Terkilir

tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5pagi, setelah subuhan aku bersiap untuk lari pagi. aku menguncir rambutku dan membuat ponitail, aku lihat dicermin itu sangat cocok dengan wajahku. setelah selesai berpakaian aku memakai sepatu, mengambil hp dan memakai headset ditelingaku.

aku keluar rumah, aku merasakan udara sangat sejuk dan dingin bekas hujan. aku berjalan keluar dari rumah, terlihat satpam rumah kami sudah siap menjaga. beliau tersenyum padaku, aku pun membalas senyuman itu.

"pagi non!" ucapnya, aku tersenyum.

"pagi pak!" sautku tersenyum.

"kemarin teh ada yang nyariin non Naira!" ucapnya membuatku merasa heran, siapa yang lagi mencariku.

"siapa pak?" tanyaku, pak Udin seperti tampak berpikir.

"saya gak tau non, pokoknya teh laki laki pakai jas. terus pas non keluar dari rumah, dia teh langsung pergi gitu aja." jelas pak Udin, aku hanya berpikir aku tidak bertemu siapapun.

"kapan itu pak?" tanyaku lagi.

"kemarin non, waktu non pergi sore naik mobil." ucapnya, aku teringat pada saat sore dimana aku pergi ke supermarket. itu membuatku teringat lagi pada pak Adrian, membuatku kesal dipagi hari.

"ya sudah pak, saya mau keliling dulu." ucapku tersenyum, pak Udin tersenyum dan menunjukkan jempolnya.

aku berlari kecil menuju sebuah taman, tiba tiba aku teringat pertama kali bertemu pak Adrian di supermarket. pertama kali bertemu dengannya aku merasa orang itu sedikit diam dan acuh, tapi siapa tahu setelah mengenalnya orang itu sangat menyebalkan. tapi ada satu hal yang menarik tentangnya, yaitu wajahnya sangat tampan.

wajahnya itu yang membuatku merasa aneh setiap kali bertemu dengannya, aku merasa sangat mengenal wajah itu. padahal bertemu saja baru dua kali, bahkan belum mengenal terlalu lama.

tiinnnnn!!!!!!!!!!!

aku terkejut dengan suara klakson mobil, karena banyak memikirkan semua itu tanpa sadar aku tidak melihat jalan. karena terkejut aku terjatuh, akhh itu benar benar sakit bagian kakiku.

"Naira!!" suara seseorang memanggilku, aku menoleh kearah suara itu. terlihat Daniel berlari kearahku, aku hanya merasa kakiku keseleo.

"Naira kamu gak papa kan?" tanya Daniel, aku hanya menggelengkan kepala.

"aku gak apa kok, hanya terkilir." jawabku, Daniel mencoba membantuku berdiri tapi, kakiku benar terkilir dan sangat sakit. tanpa bicara Daniel menggendongku, dan membawanya kedalam mobilnya.

"kamu mau kemana?" tanya Daniel setelah menjalankan mobilnya, aku hanya meringis nyeri kakiku.

"aku tadi mau lari sampai taman sana, tapi entah apa yang kupikirkan sampai melamun." jawabku, Daniel melihatku yang merasa kesakitan.

"bawa aku pulang saja, ini benar benar sakit." ucapku, Daniel pun memutar balik mobilnya. aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, aku pikir papa sudah bangun. aku akan minta bantuan saja padanya.

setelah beberapa menit sampai dirumah, Daniel langsung turun dan membukakan pintu mobil untukku. Daniel menggendongku lagi untuk masuk kedalam rumah, terlihat semuanya sudah bangun dan melakukan aktivitasnya masing masing.

"Assalamualaikum..." ucap Daniel membuat semua orang menoleh kearah kami, mereka terkejut ketika melihatku berada dalam gendongan Daniel.

"Naira kamu kenapa?" teriak kak Bagas, terlihat dia berlari kearahku. kak Bagas langsung mengambil alih untuk menggendongku dan mendudukan aku di sofa.

