Adrian

Adrian POV.

malam itu aku sangat marah, marah melihat milikku disentuh oleh pria brengsek. untung saat aku menelfon Naira, ia tidak menutup telfonnya. ketika mendengar suara Fandi aku dengan cepat menyusul Naira, beruntung aku datang tepat waktu. aku datang sebelum terjadi apapun, aku memeberi pelajaran pada pria brengsek itu. mungkin jika tidak ada yang datang, malam itu aku akan menjadi seorang pembunuh.

aku membawa Naira kedalam kamarku, aku menatapnya dengan perasaan bersalah. seharusnya aku tidak meninggalkannya turun kebawah, aku sangat tidak berdaya melihatnya tertidur. aku bahkan tidak tau apa yang akan terjadi jika aku tidak datang tepat waktu, aku merasakan tubuhnya yang masih gemetar ketakutan. terlihat banyak memar ditangan dan juga wajahnya, bahkan pria brengsek itu berani meninggalkan kissmark pada leher Naira.

bertahun tahun aku merindukannya, berharap selalu bertemu dengannya. tapi aku tidak bisa mengatakan apapun tentang diriku, karena dia telah melupakan aku. aku sangat bahagia ketika melihatmu pertama kalinya, kau begitu polos dan cantik saat berada di supermarket.

Flashback beberapa bulan yang lalu...

Aku berdiri disebuah balkon yang ada di kamarku, merasakan angin yang berhembus menerpa tubuhku. dengan menikmati teh hangat yang aku buat sendiri, aku melihat matahari yang akan tenggelam.

diusiaku 25 tahun, aku sukses menjadi pebisnis terkenal. dikenal dengan keangkuhannya, kedinginannya, kesombongannya, ketidak peduliannya. semua julukan itu mereka berikan padaku, tapi aku tidak pernah kesal dengan itu. karena semua itu, benar adanya. banyak yang mengagumiku, bukan hanya ketampanan tapi juga kepandaianku sebagai seorang direktur. Aku berhasil membuat ltiga perusahaan sekaligus dalam waktu 5 tahun, aku berhasil menjadi direktur disetiap perusahaan tersebut.

Aku Adnan Pratama, Adnan yang kalian kenal dulu bukanlah Adnan yang sekarang. entah hilang kemana sifatku yang hangat, yang ada pada diriku hanyalah ambisi menjadi orang besar. mungkin karena keinginnanku yang tinggi, membuatku menjadi orang seperti itu.

selama ini aku hanya mempunyai harapan, harapan itu telah bertahun tahun aku mengharapkannya. pulang pada keluargaku, bertemu orang tuaku, bertemu ibuku, dan bertemu dengan dia.

aku tidak tahu apakah dia masih mengingatku, apakah dia sudah melupakan aku. hal yang selalu aku ingat adalah saat bersamanya, aku sudah mencintainya sejak kecil. Nara aku merindukanmu, benar benar merindukanmu. Aku selalu bertanya tanya, apakah dia merindukan aku, apa dia membenciku, pertanyaan itu tidak pernah ada jawaban nya.

tok tok tok~

terdengar suara pintu kamarku diketuk, terlihat om Nikil masuk dengan membawa sebuah berkas. om Nikil setia padaku, beliau selalu pergi kemana pun aku pergi. beliau menjagaku dan menggantikan sosok orang tua untukku, beliau juga yang membimbing ku sampai menjadi seperti ini.

"tuan muda ini berkas dari perusahaan Tama's," ucapnya yangg sangat sopan, aku selalu menyuruhnya untuk bicara formal tapi beliau tetap sangat sungkan padaku.

"iya om Nikil, lakukan apapun yang menurut om terbaik!." jawabku malas, aku duduk diatas sofa dan meluruskan kakiku.

"apakah rencanamu untuk mengolah perusahaan itu sendiri, sesuai rencana?" tanya om Nikil, aku memang berniat akan mengurus perusahaan itu sendiri. karena memang aku bertujuan untuk menemui keluargaku, jika ada disana.

