Samiraaaaaa!!!!!

Moment pulang camping menjadi kenangan menggemaskan bagi Barra. Saat ini ia tengah berbaring di tempat tidurnya seraya mengenang perjalananya bersama Samira. Tentu saja , ia masih teringat saat Samira berusaha menahan kantuknya di samping Barra. Saat kepalanya hampir bersandar di bahu Barra dengan segera Samira menyadarkan dirinya dan kembali duduk tegak. Namun setengah jam kemudian, sepertinya ia benar-benar sudah tidak bisa menahan kantuknya. Terang saja, ia baru tidur sekitar jam 4 pagi karena asyik berbincang dengan Barra.

Barra menyelipkan tangannya saat kepala Samira hampir membentur kaca bis. Ia jadikan tangannya sebagai bantalan kepala Samira. Ia sangat tak tega. Ia memperhatikan lekat-lekat pahatan sempurna di depan matanya, sangat indah. Perlahan Barra membawa Samira bersandar di bahunya. Ia tak khawatir akan menimbulkan nyinyiran dari teman-teman Samira karena siswa lain pun terlelap karena kelelahan.

Barra mengambil handphone dari saku celananya. Ia menyalakan kamera depan dan bisa dengan leluasa melihat pantulan wajah cantik Samira dari kamera depannya. Beberapa foto di ambilnya dan saat ini tengah ia pandangi. Ia bertanya pada dirinya sendiri, mengapa ia harus tertarik pada gadis kecil ini. Padahal secara fisik tentu wanita yang dulu mendekatinya pun tidak kalah cantik. Tapi sayangnya, tidak ada satu pun yang mengusik perasaannya selain Samira.

“Kamu punya sihir apa hey bocah!” gumam Barra bertanya pada foto Samira.

Semakin banyak yang ia tahu tentang Samira, semakin besar rasa ketertarikannya. Walau ia sendiri tidak yakin apakah Samira memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.

Samira gadis yang pandai menyembunyikan perasaannya. Di balik sikapnya yang angkuh dan dingin, ia hanya gadis lemah yang ingin melindungi dirinya sendiri dari apapun. Hanya itu yang bisa Barra simpulkan saat ia berbincang dengan Samira kemarin.

Semakin Barra mengingat Samira semakin ia berharap hari senin segera tiba. Jika orang-orang mengatakan "I hate monday", sepertinya perasaan Barra berkebalikan. Ia tak sabar menunggu hari itu tiba. Layaknya anak kecil yang sudah sangat ingin pergi ke sekolah karena memiliki tas baru atau seragam baru yang akan ia kenakan nanti. Seperti itulah perasaan Barra saat ini. Sangat berbeda dengan Barra yang sempat bersitegang dengan ayahnya saat awal ia di minta pulang.

“Mengajar? Ayolah pah, jangan bikin lelucon. Apa yang menarik dari hal itu?” ungkapnya kala itu, namun siapa sangka saat ini Ia telah menemukan kenyamanan tersendiri.

****

Menonton drama korea, menjadi kebiasaan baru bagi Samira setelah dulu ia habis-habisan mengejek Selly sahabatnya yang kerap berhalusinasi dengan tokoh-tokoh drama dari negri gingseng ini. Seperti saat ini, ia baru selesai menonton satu drama dan bersiap menonton yang lainnya. Ia membungkus tubuhnya dengan selimut sementara laptopnya menyala terang di hadapannya. Beginilah cara Samira mengisi waktu liburnya.

“Sam, ngafe yuk…” ajak Selly saat panggilan videonya tersambung.

“Mager gue sell. Lo main sini aja lah. Bawa makanan yang banyak.” Sahut Samira.

“Lo lagi ngapain sih, selimutan segala?”

Tanpa menjawab Samira mengarahkan handphonenya ke layar laptop.

“Omooooo… Oppa favorit guee… Okey, bentar lagi gue cabut. Lo tunggu, jangan di skip-skip ya!” seru Selly dengan semangat.

“Hem..” hanya itu sahutan Samira. Ia segera memutus panggilannya dan kembali menyimak drama yang di tontonnya.

Tak sampai setengah jam Selly sudah tiba di unit apartemen Samira. Saat pintu kamar terbuka, Selly segera berhambur ke atas tempat tidur Samira.