"Naira gak papa kok, cuman terkilir aja." ucapku menenangkan papa yang berlari kearahku, aku merasa senang saat hanya terluka kecil saja mereka sangat khawatir padaku. seperti aku ini adalah harta yang ternilai bagi mereka, aku tersenyum sendiri.

"kenapa dengan kakimu?"

"akh!!!!" teriakku ketika tiba tiba Riana datang dan menyentuh kakiku, aku melemparnya dengan bantal sofa dan dia tertawa meledek.

"begini om, tadi Daniel nyetir ngantuk banget. terus tiba tiba Naira mengarah ke mobil Daniel, saat Daniel mencoba menekan klakson Naira terkejut dan terjatuh." jelas Daniel, terlihat juga mama memberikan air pada Daniel.

"Nai maafkan aku ya, aku gak tau!" ucap Daniel, aku pun tersenyum.

Daniel itu sangat baik, dia temanku saat duduk dibangku smp. dulu waktu mengenalnya saat aku dan Riana diganggu oleh anak laki laki lain, dia membantu kami untuk mengusir anak laki laki itu. dan pada saat itu juga tidak ada yang berani mengganggu aku ataupun Riana, dan secara kebetulan juga Daniel adalah anak om dokter dan tante dokter temen papa dan mama.

"gak papa kok Daniel, kamu mau kemana emang?" tanya Naira, Daniel tersenyum.

"eh iya aku mau jemput mama, kalau gitu aku pamit dulu ya. om tante Daniel pamit ya.." ucap Daniel menyalami papa dan mama.

"hati hati ya, salam buat mama dan papa kamu." ucap mama, Daniel mengangguk dan berlalu keluar dari rumah.

"kok bisa terkilir sih!" ucap Riana, aku hanya menggelengkan kepala.

"papa..." rengekku mengulurkan kedua tanganku, semua orang merasa heran. tapi tidak dengan papa, papa tahu akan maksudku yang bertingkah seperti itu. papa tersenyum dan melangkah mendekat kearahku, aku hanya tersenyum dan melambai lambaikan kedua tanganku.

"kapan putriku bisa besar!" ucap papa membuatku tertawa.

"putri papa selalu kecil, tidak boleh besar." sautku, papa hanya tersenyum lalu menggendongku.

"astaga ternyata minta digendong, papamu sudah tua Naira!" teriak mama, aku hanya tersenyum dan mencium pipi papa.

"papa yang terbaik, papa awet muda kok!" ucapku tertawa begitu juga dengan papa yang menggendongku.

"aku pikir dia masih 12tahun!" ucap Riana yang kudengar, dan membuat semuanya tertawa.

hari sudah siang, aku melihat jam sudaj jam 1 siang. seharian hanya duduk didalam kamar sangat bosan, aku hanya makan dan tidur saja. terlihat Riana membuka pintu kamarku dan masuk, Riana tersenyum dan menyalakan tv yang ada dikamarku.

"kamu lagi apa?" tanya Riana, aku hanya menggelengkan kepala dan menutup tubuhku dengan selimut.

"belanja yuk!" ucap Riana, aku mentapnya dan dia melihat kakiku.

"nyebelin, kamu lupa kakiku sakit." ucapku mendudukan diri, Riana menyentuh kakiku. sakit tapi tidak seberapa sakit seperti sebelumnya.

"sakitkah?" tanya Riana, aku hanya menggelengkan kepala.

"hari ini hari minggu, masak gak mau sih. besok kamu kerja, terus aku mulai kuliah lagi. ayolah Nai, pliss!!" rengek Riana, membuatku merasa geli.

"pergilah, aku geli melihat wajahmu. cepat ganti baju, aku mau ganti baju juga." ucapku, Riana terlihat sangat senang lalu berdiri dan keluar dari kamarku.

aku mencoba berdiri, memang benar kakiku sudah tidak sakit seperti awalnya. perlahan aku berjalan dan duduk didepan meja riasku, aku melihat pantulanku dicermin. aku melihat wajahku yang tidak tahu sejak kapan aku sudah dewasa seperti ini, lalu aku melihat kalung yang selama 15 tahun aku telah memakai kalung itu. tiba tiba saja aku teringat pada pak Adrian, dan gambaran wajahnya muncul dalam ingatanku.

