Dady…. I love you

“Daddy….. Daddy…..” Samira terus memanggil laki-laki yang dirindukannya.

Saat itu Samira kecil berjalan di lorong gelap dengan boneka kelinci di tangannya. Genggamannya mengerat menahan takut yang menyergap perasaannya. Tak ada jawaban yang ia dengar selain gaungan suaranya yang terdengar menggema.

Dari kejauhan, Samira melihat cahaya yang bersinar terang, dengan senang ia berlari secepat mungkin. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti, saat sebuah kaca besar menghalangi jalannya. Di depannya, terlihat seorang laki-laki tengah dikerumuni beberapa orang berpakaian putih yang terus memanggil namanya.

“Pak andika, bertahan pak, ayo bertahan!” seru seorang laki-laki yang tengah menekan-nekan dada Andika dengan sekuat tenaga.

“Daddy….” Lirih Samira dengan air mata berurai saat menyadari orang-orang tersebut sedang membantu Andika melewati masa kritisnya.

“Ada respon! Cepat hubungi ruang operasi!” teriak laki-laki tersebut. Seorang wanita berlari meraih gagang telpon dan berbicara dengan cepat di sana. Samira tidak terlalu mengerti apa yang dibicarakan oleh mereka.

Laki-laki itu memasangkan beberapa alat di tubuh andika. Lalu mendorong tubuh andika di atas sebuah blankar. Samira berlari mengikutinya. Blankar tersebut masuk ke sebuah ruang operasi. Di depan rungan tersebut telah menunggu Ananta, handoko dan dirinya dengan wajah polos tanpa mengerti apapun.

“Pak handoko, daddy kenapa?” tanya Samira dengan wajah pucatnya. Handoko menoleh samira dengan tatapan sendu. Ia meraih tangan kecil Samira dan membawanya duduk di kursi tunggu.

“Non samy, dady  sedang berjuang untuk melawan sakitnya. Non samy jangan nangis ya… non samy berdo’a supaya dady baik-baik saja. Do’a anak baik itu di dengar tuhan, hem…” Lirih Handoko seraya mengusap punggung Samira.

“Samy takut pak handoko. Samy takut kalo daddy nggak keluar dari tempat itu. Samy mau liat daddy…” rengek samira dengan bibir gemetar menahan tangis dan mata yang berkaca-kaca.

Handoko menggelengkan kepalanya. “Kita nunggu di sini saja ya….” bujuk Handoko dengan suara parau.

Samira melihat Ananta yang duduk di hadapannya. Ia terlihat tegang dengan tangan mengerat sempurna. Matanya merah dan basah. Samira turun dari kursi, berjalan menghampiri Ananta.

“Mamih, pak handoko bilang jangan nangis… kita do’ain dady….” Lirih Samira kecil seraya mengusap air mata di wajah Ananta.

Ananta mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk. Perasaannya bercampur aduk. Gadis kecil di hadapannya, gadis yang merubah hidupnya menjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Wajahnya begitu polos, cantik, mirip sekali dengan dady nya. Tak ada satupun yang mirip dengan dirinya. Namun lagi, egonya menahan dia untuk menyentuhnya. Ia hanya bisa menatapnya tanpa menggenggam tangannya yang terlihat gemetar.

“ Pak handoko, bawa samira keluar.” Ujar Ananta seraya memalingkan wajahnya dari Samira.

“Samy mau sama mamih…” rengek Samira yang segera memeluk tubuh ibunya.

“Pak handoko!” Ananta mengeraskan suaranya.

Dengan berat hati Handoko beranjak.

“Ayo non samy ikut sama saya dulu…” bujuk Handoko seraya memegang tubuh Samira. Ia tak tega, tapi ia tak bisa membiarkan Samira menerima penolakan dan kekasaran yang lebih besar lagi.

“Gag mau, samy mau sama mamih…” Samira mengeratkan pelukannya. Saat ini yang ia butuhkan hanyalah pelukan hangat dari ibunya untuk mengusir ketakutannya.

“Ikut dengan pak handoko sekarang!” ujar Ananta dengan penuh penekanan.

