My Secret Oppa (Me Vs Mom)
“Samira!!!!!! Lari 4 keliling lapangan basket!” teriak seorang wanita paruh baya yang tengah meradang menahan emosi. Sebuah penggaris coklat dengan panjang 50 cm tertunjuk pada Samira yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya setelah terlelap beberapa saat lalu.
Matanya masih mengerjap-ngerjap kecil, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk, lalu terbuka lebar saat sadar kalau teman-teman sekelasnya sedang memperhatikannya.
“Iya bu!” sahut Samira yang melenggang keluar kelas tanpa Beban. Terdengar tawa, bisikan bahkan decikan sinis dari teman-temannya, semua di abaikan Samira. Sang guru hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Samira yang begitu acuh dan tanpa rasa bersalah itu.
Ini kali kedua di minggu ini Samira terkena hukuman karena tidur di dalam kelas. Tapi selama ia sekolah hingga sekarang kelas 3 SMA, entah sudah berapa kali ia mendapat hukuman yang beragam dari sekolahnya. Jika bukan karena tidur di kelas, ia asyik memandangi dedaunan di luar jendela yang bergerak terkena hembusan angin. Lengkingan suara Bu Isma , sudah jadi hal biasa di telinga Sammy, begitu biasa ia di panggil.
Samira mulai menyetel lagu di playlist ponselnya. Sebuah headset berwarna putih telah terhubung dengan lubang telinganya. Alunan musik favoritnya menggetarkan gendang telinga Samira.
“Huft!” Samira mendenguskan nafasnya kasar. Cuaca sangat terik menerpa ubun-ubunnya, namun ia harus tetap menjalankan hukumannya yang sudah ia anggap sebagai hal biasa.
Dengan langkah konsisten, Samira mulai berlari mengitari lapangan basket. Beberapa pasang mata melihat kearahnya, namun tidak pernah ia pedulikan karena baginya itu bukan hal yang istimewa.
“Samira, mau abang temenin gag olahraganya? Hahaha ” terdengar suara godaan sekaligus ejekan dari anak laki-laki yang melihat Samira mulai berlari di pinggir lapangan. Tak ada suara yang masuk ke rongga telinganya, selain alunan musik yang menambah semangatnya berlari mengitari lapangan basket.
Samira mengatur nafasnya yang terasa mulai memburu. Satu putaran sudah ia lewati, putaran kedua dan seterusnya menunggu untuk di selesaikan. Ia terus berlari tanpa jeda sedikitpun. Hingga selesai putaran ke empat, samira segera pergi ke samping lapangan dan duduk di bawah tenda besar di pinggir lapangan. Ia menyelonjorkan kakinya dan terus menggerak-gerakan pergelangan kakinya yang terasa pegal. Tetesan keringat membasahi wajah dan leher Samira dan tampak berkilauan saat terkena cahaya matahari. Ia masih berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan.
“Nih!” seorang remaja laki-laki menyodorkan sebotol air mineral di hadapan Samira. Samira menolehnya lalu menerima minuman tersebut saat tahu siapa yang memberikan minuman tersebut.
“Thanks!” sahut Samira seraya meneguk isi botol dengan segera. Samira melepas headset yang ada ditelinganya lalu menggulungnya bersama handphone dan menyimpannya di saku rok abunya.
“Lo kenapa tidur lagi di kelas?” tanya Bagas yang merupakan teman sekelas sekaligus temannya bermain basket.
“Ngantuk!” jawab Singkat Samira.
“Gue tau kalo tidur gara-gara ngantuk, terus kenapa lo sering banget ngantuk di kelas?”
Samira menoleh Bagas yang berjongkok di sampingnya.”Bukan urusan lo!” sahut Samira seraya membenamkan botol air mineral di dada Bagas. Bagas mengulum bibirnya menahan senyum. Gadis cantik di hadapannya selalu membuatnya merasa tertantang untuk lebih mendekat.
Samira segera berdiri tanpa memperdulikan laki-laki yang tengah memandanginya dengan penuh perasaan. Ia mulai berjalan dengan santai.
“Sam, tunggu!” Bagas segera meraih tangan Samira. Langkah Samira terhenti. “Lo mau ke kantin kan? Yuk bareng!” ajak Bagas.
“Lo mau ke kantin ya ke kantin aja, gag perlu juga pegang-pegang tangan gue, gue gag jompo!” cetus Samira seraya mengibaskan tangan Bagas.
“Hem, okey sorry.” Bagas mengangkat kedua tangannya ke udara. Samira hanya mengerlingkan matanya malas.
Dalam beberapa saat Samira meneruskan langkahnya dan Bagas berada persis 2 langkah di belakang Samira. Bagas tersenyum sendiri seraya mengusap tengkuknya kala memandangi sosok yang dikejarnya berjalan tepat di depannya. Ia memandangi tangan Samira dan tangannya bergantian, entah kapan mereka bisa berjalan bergandengan tangan seperti yang kerap muncul di lamunan dan mimpi Bagas. Untuk saat ini, ia hanya bisa seperti ini. Menyimpan harapannya dan menyimpan kedua tangannya kembali ke dalam saku celana.