"ih nyebelin!"

"ada apa?" suara Riana membuatku menoleh, terlihat Riana sudah memakai jaket dan membawa tas.

"ambilin jaket dong!" ucapku, Riana mengambil jaketku dan membedakan padaku.

"udah yuk, aku bantu." ucap Riana, setelah aku memakai jaket dan mengambil tas kecil berisi hp dan dompet.

***

Riana membawa Naira pada pusat perbelanjaan terbesar dikota itu, Naira berjalan perlahan mengikuti Riana. Naira sangat lelah mengikuti Riana yang mengunjungi setiap toko pakaian, tapi tidak ada yang dibelinya.

Naira membiarkan Riana belanja sesuka hatinya, Naira memilih untuk berkeliling melihat lihat toko disana. Naira melihat semua toko toko yang ada disana, menurutnya tidak ada yang membuatnya menarik.

brugh...

karena asik melihat lihat, Naira tidak memperhatikan jalan depan. ia menabrak seseorang, hingga membuatnya terjatuh lagi dan membuat kakinya terasa nyeri lagi. Naira melihat sebuah tangan terulur dihadapannya, Naira pun mendongakkan kepala. saat itu juga Naira terkejut, terkejut melihat Adrian berdiri dihadapannya. Naira melihat Adrian berdiri dan dibelakangnya terdapat beberapa orang berpakaian jas rapi.

"pak Adrian!" ucap Naira, Adrian pun membantu mendirikan Naira.

"kamu, ngapain disini?" tanya Adrian, Naira berdiri dan melihat mata kakinya yang memerah.

"sepertinya bengkak!" ucap Naira pelan didengar oleh Adrian, Adrian melihat kaki Naira dan terkejut melihat memar itu.

"kenapa bisa gitu, padahal kan hanya jatuh ringan!" saut Adrian, Naira menoleh kearahnya.

"sebelumnya sudah jatuh pak, terus ditambah ini jadi double jatuhnya!" jawab Naira, tanpa bicara Adrian menggendong Naira dan membuat Naira sangat terkejut.

"hei pak, apa yang anda lakukan. lepaskan, banyak orang yang melihat!" ucap Naira, tapi Adrian tidak menghiraukannya.

"pak lepasin saya, saya bisa jalan sendiri." ucap Naira, Adrian menatapnya.

"jangan bergerak, jika kamu bergerak kita akan jatuh." ucap Adrian, Naira melihat sekelilingnya dan ia terkejut saat sadar dirinya sedang ada di eskalator. Naira hanya terdiam dan harus menahan malu, karena banyak orang menatapnya.

Adrian membawa Naira keluar dari mall itu, dan terlihat sebuah mobil menyambut Adrian. terlihat disana Johan didalam mobil, Johan keluar dari mobil ketika melihat Adrian menggendong Naira.

"ada apa ini?" tanya Johan tiba tiba, Naira terkejut karena melihat Johan.

"Naira?" ucap Johan lagi, Naira tersenyum dan mengangguk.

"halo pak." ucap Naira tersenyum, Naira terus menahan malu karena ulah bosnya itu.

"Johan naik mobil lain, aku mau membawanya kerumah sakit. kakinya terkilir," ucap Adrian memasuki Naira, Naira hanya diam tidak melakukan apapun.

"pak saya bersama saudari saya, dia didalam pak!" ucap Naira, Adrian tidak menghiraukan itu dan membawa pergi dari mall itu.

*ditempat Riana sedang mencari cari keberadaan Naira, Riana melihat sekeliling tapi tidak menemukan Naira.

"Naira dimana sih, mesti deh!" ucap Riana mencoba menghubungi Naira.

ditempat Naira sendiri hanya duduk diam atas perintah Adrian, terdengar hp Naira berdering dan bertuliskan nama Riana disana, Naira segera mengangkat telfon itu.

"Halo!"

"kamu dimana, cepet temuin aku ditoko tadi."

"eh anu Rin..." belum Naira menjawab, Adrian menyahut hp itu.