Samira beringsut. Ananta melepas paksa pelukan anaknya. Samira segera berbalik menghadap Handoko dan memeluk tubuh tegap laki-laki tersebut. Ia terisak di bahu Handoko. Lagi, sebuah penolakan yang di terimanya dari wanita yang melahirkannya.

Handoko menggendong samira di tangannya. Sesekali samira masih terisak dan menoleh Ananta yang masih terpaku. Namun Ananta tak bergeming, bahkan tidak menatap Samira sedikitpun. Handoko merasakan panasnya tubuh Samira yang tengah demam. Ia mendekap erat tubuh kecil yang terisak di bahunya. Ia bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan gadis berusia 7 tahun ini. Handoko sadar, saat seperti ini, hanya pelukan hangat seorang ibu yang di perlukan oleh Samira, namun hingga saat ini, ia tidak pernah mendapatkannya.

“Pak handoko, apa mamih benci sama samy?” lirih gadis tersebut dengan tatapan penuh kesedihan.

Handoko tercengang mendengar pertanyaan gadis tersebut. Entah apa yang harus ia jawab. Sebuah senyuman palsu coba Handoko berikan pada Samira.

“Mamih sayang sama non samy. Hanya saja, saat ini ia sedang bersedih.” Hibur handoko. Sebuah kebohongan lagi harus ia utarakan lagi untuk menghibur gadis kecil ini. Gadis kecil yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

“Tapi mamih gag pernah mau bicara sama samy. Mamih juga gag pernah mau peluk samy. Dan mamih jugaa gag pernah nyebut nama samy.” gumam Samira dengan putus asa.

Handoko semakin mengeratkan pelukannya. Ia mengusap kepala Samira dengan penuh kasih. Demi apapun hatinya ikut sakit  mendengar ujaran gadis kecil ini. Ia selalu teringat saat nyonya besarnya selalu berusaha menggugurkan kandungannya saat mengandung Samira, hanya karena ia merasa tidak siap Samira hadir dalam hidupnya.

Tak ada kata-kata yang terucap dari bibir handoko. Hanya butiran bening yang menetes di pelupuk matanya, yang coba ia sembunyikan di balik senyum hangatnya.

“Cepatlah besar nak, kelak kamu bisa bertanya sendiri.” Batin Handoko dengan dada yang terasa sesak.

*****

Beberapa hari ini, Samira terus menginap di rumah sakit. Demamnya berangsur sembuh, karena ia pun menerima perawatan untuk kesehatannya. Samira memang mudah sekali sakit. Namun beberapa kali ia diperiksa, dokter mengatakan tidak ada masalah dengan kesehatannya, namun psikologisnya merasa tidak nyaman.

Setiap malam, ia tertidur di bed kecil yang berada di ruangan sebelah ayahnya. Dari tempat perawatannya ia bisa melihat sang ayah yang masih belum sadarkan  diri. Sering ia melihat Samira memekik, menahan tangisnya sendiri melihat sang ayah yang tak kunjung membuka mata.

Sesekali ia berdialog dengan tuhan, yang diajarkan Andika sebagai tempatnya meminta segala hal. “Tuhan, kenapa dady masih belum bangun? Samy kangen sama dady. Samy mau main lagi sama dady. Samy janji samy akan jadi anak yang baik, makan yang banyak, belajar yang rajin dan gag bikin mamih marah lagi. Samy mohon tuhan, bantu dady sembuh, hem…” ujar Samira seraya menatap tembokan menghadap kiblat.

Tubuhnya terlihat semakin kurus. Setiap malam, ia berceloteh di samping ayahnya hingga ia terlelap dengan sendirinya. Barulah Handoko memindahkannya ke kamar sebelah.

“Permisi pak, pasien andika raharja mulai sadar.” Sebuah suara mengusik Handoko yang tengah menjaga Samira yang baru terlelap.

“Hah, baik sus, saya segera ke sana.” Sahut Handoko yang segera beranjak. Ia menyelimuti tubuh kecil samira hingga ke dada, dan mengecup keningnya sebelum akhirnya meninggalkannya sendirian.

“Tuan, saya handoko. Apa tuan mendengar suara saya?” ujar Handoko di telinga Andika.

