannya. tapi aku meninggalkannya, sekarang dia pasti membenciku!." saut Adrian, Naira tersenyum dan menggelengkan kepala.
"tidak pak, seorang ibu tidak akan membenci anaknya. semarah apapun seorang ibu, pintu maaf selalu terbuka untuk anaknya. ibu memiliki hati yang sangat besar pak, mungkin ibu anda merindukan anda sekarang. karena itu anda bermimpi tentangnya!" ucap Naira lembut, Adrian tersenyum dengan itu.
"iya, kamu benar." saut Adrian, Naira tersenyum dan mengangguk.
"baiklah sekarang anda harus makan bubur yang saya buat, setelah itu minum obatnya!" ucap Naira berdiri, saat ingin melangkah mengambil bubur tangan Adrian meraih perut Naira, Naira terkejut dengan pelukan Adrian tiba tiba.
"terima kasih Naira, terima kasih." ucap Adrian, tiba tiba saja Naira meneteskan air mata. Naira bisa merasakan apa yang dirasakan Adrian, Naira menyeka airmatanya dan mencoba melepaskan tangan Adrian.
"iya pak sama sama, sekarang makan ya agar anda sehat lagi." ucap Naira, Adrian mengangguk pelan. Naira tersenyum dan mengambil bubur yang ia buat, Naira mengaduk aduk bubur itu.
"apa enak?" tanya Adrian, Naira mengangguk.
"huuhhh... ayo aaa.." ucap Naira, Adrian malah terdiam melihat Naira.
"kenapa saya seperti anak sd?" ucap Adrian, Naira tersenyum.
"ya sudah anda makan sendiri," ucap Naira, dengan cepat Adrian membuka mulut dan memasukan sendok berisi bubur dalam mulutnya. Adrian mencoba merasakan bubur yang ada dalam mulutnya, Adrian menatap Naira.
"bagaimana?" tanya Naira menunggu jawaban Adrian.
"kamu memang tidak bisa memasak!" ucap Adrian, membuat senyum Naira menghilang dari bibirnya.
"kenapa hambar sekali, apa kamu lupa menaruh garam?" ucap Adrian, Naira menggelengkan kepala.
"anda sedang sakit, jadi harus makan yang hambar dong." saut Naira kesal
"gaji di potong satu bulan!" ucap Adrian, Naira semakin kesal dengan itu.
"pak kenapa anda menyebalkan lagi, saya sudah bantu anda loh!" saut Naira memasukkan bubur lagi pada mulut Adrian.
"jadi kamu gak ikhlas?" tanya Adrian, Naira memandangnya sinis.
"lupakan, aku tidak ingin berdebat dengan orang sakit!" ketus Naira, Adrian menahan tawa.
setelah beberapa menit Naira telah selesai menyuapi Adrian, Naira juga memberikan air dan juga obat padanya. setelah itu Naira membaringkan tubuh Adrian lagi, Adrian yang tidak sempat memperhatikan pakaian Naira, Adrian tersenyum melihat pakaian yang digunakan Naira.
"aku pikir kamu akan memakai span lagi!" ucap Adrian, Naira tersenyum.
"anda yang melarangku kan, jadi aku akan memakai yang menurutku nyaman saja!" saut Naira, Adrian pun teringat pada kaki Naira.
"bagaimana kakimu, apakah sudah sembuh?" tanya Adrian, Naira melihat kakinya sendiri.
"sudah lebih baik, oh iya pak saya kemari untuk membawa berkas yang membutuhkan tanda tangan anda!" ucap Naira, Adrian mengangguk.
"iya akan saya tanda tangani, kamu beristirahatlah dikamar lain!" ucap Adrian.
"saya harus kembali ke kantor pak, jadi tanda tangani sekarang!" ucap Naira lagi, Adrian melihat kearah Naira.
"kamu bekerja untuk saya, jadi kamu tetaplah disini untuk menjagaku!" ucap Adrian,
"tapi pak..."