"iya om, keputusanku sudah seperti itu. aku ingin menemui ibuku, dan bertemu dengannya." ucapku, terlihat om Nikil mengangguk.

"tuan muda, ada sesuatu hal yang menarik disana!" ucap om Nikil lagi, aku hanya diam dan mendengarkannya.

"anda lihat dulu CV ini, pasti anda tertarik." ucapnya lagi, aku pun menyahut berkas itu dengan malas mulai membacanya.

Naira Putri

aku terkejut membaca nama itu, aku duduk dengan tegak untuk membaca ulang. ternyata aku tidak salah melihat, memang nama Naira Putri yang tertulis. aku melihat om Nikil, beliau mengangguk dan tersenyum.

"CV ini dikirim oleh Johan, saat saya melihat semua email yang dikirim, saya melihat ini lalu saya print untuk memberitahu anda." ucap om Nikil, antara senang dan bahagia aku mendengarnya.

"sebagai apa dia bekerja?" tanyaku.

"belum diterima,." balasnya, aku sedikit tersenyum.

"om Nikil, katakan pada Johan. jadikan dia menjadi sekretaris ku, saat aku datang nanti." ucapku dengan tegas, om Nikil tersenyum dan mengangguk.

"aku akan mengurusnya tuan muda, ada hal lagi yang ingin aku katakan!" ucap nya, aku menatap om Nikil dengan tatapan dingin.

"katakan!" ucapku sedikit angkuh, terlihat om Nikil gugup dan memasang kacamata nya dengan benar.

"nyonya besar akan datang kemari, beliau ingin bertemu dengan anda."

mendengar itu aku sangat kesal, karena kejadian 15 tahun silam dia membuatku kehilangan segalanya. aku bahkan tidak pernah menganggapnya ada, aku tidak pernah memanggilnya dengan sebutan nenek. aku benar benar membenci nya, ketika ibuku meneteskan air mata karena nya. dia bahkan memisahkan anak dari ibunya, dan memprovokasi anak kecil belum cukup umur.

"kapan?" tanyaku singkat, aku berdiri membenarkan piyama yang aku gunakan.

"malam ini tuan, apakah ada penolakan?" tanya om Nikil, beliau tahu benar tentang diriku yang tidak pernah ingin bertemu dengan wanita itu

"sambut saja kedatangannya, siapkan makan malam juga. aku akan menemuinya sekarang, karena tidak akan ada pertemuan lagi dilain hari." tegasku dengan angkuh, om Nikil mengangguk dan pergi dari kamarku.

aku melihat CV itu lagi, aku tersenyum sendiri membaca namanya. aku tidak percaya, aku benar benar bisa melihat wajahnya. meskipun hanya ada difoto, aku melihat masih dengan wajah yang sama. Nara, kamu benar benar Nara.

saat malam harinya wanita itu benar benar datang, aku menyambutnya meskipun hatiku tidak menginginkannya.

"apa kabarmu Adrian!" ucapnya, aku benci saat dia memanggil namaku dengan itu.

"kau bisa mengganti namaku tapi kau tidak bisa mengganti identitasku, aku tetaplah Adnan Pratama." ucapku, dia hanya tersenyum.

"Adrian nama yang cocok untukmu, Adnan itu adalah putraku. tidak mungkin cucu dan anakku bernama Adnan." jelasnya, aku hanya diam.

"kau harus bersyukur karena nenek telah membawamu." ucapnya lagi duduk disofa, aku hanya menatapnya.

"jika nenek tidak membawamu, kamu tidak akan menjadi orang yang besar seperti sekarang. mungkin kau akan menjadi pengangguran, atau menjadi pesuruh untuk ayah barumu." ucapnya, aku menahan emosiku. saat aku ingin marah, om Nikil menggelengkan kepala.

"jika bukan karena om Nikil, aku sudah melawanmu!" ucapku, lalu pergi meninggalkan dia sendiri.

"layani dia, setelah selesai antar dia pulang dengan selamat!" ucapku pada om Nikil, terlihat dia sangat marah dan kesal.