“Sam ulang dong, adegan yang tadi tuh.” Rengek Selly.

“Noh lo ulang aja sendiri, gue mau mandi dulu.” Samira beranjak dari tempat tidurnya.

“Okeeyy… Sam, gue pasang in focus yaaa.. gorden kamar lo juga gue tutup dan jangan nyalain lampu. Biar bapernya dapet.” Cerocos Selly yang kegemasan sendiri.

“Lo atur aja. O iya, nanti ada yang nganterin minuman, jangan sampe gag kedengeran kalo dia dateng.”

“Ay ay kapten!” seru Selly seraya memberikan hormat singkat.

Bayangan Samira menghilang di balik pintu kamar mandi. Melihat kamar Samira, Selly menggerutu sendiri. Sampah sisa makanan terserak di mana-mana. Baju bahkan bra, berada di tempat yang tidak semestinya.

“Astaga, Anak gadis kayak begini kelakuannya.”

“Gag usah ngomel, bukan baru sekali lo liat kamar gue kayak begini!” seru Samira dari balik pintu kamar mandi.

“Astaga, lo denger sam?!” Selly segera menutup mulutnya sendiri. Tidak ada sahutan dari Samira hanya suara gemericik air yang terdengar membasahi tubuh Samira.

Sebenarnya, bukan karena Samira mendengar omelan Selly, namun karena ia sudah bisa menebak kalimat apa yang akan terlontar dari mulut sahabatnya. Setelah ini tentu saja Selly akan membereskan kamar Samira dan menyiapkan alat maskeran seperti biasa ia lakukan saat menghabiskan waktunya di unit apartemen Samira. Samira sudah sangat menghafalnya.

Benar saja, 20 menit berlalu Samira baru keluar dari kamar mandinya.  Terlihat kamarnya yang sudah rapi dengan in focus yang menyala memantul di dinding kamarnya. Selly mendekatkan meja kecil dan menempatkan makanan serta minuman mereka di sana. Wajahnya pun sudah di tutupi masker. Setelah berpakaian santai, Samira segera bergabung dengan sahabatnya. Ia ikut menggunakan masker dan menikmati waktunya bersama Selly.

****

Hati Barra berloncatan karena akhirnya hari yang di tunggu tiba. Ia memakai kemejanya yang sudah ia siapkan sejak minggu pagi. Juga sepatu yang sudah di semir rapi. Tak lupa ia merapikan rambutnya dengan bantuan pomade, ia benar-benar siap menghadapi hari ini.

Sepanjang perjalanan ke sekolah bibirnya sesekali menyiulkan lagu. Entah lagu apa yang bergema dalam pikirannya. Saat melintasi perempatan menuju sekolah, ia tidak melihat Samira padahal banyak orang yang hilir mudik menyebrang jalan. Dalam satu tancapan gas kemudian, Barra tiba di halaman parkir sekolah.

Sapaan para siswa di angguki Barra begitu saja. Ia berjalan dengan cepat. Langkahnya sempat terhenti di depan kelas Samira, ia menoleh untuk beberapa saat tapi sepertinya tidak ada Samira di sana.

Samira dan selly berdiri di hadapan Isma. Barra yang baru datang segera menuju meja kerjanya. Walau pura-pura tak peduli, ia memperhatikannya dari mejanya sambil mencuri tahu apa yang membuat kedua muridnya tampak tegang terutama Selly.

“Kamu tau apa kesalahan kamu samira?” tanya Isma seraya menunjuk Samira dengan penggaris panjang. Samira menggelengkan kepala. Tentu saja ia tidak tahu, karena setibanya di kelas ia langsung di minta menghadap Isma.

“Hemh! Saya sebenernya udah bosen liat kamu di ruangan saya dan ruangan BK. Kamu selalu saja buat masalah.” Gerutu Isma dengan kasar.

“Emang samira salah apa bu?” tanya Selly yang juga ikut bingung.

“Salah apa? Semalem kamu minum-minum di club kan dengan laki-laki?!” ujar Isma dengan mata melotot.

“Semalam?” tanya Samira dan Selly bersamaan.

Seingat mereka, mereka diam di kamar Samira sambil menonton drama korea, kalaupun mereka minum-minum, mereka hanya minum coffee late yang mereka pesan melalui jasa pesan antar.

