Cerita Intan

Barra mulai menurunkan barang-barangnya dari dalam mobilnya. Dengan sigap Ben membantunya. Tak lama, sebuah mobil mewah melintas di hadapannya. Ia melihat bayangan yang di kenalnya namun tidak cukup yakin karena kaca mobil yang cukup gelap. Barra mematung melihat mobil tersebut berlalu bergitu saja.

“Woy kenapa lo? Kesambet setan basement?” seru Ben, menghamburkan lamunan Barra.

“Nggak, kayaknya muka tuh orang gue familiar deh!” ujar Barra sambil mengingat-ngingat.

“Siapa? Bocah club malem?” ledek Ben sambil terkekeh.

“Bocah club malem… samira namanya ben!” protes Barra dengan kesal.

“Hahhaha jadi beneran lo mikirin cewek itu? Kayaknya lo beneran suka ya sama tuh bocah? udah gag takut di kira pedofil?” ujar Ben dengan tawa terbahak-bahak.

“Ah sialan lo!” Barra mendengus kesal.

Perasaannya sangat tidak nyaman saat membayangkan kata-kata Ben barusan. Membuatnya terlihat seolah dia memang pedofil. Barra bergidik sendiri. Ben hanya tersenyum melihat tingkah sahabat sekaligus bosnya.

“Lo yakin kemaren-kemaren gag terjadi apa-apa antara lo sama dia?” selidik Ben.

“Ya enggak lah gila! Lo kira gue cowok apaan?” protes Barra dengan mata membulat sempurna.

“Ya kali aja, secara tuh bocah calon perempuan sempurna. Gag ada kurangnya men.” Puji Ben yang membuat Barra tidak suka.

“Inget bini lo nunggu di rumah. Mana anak udah mau 2 lagi.”

“Iya sih… hemmhh… kayaknya gue kecepetan kawin deh. Coba gue sabar nunggu bentar aja, gue gebet deh tuh bocah.” Ujar Ben seraya membayangkan rupa sempurna Samira.

“Ngomong apa lo sarap?! Gue bilangin bini lo baru tau rasa.” Ancam Barra yang benar-benar tidak suka dengan ucapan Ben.

“Kenapa lo yang ngegas?”

“Gue gag suka ya otak mesum lo ngebayangin dia yang enggak-enggak!” hardik Barra dengan kesal.

“Anjiirrr!! Fix, lo jatuh cinta sama tuh bocah. Lo mulai posesif.” Ben menatap Barra dengan tajam padahal Ben hanya bercanda tapi siapa sangka Barra berreaksi seekstrim itu .

“Ngarang lo!” dengus Barra sambil memukul dus yang berada di tangan Ben.

“Ya kalo lo suka juga gag masalah kali bro. lo masih sendiri, dia juga kayaknya sendiri. Asal lo bisa ngimbangin tampilan dia aja biar kalo jalan gag dikira om nya,” tukas Ben yang di akhiri dengan tawa.

“Anjir lo!” Barra berusaha menendang kaki Ben, namun Ben segera berlari dengan tawa yang masih terdengar dari bibirnya.

Barra ikut tersenyum. Bayangan Samira kembali menghinggapi pikirannya.

“Lo lagi ngapain bocah? Apa lo baik-baik aja?” batin Barra tanpa ia sadari ia begitu cemas dan begitu peduli.

****

Pergi ke sekolah tidak semenyenangkan biasanya bagi Barra. Hari-hari terasa sepi tanpa melihat sosok Samira di kelasnya. Ia pergi ke kantin, hanya ada Selly yang makan sendirian. Ia pergi ke taman belakang, hanya ada bangku kosong yang masih tampak berembun. Sunyi, seperti itu perasaannya saat ini.

Barra memutuskan untuk kembali ke ruangannya. ia menyalakan komputer di mejanya dan membuka data siswa. Ia memasukkan nomor induk siswa milik Samira dan data Samira pun terpampang di hadapannya.

"Dia anak yang cerdas, nilai-nilainya juga bagus." Ujar Isma yang tiba-tiba muncul di belakang Barra.

"Oh bu..." Barra gelagapan sendiri, baginya ia seperti ter-gap saat stalking seseorang.

"Saya mengerti rasa penasaran pak barra, karena tidak hanya pak barra yang penasaran sama samira." Terang Isma yang duduk di hadapan Barra.

"Maksud bu isma?" Barra mengernyitkan dahinya.