"Adrian jangan pernah kamu kembali kekota itu lagi!" teriaknya, aku menghentikan langkahku.

"nenek tidak mau kamu terlibat dengan keluar mereka lagi, mereka akan memanfaatkan kamu saja!" ucap nya lagi. aku hanya menatapnya.

"bukankah kamu yang memanfaatkan aku, kenapa jadi mereka yang kamu salahkan. ini hidupku, apapun yang ingin aku lakukan. akan kulakukan, kamu tidak berhak ikut campur lagi, aku sudah muak denganmu!" sautku lalu meninggalkannya.

"Adrian jangan keterlaluan," teriaknya, aku tidak perduli dengan teriakan itu. aku pergi ke kamarku, aku juga menutup pintu dengan sedikit keras.

***

setelah dua bulan aku benar benar kembali ke kota itu, kota yang aku nantikan untuk kembali. kota yang ter isi keluargaku, cintaku. aku sampai dikota Jakarta saat malam hari, hal pertama yang aku lakukan adalah pergi untuk melihat rumah ibuku.

"tuan muda aku sudah persiapkan rumah untukmu istirahat, itu adalah rumah yang sebelumnya dimiliki oleh nyonya besar." ucap om Nikil, aku hanya mengiyakan itu.

"om Nikil apakah rumah mama masih sama, apakah aku tidak akan bisa bertemu dengannya?" ucapku aku takut sekali jika rumah papa Vano pindah ditempat lain, setelah beberapa menit mengemudi kami sampai disebuah rumah.

aku melihat rumah itu adalah rumah yang dulu aku datangi, rumah yang memberikan aku semangat, memberikan ibuku semangat hidup, sampai memberikan kami sebuah keluarga, hingga aku mengenal Nara. rumah itu masih sama, sama seperti terakhir kali aku melihatnya.

"rumah nyonya tidak pernah pindah, nyonya selalu ada disana. beliau menunggu anda, jika suatu saat anda pulang. anda bisa menemukan mereka." ucap om Nikil, aku sangat bahagia dengan itu. aku menyeka air mata yang sempat menetes, aku teringat sebuah janji pada ayahku tidak akan pernah menangis.

setelah mengetahui itu, aku sangat senang. aku meminta om Nikil membawaku kerumah Nara, Nara yang selalu aku ingin temui. sesampainya disana rumah itu masih tetap sama, sama seperti dimana aku pernah tinggal. aku turun dari mobil, aku takut rumah itu bukan lagi miliknya.

"permisi?" tanya seorang penjaga padaku, aku sedikit terkejut dan menoleh kearahnya.

"ada yang bisa saya bantu pak?" tanya seorang satpam itu, aku pun tersenyum.

"maaf pak, apakah benar ini rumah Naira Putri?" tanyaku, satpam itu menatap ku seakan ingin tahu siapa diriku.

"oh benar tuan, ini rumah non Naira. dia ada didalam, silahkan masuk!" ucapnya menyuruhku masuk, saat aku ingin menjawab terlihat Naira berjalan kearah mobilnya.

"tidak perlu, kalau begitu saya permisi dulu!" ucapku lalu pergi dari sana, terlihat Naira keluar dari rumahnya dengan membawa mobil berwarna kuning. aku menyuruh om Nikil untuk mengikutinya, ternyata mobil Naira berhenti pada suatu supermarket, terlihat cukup besar.

"nona masuk kesana tuan muda!" ucap om Nikil aku pun mengangguk, aku turun dari mobil dan berjalan untuk memasuki supermarket itu.

cukup susah mencarinya, karena terlaku ramai dan juga letaknya cukup besar. aku mencari cari keberadaan Naira, beberapa menit kemudian aku melihat Naira sedang memilih beberapa makanan dengan membawa troli. aku mengikutinya, dia terlihat bahagia dengan memilih beberapa buah.

dia berhenti pada rak yang berisi kebutuhan wanita, terlihat dia sedang berusaha mengambil sesuatu yang letaknya diatas. aku sedikit tertawa saat melihatnya seperti itu, aku pun berniat membantunya. tapi aku terlambat, dia telah berhasil mengambil barang yang ia butuhkan. sayangnya Naira menjatuhkan semua barang disana termasuk barang yang ia butuhkan.

aku sedikit terkejut saat barang itu berguling kearahku, terlihat Naira juga merapikan barang yang telah ia jatuhkan tanpa sengaja.