Samira dan Selly saling bertatapan sama-sama bingung. Seketika pandangan Samira beralih pada Barra. Ia menatap Barra dengan tajam. Dalam fikirannya, mungkin Barra benar-benar memberikan hukumannya dan Barra lah yang mengadukannya atas kejadian tempo hari.

Samira menggertakan giginya. Tangannya mengepal karena kesal.

“Emm enggak kok bu. Lagi pula, kalo pun saya ke club, itu kan pake uang saya sendiri. Bukan hasil nyuri atau nipu.” Sahut Samira sambil menatap Isma.

“Plak!” sebuah tamparan mendarat di pipi Samira, membuat wajahnya berpaling. Samira menyentuh pipinya yang terasa perih dan panas. Semua yang ada di ruang guru tercengang, termasuk Barra dan Selly.

“Ibu berani ya mukul samira!” gertak Selly. Namun Samira segara menahan tangan Selly.

“Iya! Memang kenapa?! Samira, kamu dengan entengnya bicara seperti itu. Apa kamu tau, kalau kelakuan kamu bisa mencoreng nama sekolah? Kamu 17 tahun aja belum, sudah berani masuk ke dunia hitam. Apa orang tua kamu tidak mendidik kamu?!” teriak Isma dengan mengebu-gebu.

Hati Samira sakit mendengar ucapan terakhir Isma. Ia menyeringai kesal dengan sudut bibir kanan yang terangkat. Ia mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk.

“Iya, saya memang tidak punya orang tua yang mendidik saya. Terima kasih ibu sudah mengingatkan.” Ujar  Samira dengan senyuman pilu.

Isma terdiam. Tangannya segera turun dan bibirnya mengatup.

Samira kembali menatap Isma dengan berani. Sejauh apa kata-kata menyakitkan itu akan ia dapatkan.

“Samira, kamu boleh menikmati masa muda kamu, tapi ingat kamu punya masa depan yang harus kamu raih. Dan kamu harus ingat, setiap tindakan memiliki konsekuensi yang bukan hanya untuk kamu sendiri tapi juga bagi orang lain.” lanjut Isma yang mulai merendahkan suaranya.

Entah mengapa, Samira merasa hatinya yang retak, perlahan di tetesi air garam yang membuatnya terasa perih.

“Saya punya hak untuk menentukan hidup saya sendiri bukan?” Samira menjeda kalimatnya dengan sebuah senyuman tipis. Isma tidak bisa menjawabnya. “Maaf, lain kali saya tidak akan melakukan hal-hal yang bisa merugikan siapapun termasuk ibu. Dan bolehkah saya mengetahui orang yang melaporkan saya?” suara Samira ikut merendah.

Untuk pertama kalinya ia minta maaf pada orang lain selain orang-orang terdekatnya. Terasa begitu berat, tapi ia mampu melakukannya. Ia menatap Isma dengan tatapan polosnya lalu beralih menatap Barra yang memandangnya dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan.

“Saya tidak bisa memberi tahu kamu.” Cetus Isma.

“Tidak bisa memberitahu saya atau ibu tidak punya bukti dan mengatakan ini hanya untuk  memojokkan saya?” tantang Samira.

Isma terdiam. Terdengar dengusan kasar dari bibir Isma. Ternyata tidak mudah menghadapi Samira dan membuatnya tunduk serta mengakui kesalahannya.

“Intan keluar!” ujar Isma yang mengeraskan suaranya.

Intan keluar dari tempat persembunyiannya. Samira tersenyum palsu pada Intan. Rupanya ini kartu As yang dimaksud Intan tempo hari.

“Mana buktinya lo liat gue ke club?” tanya Samira yang tidak melepaskan pandangannya dari Intan.

“Beneran kok gue liat lo masuk ke club malem. Malah lo nari erotis di antara cowok-cowok. Nih buktinya!” seru Intan seraya memperlihatkan foto Samira tengah di kerumuni laki-laki.

“Lo yakin itu gue?” Samira mengernyitkan dahinya.

“Iya lah yakin! Orang gue sendiri yang fotoin lo!” jawab Intan dengan cepat.

Samira tersenyum  mendengar jawaban Intan. Ada sesuatu yang tidak disadari Intan dari jawabannya.