"maaf Naira sedang bersama saya, saya adalah bosnya. kamu silahkan pulang dulu, tidak perlu mengkhawatirkannya." tegas Adrian lalu mematikan telfon itu, Naira terkejut dengan itu.

"pak itu..." ucap Naira tehenti ketika Adrian manatapnya, Naira hanya menunduk dan terdiam.

setelah beberapa menit mereka sampai dirumah sakit, Naira terkejut ketika melihat rumah sakit itu tempat Nadia bekerja. Adrian turun dari mobil dan langsung menggendong Naira, kali ini Naira hanya diam tidak menolak.

"kenapa tidak bicara?" ucap Adrian selagi membawa Naira, Naira menggelengkan kepala.

"untuk apa bicara, emangnya jika saya bilang lepaskan apa anda mau melepaskan saya?" ucap Naira, Adrian tersenyum.

"tentu saja tidak, lebih baik diam saja." ucap Adrian, Naira mendengus kesal dengan itu. Naira melihat wajah Adrian dari dekat, Naira hilang dalam pikirannya.

perasaan ini, perasaan yang sama muncul lagi. ada apa denganku, apa aku harus mencari tahu kenapa dengan diriku. tapi, bagaimana!

Adrian telah membawa Naira kedalam ruangan dokter, Naira tersadar dari lamunannya.

"tidak seharusnya dibawa kerumah sakit, ini kan luka kecil pak!" ucap Naira, Adrian tidak perduli dan sibuk pada hpnya.

"disini gratis tenang saja, rumah sakit ini sudah saya beli." ucap Adrian, Naira sangat terkejut.

"apa, anda halu!" saut Naira, Adrian menatap Naira.

"kamu tidak percaya, saya membelinya kemarin!" ucap Adrian lagi, Naira hanya membuang muka dan masih tidak percaya.

belum Adrian mengucapkan kata, terlihat dokter masuk menghampiri mereka. Naira terkejut ketika melihat dokter itu, dokter yang ia kenali.

"om dokter?" ucap Naira, dokter itu menoleh. dokter itu adalah David.

"Naira kamu disini, kamu yang terluka?" ucap David mengecek kaki Naira, Naira hanya tersenyum.

"tadi hampir ditabrak orang waktu lagi lari pagi, terus jatuh jadi gini." ucap Naira, David terkejut

"siapa yang berani menabrakmu, katakan pada om!" ucap David, Naira menahan tawanya.

"bukan siapa siapa om!" ucap Naira.

"ini hanya bengkak, jangan berdiri terlalu lama, dan jangan disentuh oke?" ucap David, Naira tersenyum dan mengangguk. Naira tersadar bahwa masih ada satu orang lagi didalam ruangan itu, Naira melihat Adrian yang sedang memunggungi mereka.

"pak terima kasih." ucap Naira, Adrian terkejut lalu menoleh kearah Naira. David melihat kearah Adrian, Adrian tersenyum.

"bagaimana keadaannya?" ucap Adrian, David tersenyum.

"tidak masalah, hanya bengkak karena terkilir. oh iya jangan sampai memakai sepatu tinggi ya, om denger kamu sudah kerja jadi sekretaris." ucap David, Naira mengangguk.

"iya om, baru aja dua bulan." saut Naira, saat ingin berdiri Adrian membantu Naira. Naira hanya gugup saat disentuh oleh Adrian.

"baiklah terima kasih dokter." ucap Adrian, David pun tersenyum. tapi, David merasa pernah bertemu dengannya.

"apa kita pernah bertemu?" tanya David, Naira menatap David dan Adrian.

"benarkah, mungkin masih hari ini!" ucap Adrian, David hanya mengangguk mengerti.

Adrian membawa Naira keluar dari rumah sakit, kali ini Adrian tidak menggendong Naira melainkan memapahnya. Naira merasa heran dengan sikap Adrian yang perhatian padanya, padahal mereka baru saja kenal kemarin. sebenarnya Naira merasa tidak enak, tapi Naira juga tidak bisa menolak Adrian yang berstatus bosnya.