"Seperti bapak tau, dia siswi yang unik di kelas kita. Dari hasil psikotest-nya, kecerdasannya di atas rata-rata. Dan itu memang terbukti dari nilainya yang selalu stabil padahal dia sering tidur di kelas atau mendengarkan musik saat guru menerangkan. Tapi saat di tanya, ia bisa menjawab dengan baik. Hanya saja perilaku seperti itu tidak bisa di biarkan karena akan di contoh oleh teman-temannya yang lain. Dari itulah ia sering mendapat hukuman." Isma menjeda kalimatnya dengan membuka buku konsultasi di tangannya.

"Samira memiliki EQ yang kurang baik. Menurut tim psikolog, ia banyak menyimpan masa lalu dan seolah dewasa sebelum umurnya. Dari itulah terkadang saya kesulitan untuk mengatur samira. Tapi saya malah bingung sendiri saat kemarin dia tidak melawan ketika saya tampar. Saya merasa bersalah beberapa hari ini, saya terlalu keras sama dia." Lanjut Isma seraya menatap telapak tangannya sendiri.

"Ibu sudah pernah menyampaikan hal ini pada orang tuanya?" Selidik Barra.

Isma menggeleng. "Dalam pertemuan apapun tidak pernah ada yang menjadi wali bagi Samira. Walau di data siswa ada nama handoko sebagai walinya, tapi saya belum pernah bertemu beliau sama sekali."

"Lalu orang tuanya?"

Isma hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban. "Intan bilang samira tidak diketahui siapa orang tuanya. Kemungkinan di anak adopsi. Makanya saya yakin dia sangat tersinggung saat menyebut orang tua di hadapannya. Saya benar-benar merasa bersalah, saya hilang kendali." Isma terpekur di hadapan Barra.

"Ibu percaya dengan ucapan intan? Apa ibu pernah bertanya pada sahabatnya yang bernama selly?" Barra di buat semakin penasaran.

"Ya saya hanya bisa percaya pada ucapan intan karena hanya dia yang sepertinya peduli pada samira. Dia mengetahui banyak hal tentang samira. Dan sahabatnya yang bernama selly, dia tidak pernah mengatakan apapun. Dia bilang, dia hanya berteman di sekolah tapi tidak dekat secara pribadi."

Isma menghela nafasnya kasar, sepertinya ada beban berat yang ia tanggung setelah menyadari kesalahan yang di buatnya.

"Mencari tahu tentang seseorang terkadang bukan karena dia peduli, tapi hanya untuk mencari peluang untuk menyakitinya." ungkap Barra dengan serius.

Isma dan Barra sama-sama tertegun. Pikiran mereka sama-sama tentang Samira yang entah seperti apa kondisinya saat ini.

****

"Awww!!!" Intan mengaduh keras saat sang ayah mendaratkan sebuah tamparan di wajahnya. Ia menangis sejadinya karena untuk pertama kalinya ia mendapat perlakuan kasar dari orang tuanya.

"Kamu tau intan, gara-gara kamu papah kehilangan muka di hadapan rekan bisnis papah. Papah anggota komite sekolah dan perilaku kamu di bahas dalam rapat sekolah. Sampai kapan kamu terus mempermalukan papah hah?" gertak Rama dengan kasar.

"Ampun pah, intan minta maaf... Intan gag salah pah, intan di jebak." kilah Intan seraya bersimpuh di kaki Rama.

Rama tidak menggubrisnya. Kemarahannya benar-benar di ubun-ubun.

"Ini kesempatan terakhir kamu, perbaiki semuanya dan jangan berulah lagi." Rama mengibaskan kakinya yang di pegangi Intan. Ia pergi begitu saja meninggalkan sang anak yang menangis sesegukan.

Melihat perlakuan Rama padanya, membuat kekesalannya pada Samira semakin memuncak. Terlihat jelas wajah Intan yang diliputi kemarahan dan kekecewaan. Tidak ada alasan untuknya untuk membiarkan Samira hidup tenang. Ia harus membalasnya. Samira harus merasakan kesakitan yang ia rasakan. Sampai kapanpun Intan bertekad akan terus membalaskan dendamnya.

****

5 hari sudah samira berdiam diri di apartemen. Baik kondisi kaki maupun mentalnya sudah lebih baik. Setiap hari ia menerima tugas yang dikirimkan oleh Selly dan belajar bersama Caroline. Samira merasa kesepian. Walaupun saat di sekolah Intan selalu mengganggunya nyatanya itu lebih menyenangkan daripada sendirian di unit apartemennya.