"milikmu?" ucapku mengambil barang itu, sepertinya ia merasa malu dengan itu.

"iya, itu milikku!" ucapnya, aku tertegun mendengar suaranya. suara yang selalu aku ingin dengar, wajah yang selalu aku ingin lihat, dan seseorang yang selalu ingin aku temui. sekarang semua itu terjadi, dia berdiri dihadapanku. aku bisa melihat wajahnya, tubuhnya, bahkan mendengar suaranya, kebahagiaan itu tidak ada duanya. aku selalu merasa bahagia saat mendapatkan perusahaan atau pun masalah pekerjaan, tapi dengan bertemu dengannya mengalahkan semuanya.

aku tersadar saat dia mengambil barang yang aku pegang, dengan buru buru ia pergi dari hadapanku mungkin karena merasa malu. sayangnya roda troli yang ia dorong, mengenai kakiku dan rasanya luar biasa sakit.

"maafkan aku, aku benar benar minta maaf." ucapnya, mungkin dia terkejut saat mendengar aku berteriak kesakitan. aku memegangi kakiku yang merasa sakit, dia terlihat panik melihatku.

"tidak apa, jangan khawatir." ucapku, sialnya saat aku berdiri telapak kakiku merasa nyeri. sampai aku berjalan tidak benar, tiba tiba saja Naira datang dan menawarkan bantuan.

"akan kubantu!" ucapnya, aku hanya diam dan menerima dia membantuku berjalan. aku melihatnya begitu dekat, entahlah perasaanku susah untuk dijelaskan.

setelah Naira mendudukan aku, ia masuk untuk membayar belanjaanya. aku menunggunya, tapi tiba tiba om Nikil menghampiriku.

"tuan muda ada sesuatu yang penting!" ucapnya, aku mencoba berdiri.

"katakan!" sautku, om Nikil sepertinya berkeringat.

"nyonya mengirim seseorang untuk menjadi mata mata, nyonya tidak akan membiarkan anda dekat dengan keluarga mereka." aku sempat tidak percaya dengan itu, tega sekali wanita itu melakukan nya.

"ayo pulang om, kita bicarakan dirumah." ucapku, om Nikil mengangguk dan membantuku berjalan untuk menaiki mobil. didalam mobil aku memperhatikan supermarket itu, tapi Naira tidak kunjung keluar. entah Naira mencariku atau sengaja hanya mendudukan aku lalu dia pergi. tapi untuk hari itu aku sangat merasa senang bertemu dengannya, meskipun dia tidak mengenaliku biarkan saja dia tetap mengingatku. karena ingat dengan perkataanku, untuk tidak melepas kalung pemberianku.