Mata Andika sedikit terbuka. Bibir pucatnya bergetar, mengeluarkan  suara yang nyaris tidak terdengar.

“Saa mii raa…” lirih Andika.

“Ada tuan, nona muda ada di kamar sebelah sedang tertidur.” Terang Handoko dengan penuh keharuan.

“Saa mii raaa…” lagi-lagi Andika mengulang perkataannya.

Handoko menoleh dokter dan perawat yang berdiri di sampingnya.

“Mungkin beliau ingin bertemu dengan putrinya…” ujar dokter tersebut. Tanpa berfikir panjang, Handoko segera membangunkan Samira yang tengah terlelap.

Dengan cepat Samira terbangun saat mendengar laki-laki kesayangannya mencarinya.

“Daddy….” Samira berlari menghampiri Andika. “Dady udah bangun? Samy nungguin dady dari tadi. Kata dokter, samy udah sembuh, jadi bisa jagain dady lebih baik.” Cerocos Samira dengan wajah bahagianya.

“Sam….” Bisik Andika seraya tersenyum kelu.

“Ya daddy,,,” Samira mendekatkan wajahnya pada Andika. Ia mengusap butiran bening yang menetes di wajah pucat Andika lalu mengecup pipi sang ayah dengan lembut.

“Janji sama dady, kamu gag boleh sakit-sakit lagi ya nak… “ kalimat pertama terdengar parau dari mulut Andika. Samira mengangguk dengan cepat. “Samy harus jadi anak yang kuat. Hidup dengan baik dan bahagia. Pilihlah laki-laki yang bisa jaga samy lebih baik dari dady. Dady sayang Samy…” ujar Andika dengan terbata-bata. Samira kembali terangguk dengan patuh. Ia menggenggam tangan Andika yang kekuningan karena pucat.

“Handoko, tolong jaga putri saya, seperti kamu menjaga anak kamu sendiri. Lindungi dia dari mereka.” Lanjut andika dengan nafas yang terasa berat dan dangkal.

“Nggak daddy, samy cuma mau di jagain sama dady. Dady harus sembuh… nanti samy bikinin roti isi pake coklat lagi. Nanti kita jalan-jalan ke pantai, samy janji samy gag akan minta di gendong. Samy akan jalan sendiri dan tidak akan menginjak duri bulu **** lagi” cerocos Samira terbata-bata sambil mengusap sendiri air matanya dengan kasar.

Andika hanya tersenyum. Ia mengusap lembut wajah samira. Ia begitu merindikan gadis ceria yang mengisi hidupnya selama 7 tahun ini. Samira adalah hidupnya dan Andika adalah segalanya bagi Samira. Mereka adalah dua orang yang selalu ada untuk satu sama lain dengan kasih sayang yang terjalin erat.

“I love you sam… Maafkan dady…” tukasnya. Nafas Andika semakin berat. Beberapa kali monitor jantungnya berbunyi.

“Dok, kenapa ini?” tanya Handoko yang mulai panik.

Dokter segera memeriksa Andika dengan cepat. Namun ia hanya menggelengkan kepalanya. Jantung Samira berdetak tak menentu. Andika mulai menutup matanya perlahan, nafasnya begitu pelan nyaris tidak terdengar.

“Tuan andika, sepertinya menyerah tuan. Kami mohon maaf. Mohon bisikkan do’a di telinganya…” terang sang dokter dengan wajah sendunya.

“Nggak, dady akan bangun. Dady janji mau nemenin samy sampe samy kuliah terus menikah. Daddy sendiri yang akan mengusir laki-laki yang mengganggu samy. Dady, ayo dady bangun, dady harus tepati janji dady…” rengek Samira seraya membuat janji kelingking dengan Andika. Namun nyatanya tangan Andika terkulai lemas di hadapan Samira. Samira hanya bisa terpaku dengan lelehan air mata di kedua pipinya.

“Non Samy….” Handoko meraih tangan samira. Berusaha menghentikan semua yang samira lakukan. Kini tatapan polos itu beralih menatap Handoko.

“Ssttt…  Dady  lelah, dia tidur. Jangan ada yang mengganggunya.” Lirih Samira.