"gaji naik dua kali lipat?" saut Adrian, Naira langsung tersenyum dan mengangguk.
"oke, saya akan keluar. jika butuh apapun panggil saya, selamat beristirahat!" ucap Naira lalu berlalu keluar dari kamar itu, Adrian tertawa dengan itu.
"dasar!" ucap Adrian tertawa, lalu menutup mata untuk tidur.
****
Naira sangat bosan saat tidak melakukan apapun diruang istirahatnya, Naira melihat jam sudah menunjukkan siang hari. Naira keluar dari kamar itu dan masuk perlahan ke kamar Adrian, karena melihat Adrian tidur pulas Naira menutup pintu perlahan dan tidak ingin mengganggu Adrian.
"masih tidur, Yasudah aku melihat ada apa aja dirumah ini. hihi mumpung si pak menyebalkan itu sedang tidur!" ucap Naira lalu menjauh dari kamar Adrian.
Naira berkeliling dirumah itu, Naira melihat lihat taman dirumah itu. Naira sangat suka dengan rumah Adrian, gambarnya memiliki apa yang digambar sebagai Naira sebagai rumah impian. Naira juga melihat kolam renang besar disana, seakan akan kolam itu untuk banyak orang.
"rumah sebesar ini hanya ada dia dan beberapa pelayan dan penjaga saja." gumam Naira berjalan dipinggir kolam kakinya bermain air disana.
"sebuah istana memiliki raja, tapi istana tidak akan lengkap jika tidak memiliki ratu. kenapa dia tidak menikah saja, pasti banyak yang mau dengan nya." ucap Naira lagi, dia terus bermain air dikolam renang itu.
"tapi siapa yang mau dengan orang menyebalkan sepertinya, bertemu tiga kali saja dia sudah sangat menyebalkan. bagaimana bertemu dengannya setiap hari dan tinggal sebagai istrinya!" ucap Naira memikirkan Adrian yang menyebalkan, tapi dibalik semua itu Naira tersenyum ketika mengingat Adrian memeluk dirinya. Naira menyentuh perutnya yang sempat dipeluk erat oleh Adrian, Naira tersenyum sendiri.
"Naira apa yang kau pikirkan, lupakan lupakan. dia pasti sepontan dengan itu, dia hanya ingin berterima kasih!" ucap Naira, Naira pun melihat jam sudah sangat siang. Naira teringat Adrian harus makan lagi dan minum obat,
byurr!!!!
karena terburu buru pergi, kaki Naira terhimpit satu sama lain membuat Naira tercebur dalam kolam renang. disaat bersamaan kaki Naira yang terkilir merasakan kram dan tidak bisa digerakkan.
"tolong!!!"
"tolong!! hah!!!"
"pak... hah... pak Adrian!! tolong!!"
Naira terus berteriak meminta tolong, tapi tidak ada yang mendengarnya.
"tolong!!!"
byurr....
Seseorang menceburkan diri untuk menyelamatkan Naira, Naira sempat membuka mata untuk melihat orang itu. ternyata Adrian, kemudian Naira menutup mata. Adrian mencoba mengangkat Naira yang sudah tidak sadarkan diri, ia menaruh Naira dan dengan cepat untuk menyadarkan Naira.
"Nara buka matamu, Nara hah hah!! Nara sadarlah! Nara!!!"
"uhuk uhuk!!"
"uhuk uhuk uhuk!" suara Naira terbatuk mengeluarkan air, membuat Adrian merasa lega dan langsung memeluknya.
"Nara kamu gak papa kan, Nara katakan sesuatu!" ucap Adrian, Naira menatapnya dengan pikiran kosong.
"kak Anan!"
****
jangan lupa like, komen dan vote kalian.😍
beri ranting bintang 5🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Jumadin Adin
next
2023-01-22
0
Novianta Milala
akhir nya
2020-05-10
0
Nenk Iie Haerany
akhir'y yg d tunggu2 dtang🤭
2020-02-03
2