Samira merasa begitu bosan. Ia melihat keluar jendela kamarnya. Suasana malam ini terlihat begitu indah. Lampu-lampu berkerlipan di hadapannya.

Waktu masih menunjukkan pukul 7 malam. Samira mengganti bajunya dengan jean overall dengan mengaitkan sebelah saja kancingnya. Sementara itu dalamannya ia menggunakan kaos skini berwarna putih. Rambut panjangnya ia cepol begitu saja. Gaya rambut favoritnya yang membuat ia selalu terlihat cantik.

Samira mengambil handphone dan beberapa lembar uang yang ia masukan ke dalam saku. Ia berencana untuk sedikit berjalan-jalan menghirup udara malam.

Samira berjalan menyusuri trotoar sambil mendengarkan lagu yang mengalun dari  handphonenya. Ia masuk ke sebuah mini market dan membeli beberapa minuman kaleng, biscuit dan es krim favoritnya. Ia menikmati es krimnya sambil berjalan.

Tiba-tiba, “BRUK!” seseorang menabrak tubuh Samira hingga hampir terjatuh. Es krim Samira terjatuh.

“Copeettt!!!” teriak seorang laki-laki paruh baya sambil menunjuk laki-laki yang berlari melewati Samira.

Samira segera melepas headsetnya dan memasukkannya ke dalam saku. Ia berlari mengejar pencopet itu lalu melemparkan kantong berisi makanan dan minumannya ke arah laki-laki itu sambil melompat dan menendang kantong tersebut.

“BUK!!!” tendangan Samira mengenai leher laki-laki tersebut. Ia terjatuh sambil memegangi lehernya. Samira segera berlari menghampirinya.

Laki-laki berkepala plontos itu tampak meringis menahan sakit di lehernya. Samira segera merebut dompet dan handphone yang dicopetnya.

“Ada apa de?” tanya beberapa bapak-bapak yang lewat.

“Copet pak! Dia nyopet om itu.” Tunjuk Samira pada laki-laki yang berlari ke arahnya.

“Eeuuhhh dasar kamu ya! Ayo bawa ke kantor polisi.” Ujar bapak-bapak yang segera meringkus tubuh laki-laki yang masih meringis kesakitan tersebut. “Ayo kamu juga ikut de.” Imbuhnya pada Samira. Samira mengangguk setuju.

“Aduuhh, terima kasih nak… terima kasih sudah menolong saya…” ujar laki-laki paruh baya yang masih berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

“Iya om, sama-sama…” sahut Samira dengan senyum polosnya.

Samira memungut kantong plastic miliknya. Namun beberapa kaleng sudah pecah karena ia tendang dengan kuat dan menghantam tubuh laki-laki tersebut.

“Makanannya rusak ya nak, saya ganti ya…” ujar laki-laki tersebut dengan sungkan.

“Gag usah om , gag pa-pa. Ini dompet sama handphone om. Om baik-baik aja kan?” Samira memberikan handphone dan dompet milik laki-laki tersebut.

“Ya ampun, saya yang harusnya bertanya. Gadis secantik kamu bisa meringkus penjahat, kamu baik-baik aja kan?” laki-laki tersebut menepuk bahu Samira perlahan.

“Iya, saya baik-baik saja. O iya, saya samy om. Om dengan om siapa?” Samira mengulurkan tangannya.

“Saya adi. Panggil saya om adi.” Sambut laki-laki tersebut.

“Iya om adi..” Samira mengecup punggung tangan Adi sebagai tanda penghormatan pada laki-laki yang lebih tua di hadapannya. Adi tersenyum melihat tingkah santun Samira.”Om, kita ke kantor polisi dulu sebentar. Pelakunya udah di bawa warga tadi.” Ajak Samira.

“Iya nak, ayo kita susul mereka.” Sahut Adi.

Kantor polisi tidak terlalu jauh dari tempat kejadian. Saat Samira dan Adi tiba di kantor polisi, laki-laki tersebut sedang di introgasi.

Samira dan Adi pun ikut dimintai keterangan. Mereka menjawab apa adanya. Beberapa polisi muda menghampiri petugas pemeriksa saat melihat keberadaan Samira. Namun Samira acuh saja dengan tatapan penasaran para lelaki tersebut.