"kenapa kamu melihat saya?" ucap Adrian, Naira hanya menggelengkan kepala.

"besok kalau kakimu masih sakit, tidak perlu datang ke kantor." ucap Adrian lagi, Naira merasa senang dengan itu.

"baik pak!" saut Naira, rasanya Naira ingin sekali melompat kegirangan. Naira sudah membayangkan dirumah, nonton tv, makan, tiduran dan lainnya lagi.

"tapi gaji dipotong," singkat Adrian membuat apa yang dibayangkan Naira hilang seketika. Naira benar benar kesal dengan itu,

"menyebalkan!" gumam Naira pelan, Adrian mendengar itu hanya menahan tawa.

saat perjalanan keluar, Naira melihat Nadia dari jauh. terlihat Nadia berdiri sedang berbincang dengan seorang wanita, Naira tersenyum senang.

"pak kesana bentar, itu mama saya!" ucap Naira, Adrian hanya mengangguk dan menurut.

"mama!!" teriak Naira, Nadia menoleh kearah Naira. Naira berjalan kearah Nadia, Adrian membiarkan Naira berjalan sendirian.

"sayang kamu kok disini, ada apa?" tanya Nadia, Naira melihat Amelia yang sedari tadi bicara dengan Nadia.

"eh jadi tante, Naira pikir mama bicara dengan siapa!" ucap Naira, Nadia dan Amelia melihat kearah kaki Naira yang dibalut seperti luka.

"kakimu kenapa?" tanya Amelia, Naira tersenyum.

"gak papa kok tante, tadi om dokter sudah periksa katanya nanti sembuh sendiri tapi dibalut seperti ini!" jelas Naira, Nadia hanya tersenyum.

"kamu sama siapa disini?" tanya Nadia, Naira teringat pada Adrian yang tidak terlihat. Naira mencari cari keberadaan Adrian, tapi Adrian terlihat sama sekali.

"tadi Naira sama atasan Naira ma, tapi kemana dia?" ucap Naira melihat sekeliling tapi tetap tidak menemukan Adrian.

"kalau gitu Naira pergi dulu ya ma, dadah mama tante!" ucap Naira, Nadia dan Amelia pun tersenyum dan mengangguk.

Naira berjalan mencari cari keberadaan Adrian tapi Naira tidak menemukannya, Naira berpikir Adrian sudah pergi begitu saja tanpa pamit. tiba tiba seseorang datang dan menggendong Naira, Naira sangat terkejut.

"kamu lama sekali kalau jalan!" ucap Adrian, Naira hanya terdiam dan merasakan tubuh Adrian gemetar dan berkeringat.

"pak anda kenapa, apa anda baik baik saja?" ucap Naira, Adrian melihat Naira dan menggelengkan kepala.

"saya tidak papa!" ucap Adrian, ia membawa Naira masuk kedalam mobil, Naira masih tidak percaya pada ucapan Adrian.

"saya akan antar kamu pulang,!" ucap Adrian lalu menjalankan mobilnya, Adrian hanya terdiam sepanjang jalan.

ada apa dengannya, apa terjadi sesuatu.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