Handoko menggelengkan kepala lalu tertunduk lesu. Ia terisak di hadapan Samira yang tengah mengingkari semua yang dilihatnya.

Detak jantung Andika semakin melemah, Samira tidak lagi merasakan hembusan hangat nafas Andika. Sementara Handoko, terus melafalkan do’a-do’a di dekat Andika, membuat suasana semakin mencekam bagi Samira kecil.

Samira berusaha membaca situasi saat ini. Ia menatap satu per satu orang yang ada di hadapannya. Rasanya ia mulai paham kondisi saat ini.

“Dady, jangan tinggalin samy… samy sama siapa kalo dady gag ada…..” teriak Samira dalam tangisnya. Handoko memeluk Samira dengan erat.

“Non samy harus kuat, jangan seperti ini. Nanti dady bersedih…” lirih Handoko. Samira merasa tubuhnya begitu lemas.

Ia ikut melafalkan do’a yang dibisikan Handoko. Dengan tangis berurai bibirnya mengucap do’a-do’a untuk ketenangan ayahnya.

“Ttiiiit……” sebuah suara panjang terdengar dari monitor. Nafas Andika benar-benar terhenti. Pun detak jantungnya tak lagi terasa. Waktu Andika berakhir, kesempatannya menjaga Samira telah habis, kini Samira sendirian. Dunianya hancur seketika dan langit yang terasa runtuh menimpanya. Sesak, tak bertenaga, hanya itu yang ia rasakan. Mengikhlaskan, jalan satu-satunya yang harus ia pilih kata Handoko. Tapi seperti apa bentuk ikhlas itu? Nalar kecilnya tidak sampai sana. Tidak ada yang memberinya pengertian, ia sendirian tak mempunyai siapa-siapa tanpa Andika di sampingnya.

“Dady…. I love you….” Lirihnya dalam kesedihan yang mendalam.

****

Terpopuler

Comments

Tia rabbani

Tia rabbani

😢

2024-04-18

0

Bunda dinna

Bunda dinna

Trlalu menyayat hati

2023-02-18

1

Kurnit Rahayu

Kurnit Rahayu

sumpah nysek bnget bkin gw mwek...ne air mata ngalir trus kga MW d rem jdi gdek m ci ananta