****
Kantin sudah penuh dengan para siswa yang sedang beristirahat. Seorang gadis melambaikan tangannya ke arah samira. Samira yang jelas mengenalnya bergegas menghampirinya.
“Hay Bagas…” sapa gadis tersebut pada Bagas yang berdiri di samping Samira. Sepertinya Samira tak peduli, ia segera duduk di hadapan gadis tersebut.
“Hay Sell…” Bagas menyahuti dengan segaris senyum merekah di wajahnya.
“Bagas, lo nemenin samy di hukum ya? So sweet banget sih…” ungkap Selly dengan mata berbinar kagum seraya menopang dagunya dengan tangan kanan, membuat Bagas salah tingkah. Bagas menggaruk kepalanya walau tidak gatal. Ia menoleh Samira yang tampak anteng saja dengan benda persegi di tangannya.
“Mana makanan gue?” sergap Samira yang tidak ingin mendengar basa-basi sahabatnya.
“Yah, belum gue pesenin.”cetus Selly dengan senyum kaku.
“Gue aja yang pesenin, lo mau makan apa?” tawar Bagas dengan cepat. Samira menatap Bagas sejenak.
“Gag usah, gue bisa pesen sendiri.” Sahut Samira seraya berdiri. Bagas melirik Selly namun selly hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
Samira memesan menu makanan yang diikuti oleh Bagas. Setelah menu makanan siap, Samira membawanya ke meja untuk dinikmati bersama Selly.
“Gue denger, guru olahraga kita ganti sam, tapi sampe saat ini gue belum tau siapa gantinya.” Tutur Selly dengan mulut penuh makanan.
“Emang pak aris kemana?” Samira mulai menikmati mie ayam yang ada di hadapannya.
“Gue denger istrinya sakit, jadi dia focus jaga istri sama anaknya.” Terang Selly.
“Guru penggantinya masuk senin depan, jadi besok kita olahraga sendiri di lapangan.” Sambung Bagas yang mengambil kursi di samping Samira.
“Cewek apa cowok guru penggantinya gas?” Selly terlihat antusias
“Kalo cowok kenapa kalo cewek kenapa?” Bagas balik bertanya sambil menatap Selly.
“Ya kalo cowok kan lumayan kalo cakep bisa sekalian cuci mata, kalo cewek gue males. Biasanya suka resek.” Cetus Selly seraya mengerucutkan bibirnya sebal.
Samira hanya berdecik mendengar jawaban sahabatnya.
“Dasar cewek,ngeliat cowok dari tampang mulu. Cowok tuh yang penting tanggung jawab sama setia sama pasangannya.” Tukas Bagas seraya melirik Samira.
Samira menghentikan kunyahannya. Ia menaruh sendok dan garpu yang sejak tadi di genggamnya. Di teguknya jus jeruk dengan cepat hingga habis. Untuk beberapa saat Selly dan Bagas saling berpandangan. Mereka berusaha menerka gestur yang di tunjukkan Samira.
“Lo udah selesai makan?” Selly ingin memastikan.
“Hem…” sahut Samira tanpa memandang Selly. Bagas menatap Selly penuh tanya. Sepertinya dia sudah salah bicara, namun entah di bagian mana.
“Lo mau ke kelas sekarang sam?” Selly ikut menaruh sendok dan garpunya.
“Lo belum selesei makan. Habisin dulu.” Tukas Samira sambil meraih handphonenya di saku rok.
“Emmm okey….” Sambung Selly yang kembali menyantap makananya.
Samira kembali menyumpal telinganya dengan headset sebagai pertanda ia tidak ingin di ganggu dan tidak ingin mendengar apapun. Selly sudah paham benar dengan sahabatnya, ia pasti sedang memikirkan sesuatu. Samira tenggelam dalam alunan lagu yang menggema di telinganya. Pikirannya pun melayang entah kemana. Ia asyik dengan isi kepalanya sendiri, mengenang laki-laki yang begitu di cintainya. Laki-laki yang setia dan penuh tanggung jawab, yang kini hanya tinggal kenangan. Mungkin itulah yang membuat Samira menyelesaikan makannya dengan cepat.
****
Bell akhir pelajaran telah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas. Terlihat Samira dan Selly yang sedang membereskan buku serta alat tulisnya.
“Sam, bunda udah pulang. Lo mau ikut gue ke rumah kan? Dia kangen sama lo…” seru Selly dengan senangnya.
“Iya, gue juga kangen. Yuk cabut!” sahut Samira tanpa berfikir panjang.
“Girls, kalian mau pada kemana? Nonton gue tanding basket gag?” cetus Bagas yang tiba-tiba menghadang Samira dan Selly.
Samira hanya memalingkan wajahnya seraya menyilangkan tangannya di depan dada. Selly paham benar maksud sahabatnya.