“Kalo lo bisa fotoin gue sedeket itu, berarti lo juga ada di club itu dong? Lo ngapain di sana?” tutur Samira dengan seringai penuh kemenangan di bibirnya.

Intan terdiam. Ia tak bisa berkata-kata bahkan ia telah termakan kata-katanya sendiri.

“Main lo kurang jauh, pulang lo kurang malem kalo lo mau berurusan sama gue.” Ujar Samira seraya tersenyum. Barra ikut tersenyum seraya menggelengkan kepala mendengar ujaran Samira.

“Intan, berarti kamu?!” Isma menatap Intan dengan tatapan kecewa.

“Kalo ibu mau skors saya, ibu bisa kirim suratnya ke alamat biasa. Lagi pula pipi saya sakit, untuk beberapa hari tidak bisa masuk sekolah. Saya permisi.” Tukas Samira seraya mengangguk dan tersenyum pada Isma yang di tingggalkannya begitu saja.

Isma mengeram kesal melihat tingkah gadis yang berlalu pergi dari hadapannya.

Samira berlalu dengan sekelumit perasaan dalam dadanya.

“Samiraaaaaa!!!!!” teriak Isma dengan gemasnya. Namun tak mampu menghentikan langkah kaki Samira. Ia hanya tersenyum mendengar teriakan Isma yang entah untuk ke berapa kalinya. Dan Intan hanya bisa terdiam mendapat tatapan dari para guru di hadapannya terlebih Isma.

Siapa sangka, keinginan Barra untuk bertemu Samira malah menjadikan kejutan bagi dirinya dan Samira. Ia tidak pernah menduga bahwa hari ini akan tiba dan ia melihat kembali ekspresi dingin dan penuh kebencian dari wajah Samira yang entah tertuju pada siapa. Barra gusar, semua di luar perkiraannya.

*****

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Intan maling teriak.maling.
Kurang pinter intan