Introgasi tidak berlangsung lama. Setelah selesai Samira bergegas pulang.

“Kamu tinggal dimana sam? Om anter ya..” tawar Adi dengan ramah.

“Eemm gag usah om. Aku tinggal deket-deket sini kok.” Tolak Samira dengan halus.

“Ayolah, om berhutang budi sama kamu. Om traktir es krim dan cemilan lainnya ya, sebagai tanda terima kasih.” Adi kembali membujuk. Tatapannya terlihat tulus. Samira pun mengiyakannya.

Adi membelikan beberapa es krim dan cemilan untuk Samira. Mereka duduk bersama di depan mini market tempat Samira jajan tadi.

“Wah, banyak banget om…” seru Samira dengan mata berbinar.

“Iya, kamu makan yang banyak, kalo bersisa kan bisa di bawa pulang.” Unjuk Adi dengan senyum hangatnya. “Kamu masih sekolah sam?” lanjut Adi yang penasaran dengan gadis baik di hadapannya.

“Iya om saya masih sekolah.” Jawab Samira santai.

“Kelas berapa? Kamu tinggal dimana?”

“Maaf om, saya tidak terbiasa membicarakan masalah pribadi…” Samira menjawab dengan ringan.

“Oh, maaf… om tidak bermaksud apa-apa…” Adi terlihat kembali canggung. Dalam hatinya, ia sangat menyukai Samira, gadis muda yang punya prinsip. “O iya, ini udah malem. Om pulang dulu ya… sekali lagi terima kasih sudah menolong om…” tutur Adi dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

“Oh iya, om.. hati-hati di jalan….” Ungkap Samira sambil menaruh sendok es krim di tangannya. Samira kembali meraih tangan Adi dan menciumnya. Lagi-lagi, Adi kembali terpukau.

Adi berlalu pergi dengan mobil mewah yang dikemudikannya. Samira kembali duduk di minimarket dan menghabiskan es krimnya sebelum kembali pulang.

****

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Itu bapaknya Intan.atau bapaknya Barra?