pasti adrian sembunyi dari dua mama tadi

2022-12-05

0

Emy Zaf

Emy Zaf

adrian gemeteran jrn liat mm nya sama mm naira

2021-01-08

0

Tati Sukenti

Tati Sukenti

ora popo lanjuuuttt uhuyyy

2020-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 Naira Putri.
2 Sekretaris.
3 Pekerjaan.
4 Presdir.
5 Presdir 2.
6 Presdir 3
7 Terkilir
8 Demam
9 Tolong
10 Nara
11 Gadisnya
12 perjalanan
13 Lepaskan
14 lepaskan 2
15 Adrian
16 Adrian 2
17 Adrian 3
18 Adrian 4
19 Kisah cinta
20 mencintaimu
21 cegukan
22 papa
23 mama
24 mama 2
25 gelang
26 maafkan aku
27 pengunduran diri
28 sekretaris lagi
29 Daniel
30 Lift
31 ingatan Naira
32 Kesedihan Adrian.
33 Sikap acuh.
34 kesal Naira.
35 Tunangan.
36 Sonia.
37 jangan takut.
38 tidak takut.
39 Berjanji.
40 marry me?
41 Bertemu lagi.
42 hasil tes Naira.
43 pernikahan.
44 pagi hari.
45 Mencari tahu.
46 Hati Naira.
47 teriak Naira.
48 teriak Adrian.
49 Permen kapas.
50 siapa?.
51 Mengingat.
52 Supermarket
53 Perubahan.
54 Empat bulan.
55 Empat bulan 2.
56 empat bulan 3.
57 ke khawatiran Naira.
58 merindukan.
59 menyukaimu.
60 dengan cinta.
61 aku ingat.
62 mengingatmu.
63 Mimpi.
64 mimpi 2.
65 dikagumi.
66 Kecemburuan.
67 memulai kembali.
68 bukan cinta.
69 masa lalu.
70 bermanja.
71 menangis.
72 Kakek.
73 semuanya salahku.
74 Kesedihan Riana.
75 Sikembar.
76 kepercayaan.
77 sebuah perhatian.
78 pertemanan.
79 cemburu.
80 teman sma.
81 terpeleset
82 terpeleset 2.
83 Rumit.
84 Marah.
85 rumah baru.
86 lahiran.
87 kelahiran sikembar.
88 bayi Adnan dan Nadira.
89 Riana Daniel Story
90 Daniel Riana Story 2.
91 Riana Daniel Story 3.
92 Daniel Riana Story 4.
93 Akhir dari semua kisah.
94 Halo semuanya ...
95 kisah baruu.
96 Nadira dan Adnan.
97 Love Story of Twins
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Naira Putri.
2
Sekretaris.
3
Pekerjaan.
4
Presdir.
5
Presdir 2.
6
Presdir 3
7
Terkilir
8
Demam
9
Tolong
10
Nara
11
Gadisnya
12
perjalanan
13
Lepaskan
14
lepaskan 2
15
Adrian
16
Adrian 2
17
Adrian 3
18
Adrian 4
19
Kisah cinta
20
mencintaimu
21
cegukan
22
papa
23
mama
24
mama 2
25
gelang
26
maafkan aku
27
pengunduran diri
28
sekretaris lagi
29
Daniel
30
Lift
31
ingatan Naira
32
Kesedihan Adrian.
33
Sikap acuh.
34
kesal Naira.
35
Tunangan.
36
Sonia.
37
jangan takut.
38
tidak takut.
39
Berjanji.
40
marry me?
41
Bertemu lagi.
42
hasil tes Naira.
43
pernikahan.
44
pagi hari.
45
Mencari tahu.
46
Hati Naira.
47
teriak Naira.
48
teriak Adrian.
49
Permen kapas.
50
siapa?.
51
Mengingat.
52
Supermarket
53
Perubahan.
54
Empat bulan.
55
Empat bulan 2.
56
empat bulan 3.
57
ke khawatiran Naira.
58
merindukan.
59
menyukaimu.
60
dengan cinta.
61
aku ingat.
62
mengingatmu.
63
Mimpi.
64
mimpi 2.
65
dikagumi.
66
Kecemburuan.
67
memulai kembali.
68
bukan cinta.
69
masa lalu.
70
bermanja.
71
menangis.
72
Kakek.
73
semuanya salahku.
74
Kesedihan Riana.
75
Sikembar.
76
kepercayaan.
77
sebuah perhatian.
78
pertemanan.
79
cemburu.
80
teman sma.
81
terpeleset
82
terpeleset 2.
83
Rumit.
84
Marah.
85
rumah baru.
86
lahiran.
87
kelahiran sikembar.
88
bayi Adnan dan Nadira.
89
Riana Daniel Story
90
Daniel Riana Story 2.
91
Riana Daniel Story 3.
92
Daniel Riana Story 4.
93
Akhir dari semua kisah.
94
Halo semuanya ...
95
kisah baruu.
96
Nadira dan Adnan.
97
Love Story of Twins

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!