2023-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Langganan
2 I miss U
3 Kalung dady
4 Bocah!!
5 Tak risih
6 Dady…. I love you
7 Gila!
8 Pak guru
9 Sakit
10 Kalian penting.
11 Tatapan itu...
12 Dasar gila!
13 I’m Stuck With You...
14 2 orang menyebalkan
15 Menghilang
16 Pohon harapan
17 Samiraaaaaa!!!!!
18 Sate kenangan
19 Cerita Intan
20 Pergilah, itu lebih baik untuk kita berdua
21 Ananta
22 Jangan lama dady...
23 Anda?
24 Apa ini namanya ciuman?
25 Urusan kita tidak sependek yang kamu kira
26 Sarapan pagi
27 Sangat manis
28 Gebetan
29 Bola basket
30 Ketemu produser
31 Sepiring nasi goreng
32 Gemintang
33 Ancaman
34 Lembutt...
35 Cup!
36 Baku hantam
37 Kue untuk Samy
38 Cukup!!!
39 Drama korea
40 Viral
41 Fitnah
42 Samira Alesya Putri
43 I love you
44 Masa lalu
45 Ulang tahun
46 Kado Selly
47 Menunggu....
48 Akan merindukanmu...
49 Bimbang
50 Pesta ulang tahun
51 Berbalik
52 Keyakinan
53 Bukan diriku
54 Haluuu Sesion
55 Kejutan besar
56 Refleksi Ananta
57 Tatap-tatapan
58 Kenangan masa kecil
59 Tebing pertahanan Samira
60 Astaga, mati gue!
61 Surprise no surprise
62 Mengikhlaskan
63 Hati yang terluka
64 Kegalauan Selly
65 Kencan
66 Para paparazi
67 Dalang paparazi
68 Terabaikan
69 Cookies terakhir
70 Berjarak
71 single mother
72 Semakin mendekat semakin menghindar
73 Tanpa titik temu
74 Kebencian
75 Jangan lagi peduli
76 Om Barra
77 Menyempurnakan kesalahan
78 Meninggalkan kesalahan
79 Pilihan Samira
80 Mulai peduli
81 Ancaman Selly
82 Inikah sesal?
83 Kamar 301
84 Kejutan di pagi hari
85 Kesempatan Barra
86 Kamu harus baik-baik saja
87 Meet dady
88 “Mommy, are you okey?”
89 kedekatan
90 Kepang by mommy
91 Dilema perpisahan
92 Mengenang
93 mendekat dan menjauh
94 Rapat manajemen
95 Pertemuan tidak diduga
96 Tidak bisa berpura-pura
97 Mimpi indah
98 Masih peduli
99 Om Chairil
100 I love her
101 Hari bersama Selly
102 Devia
103 Penyesalan Andreas
104 Kepastian
105 Jatuh cinta lagi
106 Salah orang
107 Peringatan Erik
108 Pertemuan
109 Keputusan Samira
110 Beranjak dari masa lalu
111 It's not goodbye
112 Aisyah
113 Waktu
114 Mimpi Barra
115 Menunggu atau mengejar
116 Makan malam
117 Kebanggan Handoko
118 Tamu tak di duga
119 Gardenia
120 Camping
121 Marigold cafe
122 Menikmati waktu berdua
123 Tersekap
124 Luka-luka Samira
125 Pulang
126 Pelukan mommy
127 Double date
128 Luka Ananta
129 Be Mine
130 Thank you
131 EP (Extra Part) 1
132 EP (Extra Part) 2
133 EP (Extra Part) 3
134 EP (Extra Part) 4
135 EP (Extra Part) 5
136 EP (Extra Part) 6
137 EP (Extra Part) 7
138 EP (Extra Part) 8
139 EP (Extra Part) 9
140 EP (Extra Part) 10
141 EP (Extra Part) 11
142 EP (Extra Part) 12
143 EP (Extra Part) 13
144 EP (Extra Part) 14
145 EP (Extra Part) 15
146 EP (Extra Part) 16
147 EP (Extra Part) 17
148 EP (Extra Part) 18
149 EP (Extra Part) 19
150 EP (Extra Part) 20
151 EP (Extra Part) 21
152 EP (Extra Part) 22
153 EP (Extra Part) 23
154 EP (Extra Part) 24
155 EP (Extra Part) 25
156 EP (Extra Part) 26
157 EP (Extra Part) 27
158 EP (Extra Part) 28
159 EP (Extra Part) 29
160 EP (Extra Part) 30
161 EP (Extra Part) 31
162 EP (Extra Part) 32
163 EP (Extra Part) 33
164 EP (Extra Part) 34
165 EP (Extra Part) 35
166 EP (Extra Part) 36
167 EP (Extra Part) 37
168 EP (Extra Part) 38
169 EP (Extra Part) 39
170 EP (Extra Part) 40
171 EP (Extra Part) 41
172 EP (Extra Part) 42
173 EP (Extra Part) 43
174 EP (Extra Part) 44
175 EP (Extra Part) 45
176 EP (Extra Part) 46
177 EP (Extra Part) 47
178 EP (Extra Part) 48
179 EP (Extra Part) 49
180 EP (Extra Part) 50
181 EP (Extra Part) 51
182 EP (Extra Part) 52
183 EP (Extra Part) 53
184 EP (Extra Part) 54
185 EP (Extra Part) 55
186 EP (Extra Part) 56
187 EP (Extra Part) 57