“Gue sama samy udah ada janji. Jadi sorry yaa kita gag bisa nonton lo tanding….” Sahut Selly seraya menepuk bahu Bagas.
Air wajah Bagas seketika berubah murung walau ia coba tutupi dengan sebuah senyuman yang ia tujukan pada Samira.
“Padahal gue pengen banget lo nonton gue tanding sam…” lirih bagas sambil mengacak rambutnya.
Samira menatap Bagas sejenak. Ia menghembuskan nafasnya dengan malas. Selama ini Bagas memang selalu bersikap baik, walau terkadang sedikit berlebihan. Dan hal itu yang sering membuat Samira tidak merasa nyaman. Namun apapun itu, samira harus bisa menghargai sedikit sikap Bagas, walau ia tidak terbiasa berpura-pura nyaman.
“Lain kali,sekarang gue ada urusan.” Ujar Samira yang sontak merubah kembali air muka Bagas. Andai saja waktu itu Samira tidak berjanji untuk memenuhi 1 permintaan Bagas yang sudah membantunya, mungkin ia tidak akan merasa tidak enak seperti sekarang. Perasaan seperti itu benar-benar di hindari Samira. Ia sangat tidak terbiasa.
“Wah bener ya sam, gue janji, gue bakal masuk final supaya lo bisa dateng nyemengatin gue.” Seru Bagas dengan menggebu-gebu.
“Hem…” sahut samira, singkat.
“Okey, udah seneng kan lo, jadi sekarang lo minggir dulu, gue sama samy mau lewat.” Selly mendorong pelan tubuh Bagas agar menyingkir dari jalannya.
“Okeeyy, hati-hati di jalan yaa girls” balas bagas seraya melambaikan tangan. Selly hanya tersenyum membalasnya.
Samira dan Selly berjalan menuju tempat parkir dimana Selly memarkirkan mobilnya. Setelah menekan kunci mobilnya, Selly duduk di balik kemudi dengan Samira di sampingnya. Selly mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
“Kapan bunda balik sel?” Samira memulai pembicaraannya.
“Tadi malem… dia bawa oleh-oleh banyak banget, tapi banyaknya buat lo. Bikin gue sebel aja!” dengus Selly dengan seringai tipis.
“Wajarlah bunda bawa oleh-oleh banyak buat gue, kan gue kesayangan bunda.” Tukas Samira sambil melirik sahabatnya yang terlihat kesal.
“Hahaha sialan lo!” cetus Selly.
Samira tersenyum lebar melihat kekesalan sahabatnya. “Sam, gue pikir si bagas tuh suka deh sama lo. Lo jangan jutek-jutek napa…” ujar Selly seraya melirik samira.
“Gue gag mikirin yang begituan! Kalo lo minat, ambil aja.” Timpal Samira yang tetap fokus memandangi jalanan padat di depannya.
“Lo kira si bagas barang, main ambil-ambil aja! Lagian ya sam, dia udah baik banget sama Lo. Jadi lo juga baik dikit lah sama dia. Minimalnya lo anggap dia temen gitu, jangan judes-judes.”
“Gue gag nyaman sama sesuatu yang berlebihan.” Samira menyandarkan kepalanya ke jok lalu memejamkan matanya.
“Wajar lah dia agak berlebihan, dia kan pengen nunjukin sikap dia yang terbaik depan lo. Lumayan lah punya pacar pas SMA, nambah semangat belajar.” Ujar Selly sambil terkekeh.
“Gue pikirin…” sahut Samira tanpa membuka matanya.
“Maksud lo, mau lo pikirin buat punya pacar?” Selly begitu antusias.
“Bukan! Cuma sekedar baik sama dia doang!” ketus Samira.
“Hahahha gue kirain…. Kalo lo sampe punya pacar, gue bikinin perayaan sehari semalam bareng anak sekelas.” Selly tergelak sambil memukul-mukul setir kala merasa gemas sendiri membayangkan cewek sedingin Samira mempunyai pacar.
“Sialan Lo! Kalo lo tahan jomblo selama 3 bulan, gue buatin perayaan juga buat lo!” Samira menyerang balik sahabatnya yang kerap gonta-ganti pacar.
“Ähahaha… amit-amit gue kalo sampe jomblo lebih dari 3 bulan. Ini baru seminggu aja , kuping gue udah gatel gag ada yang manggil sayang. Hahahaa…” timpal Selly
Mereka tertawa dengan renyah. Hanya dengan Selly, Samira bisa banyak bicara dan tertawa lepas. Terkadang hal kecil saja bisa jadi bahan tertawaan mereka. Tapi saat di hadapan orang lain, Samira bisa sangat dingin bahkan terkesan judes.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Z@in@ ^ €£ QULUB
mampir y
2023-07-08
1
Bunda dinna
Biar pun telat tetep ngikuti setelah Disha dan Bella.
Sekarang Samira
2023-02-18
1
Imas Karmasih
mampir thor ini novel ketiga aku baca karyamu
2022-11-05
1