Terpopuler

Comments

Novianta Milala

Novianta Milala

kapan donk adnan bilang semua nya

2020-05-10

0

☪️ RIZKY 🍻

☪️ RIZKY 🍻

ayo donk thor jujurlahh...semga nayra maw mendengar kejujuran andrian

2020-01-28

1

Azka Naufal

Azka Naufal

semangat thor😍👍

2020-01-28

3

lihat semua
Episodes
1 Naira Putri.
2 Sekretaris.
3 Pekerjaan.
4 Presdir.
5 Presdir 2.
6 Presdir 3
7 Terkilir
8 Demam
9 Tolong
10 Nara
11 Gadisnya
12 perjalanan
13 Lepaskan
14 lepaskan 2
15 Adrian
16 Adrian 2
17 Adrian 3
18 Adrian 4
19 Kisah cinta
20 mencintaimu
21 cegukan
22 papa
23 mama
24 mama 2
25 gelang
26 maafkan aku
27 pengunduran diri
28 sekretaris lagi
29 Daniel
30 Lift
31 ingatan Naira
32 Kesedihan Adrian.
33 Sikap acuh.
34 kesal Naira.
35 Tunangan.
36 Sonia.
37 jangan takut.
38 tidak takut.
39 Berjanji.
40 marry me?
41 Bertemu lagi.
42 hasil tes Naira.
43 pernikahan.
44 pagi hari.
45 Mencari tahu.
46 Hati Naira.
47 teriak Naira.
48 teriak Adrian.
49 Permen kapas.
50 siapa?.
51 Mengingat.
52 Supermarket
53 Perubahan.
54 Empat bulan.
55 Empat bulan 2.
56 empat bulan 3.
57 ke khawatiran Naira.
58 merindukan.
59 menyukaimu.
60 dengan cinta.
61 aku ingat.
62 mengingatmu.
63 Mimpi.
64 mimpi 2.
65 dikagumi.
66 Kecemburuan.
67 memulai kembali.
68 bukan cinta.
69 masa lalu.
70 bermanja.
71 menangis.
72 Kakek.
73 semuanya salahku.
74 Kesedihan Riana.
75 Sikembar.
76 kepercayaan.
77 sebuah perhatian.
78 pertemanan.
79 cemburu.
80 teman sma.
81 terpeleset
82 terpeleset 2.
83 Rumit.
84 Marah.
85 rumah baru.
86 lahiran.
87 kelahiran sikembar.
88 bayi Adnan dan Nadira.
89 Riana Daniel Story
90 Daniel Riana Story 2.
91 Riana Daniel Story 3.
92 Daniel Riana Story 4.
93 Akhir dari semua kisah.
94 Halo semuanya ...
95 kisah baruu.
96 Nadira dan Adnan.
97 Love Story of Twins
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Naira Putri.
2
Sekretaris.
3
Pekerjaan.
4
Presdir.
5
Presdir 2.
6
Presdir 3
7
Terkilir
8
Demam
9
Tolong
10
Nara
11
Gadisnya
12
perjalanan
13
Lepaskan
14
lepaskan 2
15
Adrian
16
Adrian 2
17
Adrian 3
18
Adrian 4
19
Kisah cinta
20
mencintaimu
21
cegukan
22
papa
23
mama
24
mama 2
25
gelang
26
maafkan aku
27
pengunduran diri
28
sekretaris lagi
29
Daniel
30
Lift
31
ingatan Naira
32
Kesedihan Adrian.
33
Sikap acuh.
34
kesal Naira.
35
Tunangan.
36
Sonia.
37
jangan takut.
38
tidak takut.
39
Berjanji.
40
marry me?
41
Bertemu lagi.
42
hasil tes Naira.
43
pernikahan.
44
pagi hari.
45
Mencari tahu.
46
Hati Naira.
47
teriak Naira.
48
teriak Adrian.
49
Permen kapas.
50
siapa?.
51
Mengingat.
52
Supermarket
53
Perubahan.
54
Empat bulan.
55
Empat bulan 2.
56
empat bulan 3.
57
ke khawatiran Naira.
58
merindukan.
59
menyukaimu.
60
dengan cinta.
61
aku ingat.
62
mengingatmu.
63
Mimpi.
64
mimpi 2.
65
dikagumi.
66
Kecemburuan.
67
memulai kembali.
68
bukan cinta.
69
masa lalu.
70
bermanja.
71
menangis.
72
Kakek.
73
semuanya salahku.
74
Kesedihan Riana.
75
Sikembar.
76
kepercayaan.
77
sebuah perhatian.
78
pertemanan.
79
cemburu.
80
teman sma.
81
terpeleset
82
terpeleset 2.
83
Rumit.
84
Marah.
85
rumah baru.
86
lahiran.
87
kelahiran sikembar.
88
bayi Adnan dan Nadira.
89
Riana Daniel Story
90
Daniel Riana Story 2.
91
Riana Daniel Story 3.
92
Daniel Riana Story 4.
93
Akhir dari semua kisah.
94
Halo semuanya ...
95
kisah baruu.
96
Nadira dan Adnan.
97
Love Story of Twins

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!