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Langganan
2
I miss U
3
Kalung dady
4
Bocah!!
5
Tak risih
6
Dady…. I love you
7
Gila!
8
Pak guru
9
Sakit
10
Kalian penting.
11
Tatapan itu...
12
Dasar gila!
13
I’m Stuck With You...
14
2 orang menyebalkan
15
Menghilang
16
Pohon harapan
17
Samiraaaaaa!!!!!
18
Sate kenangan
19
Cerita Intan
20
Pergilah, itu lebih baik untuk kita berdua
21
Ananta
22
Jangan lama dady...
23
Anda?
24
Apa ini namanya ciuman?
25
Urusan kita tidak sependek yang kamu kira
26
Sarapan pagi
27
Sangat manis
28
Gebetan
29
Bola basket
30
Ketemu produser
31
Sepiring nasi goreng
32
Gemintang
33
Ancaman
34
Lembutt...
35
Cup!
36
Baku hantam
37
Kue untuk Samy
38
Cukup!!!
39
Drama korea
40
Viral
41
Fitnah
42
Samira Alesya Putri
43
I love you
44
Masa lalu
45
Ulang tahun
46
Kado Selly
47
Menunggu....
48
Akan merindukanmu...
49
Bimbang
50
Pesta ulang tahun
51
Berbalik
52
Keyakinan
53
Bukan diriku
54
Haluuu Sesion
55
Kejutan besar
56
Refleksi Ananta
57
Tatap-tatapan
58
Kenangan masa kecil
59
Tebing pertahanan Samira
60
Astaga, mati gue!
61
Surprise no surprise
62
Mengikhlaskan
63
Hati yang terluka
64
Kegalauan Selly
65
Kencan
66
Para paparazi
67
Dalang paparazi
68
Terabaikan
69
Cookies terakhir
70
Berjarak
71
single mother
72
Semakin mendekat semakin menghindar
73
Tanpa titik temu
74
Kebencian
75
Jangan lagi peduli
76
Om Barra
77
Menyempurnakan kesalahan
78
Meninggalkan kesalahan
79
Pilihan Samira
80
Mulai peduli
81
Ancaman Selly
82
Inikah sesal?
83
Kamar 301
84
Kejutan di pagi hari
85
Kesempatan Barra
86
Kamu harus baik-baik saja
87
Meet dady
88
“Mommy, are you okey?”
89
kedekatan
90
Kepang by mommy
91
Dilema perpisahan
92
Mengenang
93
mendekat dan menjauh
94
Rapat manajemen
95
Pertemuan tidak diduga
96
Tidak bisa berpura-pura
97
Mimpi indah
98
Masih peduli
99
Om Chairil
100
I love her
101
Hari bersama Selly
102
Devia
103
Penyesalan Andreas
104
Kepastian
105
Jatuh cinta lagi
106
Salah orang
107
Peringatan Erik
108
Pertemuan
109
Keputusan Samira
110
Beranjak dari masa lalu
111
It's not goodbye
112
Aisyah
113
Waktu
114
Mimpi Barra
115
Menunggu atau mengejar
116
Makan malam
117
Kebanggan Handoko
118
Tamu tak di duga
119
Gardenia
120
Camping
121
Marigold cafe
122
Menikmati waktu berdua
123
Tersekap
124
Luka-luka Samira
125
Pulang
126
Pelukan mommy
127
Double date
128
Luka Ananta
129
Be Mine
130
Thank you
131
EP (Extra Part) 1
132
EP (Extra Part) 2
133
EP (Extra Part) 3
134
EP (Extra Part) 4
135
EP (Extra Part) 5
136
EP (Extra Part) 6
137
EP (Extra Part) 7
138
EP (Extra Part) 8
139
EP (Extra Part) 9
140
EP (Extra Part) 10
141
EP (Extra Part) 11
142
EP (Extra Part) 12
143
EP (Extra Part) 13
144
EP (Extra Part) 14
145
EP (Extra Part) 15
146
EP (Extra Part) 16
147
EP (Extra Part) 17
148
EP (Extra Part) 18
149
EP (Extra Part) 19
150
EP (Extra Part) 20
151
EP (Extra Part) 21
152
EP (Extra Part) 22
153
EP (Extra Part) 23
154
EP (Extra Part) 24
155
EP (Extra Part) 25
156
EP (Extra Part) 26
157
EP (Extra Part) 27
158
EP (Extra Part) 28
159
EP (Extra Part) 29
160
EP (Extra Part) 30
161
EP (Extra Part) 31
162
EP (Extra Part) 32
163
EP (Extra Part) 33
164
EP (Extra Part) 34
165
EP (Extra Part) 35
166
EP (Extra Part) 36
167
EP (Extra Part) 37
168
EP (Extra Part) 38
169
EP (Extra Part) 39
170
EP (Extra Part) 40
171
EP (Extra Part) 41
172
EP (Extra Part) 42
173
EP (Extra Part) 43
174
EP (Extra Part) 44
175
EP (Extra Part) 45
176
EP (Extra Part) 46
177
EP (Extra Part) 47
178
EP (Extra Part) 48
179
EP (Extra Part) 49
180
EP (Extra Part) 50
181
EP (Extra Part) 51
182
EP (Extra Part) 52
183
EP (Extra Part) 53
184
EP (Extra Part) 54
185
EP (Extra Part) 55
186
EP (Extra Part) 56
187
EP (Extra Part) 57

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!