2023-02-19

1

Asih Setyowati

Asih Setyowati

bapaknya intan...nanti intan jadi tambah iri sama samy

2022-09-09

1

Cahya Zanara

Cahya Zanara

camer nih kayaknya 🤭

2021-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Langganan
2 I miss U
3 Kalung dady
4 Bocah!!
5 Tak risih
6 Dady…. I love you
7 Gila!
8 Pak guru
9 Sakit
10 Kalian penting.
11 Tatapan itu...
12 Dasar gila!
13 I’m Stuck With You...
14 2 orang menyebalkan
15 Menghilang
16 Pohon harapan
17 Samiraaaaaa!!!!!
18 Sate kenangan
19 Cerita Intan
20 Pergilah, itu lebih baik untuk kita berdua
21 Ananta
22 Jangan lama dady...
23 Anda?
24 Apa ini namanya ciuman?
25 Urusan kita tidak sependek yang kamu kira
26 Sarapan pagi
27 Sangat manis
28 Gebetan
29 Bola basket
30 Ketemu produser
31 Sepiring nasi goreng
32 Gemintang
33 Ancaman
34 Lembutt...
35 Cup!
36 Baku hantam
37 Kue untuk Samy
38 Cukup!!!
39 Drama korea
40 Viral
41 Fitnah
42 Samira Alesya Putri
43 I love you
44 Masa lalu
45 Ulang tahun
46 Kado Selly
47 Menunggu....
48 Akan merindukanmu...
49 Bimbang
50 Pesta ulang tahun
51 Berbalik
52 Keyakinan
53 Bukan diriku
54 Haluuu Sesion
55 Kejutan besar
56 Refleksi Ananta
57 Tatap-tatapan
58 Kenangan masa kecil
59 Tebing pertahanan Samira
60 Astaga, mati gue!
61 Surprise no surprise
62 Mengikhlaskan
63 Hati yang terluka
64 Kegalauan Selly
65 Kencan
66 Para paparazi
67 Dalang paparazi
68 Terabaikan
69 Cookies terakhir
70 Berjarak
71 single mother
72 Semakin mendekat semakin menghindar
73 Tanpa titik temu
74 Kebencian
75 Jangan lagi peduli
76 Om Barra
77 Menyempurnakan kesalahan
78 Meninggalkan kesalahan
79 Pilihan Samira
80 Mulai peduli
81 Ancaman Selly
82 Inikah sesal?
83 Kamar 301
84 Kejutan di pagi hari
85 Kesempatan Barra
86 Kamu harus baik-baik saja
87 Meet dady
88 “Mommy, are you okey?”
89 kedekatan
90 Kepang by mommy
91 Dilema perpisahan
92 Mengenang
93 mendekat dan menjauh
94 Rapat manajemen
95 Pertemuan tidak diduga
96 Tidak bisa berpura-pura
97 Mimpi indah
98 Masih peduli
99 Om Chairil
100 I love her
101 Hari bersama Selly
102 Devia
103 Penyesalan Andreas
104 Kepastian
105 Jatuh cinta lagi
106 Salah orang
107 Peringatan Erik
108 Pertemuan
109 Keputusan Samira
110 Beranjak dari masa lalu
111 It's not goodbye
112 Aisyah
113 Waktu
114 Mimpi Barra
115 Menunggu atau mengejar
116 Makan malam
117 Kebanggan Handoko
118 Tamu tak di duga
119 Gardenia
120 Camping
121 Marigold cafe
122 Menikmati waktu berdua
123 Tersekap
124 Luka-luka Samira
125 Pulang
126 Pelukan mommy
127 Double date
128 Luka Ananta
129 Be Mine
130 Thank you
131 EP (Extra Part) 1
132 EP (Extra Part) 2
133 EP (Extra Part) 3
134 EP (Extra Part) 4
135 EP (Extra Part) 5
136 EP (Extra Part) 6
137 EP (Extra Part) 7
138 EP (Extra Part) 8
139 EP (Extra Part) 9
140 EP (Extra Part) 10
141 EP (Extra Part) 11
142 EP (Extra Part) 12
143 EP (Extra Part) 13
144 EP (Extra Part) 14
145 EP (Extra Part) 15
146 EP (Extra Part) 16
147 EP (Extra Part) 17
148 EP (Extra Part) 18
149 EP (Extra Part) 19
150 EP (Extra Part) 20
151 EP (Extra Part) 21
152 EP (Extra Part) 22
153 EP (Extra Part) 23
154 EP (Extra Part) 24
155 EP (Extra Part) 25
156 EP (Extra Part) 26
157 EP (Extra Part) 27
158 EP (Extra Part) 28
159 EP (Extra Part) 29
160 EP (Extra Part) 30
161 EP (Extra Part) 31
162 EP (Extra Part) 32
163 EP (Extra Part) 33
164 EP (Extra Part) 34
165 EP (Extra Part) 35
166 EP (Extra Part) 36
167 EP (Extra Part) 37
168 EP (Extra Part) 38
169 EP (Extra Part) 39
170 EP (Extra Part) 40
171 EP (Extra Part) 41
172 EP (Extra Part) 42
173 EP (Extra Part) 43
174 EP (Extra Part) 44
175 EP (Extra Part) 45
176 EP (Extra Part) 46
177 EP (Extra Part) 47
178 EP (Extra Part) 48
179 EP (Extra Part) 49
180 EP (Extra Part) 50
181 EP (Extra Part) 51
182 EP (Extra Part) 52
183 EP (Extra Part) 53
184 EP (Extra Part) 54
185 EP (Extra Part) 55
186 EP (Extra Part) 56
187 EP (Extra Part) 57
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Langganan
2
I miss U
3
Kalung dady
4
Bocah!!
5
Tak risih
6
Dady…. I love you
7
Gila!
8
Pak guru
9
Sakit
10
Kalian penting.
11
Tatapan itu...
12
Dasar gila!
13
I’m Stuck With You...
14
2 orang menyebalkan
15
Menghilang
16
Pohon harapan
17
Samiraaaaaa!!!!!
18
Sate kenangan
19
Cerita Intan
20
Pergilah, itu lebih baik untuk kita berdua
21
Ananta
22
Jangan lama dady...
23
Anda?
24
Apa ini namanya ciuman?
25
Urusan kita tidak sependek yang kamu kira
26
Sarapan pagi
27
Sangat manis
28
Gebetan
29
Bola basket
30
Ketemu produser
31
Sepiring nasi goreng
32
Gemintang
33
Ancaman
34
Lembutt...
35
Cup!
36
Baku hantam
37
Kue untuk Samy
38
Cukup!!!
39
Drama korea
40
Viral
41
Fitnah
42
Samira Alesya Putri
43
I love you
44
Masa lalu
45
Ulang tahun
46
Kado Selly
47
Menunggu....
48
Akan merindukanmu...
49
Bimbang
50
Pesta ulang tahun
51
Berbalik
52
Keyakinan
53
Bukan diriku
54
Haluuu Sesion
55
Kejutan besar
56
Refleksi Ananta
57
Tatap-tatapan
58
Kenangan masa kecil
59
Tebing pertahanan Samira
60
Astaga, mati gue!
61
Surprise no surprise
62
Mengikhlaskan
63
Hati yang terluka
64
Kegalauan Selly
65
Kencan
66
Para paparazi
67
Dalang paparazi
68
Terabaikan
69
Cookies terakhir
70
Berjarak
71
single mother
72
Semakin mendekat semakin menghindar
73
Tanpa titik temu
74
Kebencian
75
Jangan lagi peduli
76
Om Barra
77
Menyempurnakan kesalahan
78
Meninggalkan kesalahan
79
Pilihan Samira
80
Mulai peduli
81
Ancaman Selly
82
Inikah sesal?
83
Kamar 301
84
Kejutan di pagi hari
85
Kesempatan Barra
86
Kamu harus baik-baik saja
87
Meet dady
88
“Mommy, are you okey?”
89
kedekatan
90
Kepang by mommy
91
Dilema perpisahan
92
Mengenang
93
mendekat dan menjauh
94
Rapat manajemen
95
Pertemuan tidak diduga
96
Tidak bisa berpura-pura
97
Mimpi indah
98
Masih peduli
99
Om Chairil
100
I love her
101
Hari bersama Selly
102
Devia
103
Penyesalan Andreas
104
Kepastian
105
Jatuh cinta lagi
106
Salah orang
107
Peringatan Erik
108
Pertemuan
109
Keputusan Samira
110
Beranjak dari masa lalu
111
It's not goodbye
112
Aisyah
113
Waktu
114
Mimpi Barra
115
Menunggu atau mengejar
116
Makan malam
117
Kebanggan Handoko
118
Tamu tak di duga
119
Gardenia
120
Camping
121
Marigold cafe
122
Menikmati waktu berdua
123
Tersekap
124
Luka-luka Samira
125
Pulang
126
Pelukan mommy
127
Double date
128
Luka Ananta
129
Be Mine
130
Thank you
131
EP (Extra Part) 1
132
EP (Extra Part) 2
133
EP (Extra Part) 3
134
EP (Extra Part) 4
135
EP (Extra Part) 5
136
EP (Extra Part) 6
137
EP (Extra Part) 7
138
EP (Extra Part) 8
139
EP (Extra Part) 9
140
EP (Extra Part) 10
141
EP (Extra Part) 11
142
EP (Extra Part) 12
143
EP (Extra Part) 13
144
EP (Extra Part) 14
145
EP (Extra Part) 15
146
EP (Extra Part) 16
147
EP (Extra Part) 17
148
EP (Extra Part) 18
149
EP (Extra Part) 19
150
EP (Extra Part) 20
151
EP (Extra Part) 21
152
EP (Extra Part) 22
153
EP (Extra Part) 23
154
EP (Extra Part) 24
155
EP (Extra Part) 25
156
EP (Extra Part) 26
157
EP (Extra Part) 27
158
EP (Extra Part) 28
159
EP (Extra Part) 29
160
EP (Extra Part) 30
161
EP (Extra Part) 31
162
EP (Extra Part) 32
163
EP (Extra Part) 33
164
EP (Extra Part) 34
165
EP (Extra Part) 35
166
EP (Extra Part) 36
167
EP (Extra Part) 37
168
EP (Extra Part) 38
169
EP (Extra Part) 39
170
EP (Extra Part) 40
171
EP (Extra Part) 41
172
EP (Extra Part) 42
173
EP (Extra Part) 43
174
EP (Extra Part) 44
175
EP (Extra Part) 45
176
EP (Extra Part) 46
177
EP (Extra Part) 47
178
EP (Extra Part) 48
179
EP (Extra Part) 49
180
EP (Extra Part) 50
181
EP (Extra Part) 51
182
EP (Extra Part) 52
183
EP (Extra Part) 53
184
EP (Extra Part) 54
185
EP (Extra Part) 55
186
EP (Extra Part) 56
187
EP (Extra Part) 57

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!