2022-05-09

1

lihat semua
Episodes
1 Langganan
2 I miss U
3 Kalung dady
4 Bocah!!
5 Tak risih
6 Dady…. I love you
7 Gila!
8 Pak guru
9 Sakit
10 Kalian penting.
11 Tatapan itu...
12 Dasar gila!
13 I’m Stuck With You...
14 2 orang menyebalkan
15 Menghilang
16 Pohon harapan
17 Samiraaaaaa!!!!!
18 Sate kenangan
19 Cerita Intan
20 Pergilah, itu lebih baik untuk kita berdua
21 Ananta
22 Jangan lama dady...
23 Anda?
24 Apa ini namanya ciuman?
25 Urusan kita tidak sependek yang kamu kira
26 Sarapan pagi
27 Sangat manis
28 Gebetan
29 Bola basket
30 Ketemu produser
31 Sepiring nasi goreng
32 Gemintang
33 Ancaman
34 Lembutt...
35 Cup!
36 Baku hantam
37 Kue untuk Samy
38 Cukup!!!
39 Drama korea
40 Viral
41 Fitnah
42 Samira Alesya Putri
43 I love you
44 Masa lalu
45 Ulang tahun
46 Kado Selly
47 Menunggu....
48 Akan merindukanmu...
49 Bimbang
50 Pesta ulang tahun
51 Berbalik
52 Keyakinan
53 Bukan diriku
54 Haluuu Sesion
55 Kejutan besar
56 Refleksi Ananta
57 Tatap-tatapan
58 Kenangan masa kecil
59 Tebing pertahanan Samira
60 Astaga, mati gue!
61 Surprise no surprise
62 Mengikhlaskan
63 Hati yang terluka
64 Kegalauan Selly
65 Kencan
66 Para paparazi
67 Dalang paparazi
68 Terabaikan
69 Cookies terakhir
70 Berjarak
71 single mother
72 Semakin mendekat semakin menghindar
73 Tanpa titik temu
74 Kebencian
75 Jangan lagi peduli
76 Om Barra
77 Menyempurnakan kesalahan
78 Meninggalkan kesalahan
79 Pilihan Samira
80 Mulai peduli
81 Ancaman Selly
82 Inikah sesal?
83 Kamar 301
84 Kejutan di pagi hari
85 Kesempatan Barra
86 Kamu harus baik-baik saja
87 Meet dady
88 “Mommy, are you okey?”
89 kedekatan
90 Kepang by mommy
91 Dilema perpisahan
92 Mengenang
93 mendekat dan menjauh
94 Rapat manajemen
95 Pertemuan tidak diduga
96 Tidak bisa berpura-pura
97 Mimpi indah
98 Masih peduli
99 Om Chairil
100 I love her
101 Hari bersama Selly
102 Devia
103 Penyesalan Andreas
104 Kepastian
105 Jatuh cinta lagi
106 Salah orang
107 Peringatan Erik
108 Pertemuan
109 Keputusan Samira
110 Beranjak dari masa lalu
111 It's not goodbye
112 Aisyah
113 Waktu
114 Mimpi Barra
115 Menunggu atau mengejar
116 Makan malam
117 Kebanggan Handoko
118 Tamu tak di duga
119 Gardenia
120 Camping
121 Marigold cafe
122 Menikmati waktu berdua
123 Tersekap
124 Luka-luka Samira
125 Pulang
126 Pelukan mommy
127 Double date
128 Luka Ananta
129 Be Mine
130 Thank you
131 EP (Extra Part) 1
132 EP (Extra Part) 2
133 EP (Extra Part) 3
134 EP (Extra Part) 4
135 EP (Extra Part) 5
136 EP (Extra Part) 6
137 EP (Extra Part) 7
138 EP (Extra Part) 8
139 EP (Extra Part) 9
140 EP (Extra Part) 10
141 EP (Extra Part) 11
142 EP (Extra Part) 12
143 EP (Extra Part) 13
144 EP (Extra Part) 14
145 EP (Extra Part) 15
146 EP (Extra Part) 16
147 EP (Extra Part) 17
148 EP (Extra Part) 18
149 EP (Extra Part) 19
150 EP (Extra Part) 20
151 EP (Extra Part) 21
152 EP (Extra Part) 22
153 EP (Extra Part) 23
154 EP (Extra Part) 24
155 EP (Extra Part) 25
156 EP (Extra Part) 26
157 EP (Extra Part) 27
158 EP (Extra Part) 28
159 EP (Extra Part) 29
160 EP (Extra Part) 30
161 EP (Extra Part) 31
162 EP (Extra Part) 32
163 EP (Extra Part) 33
164 EP (Extra Part) 34
165 EP (Extra Part) 35
166 EP (Extra Part) 36
167 EP (Extra Part) 37
168 EP (Extra Part) 38
169 EP (Extra Part) 39
170 EP (Extra Part) 40
171 EP (Extra Part) 41
172 EP (Extra Part) 42
173 EP (Extra Part) 43
174 EP (Extra Part) 44
175 EP (Extra Part) 45
176 EP (Extra Part) 46
177 EP (Extra Part) 47
178 EP (Extra Part) 48
179 EP (Extra Part) 49
180 EP (Extra Part) 50
181 EP (Extra Part) 51
182 EP (Extra Part) 52
183 EP (Extra Part) 53
184 EP (Extra Part) 54
185 EP (Extra Part) 55
186 EP (Extra Part) 56
187 EP (Extra Part) 57
Episodes

Updated 187 Episodes

1
Langganan
2
I miss U
3
Kalung dady
4
Bocah!!
5
Tak risih
6
Dady…. I love you
7
Gila!
8
Pak guru
9
Sakit
10
Kalian penting.
11
Tatapan itu...
12
Dasar gila!
13
I’m Stuck With You...
14
2 orang menyebalkan
15
Menghilang
16
Pohon harapan
17
Samiraaaaaa!!!!!
18
Sate kenangan
19
Cerita Intan
20
Pergilah, itu lebih baik untuk kita berdua
21
Ananta
22
Jangan lama dady...
23
Anda?
24
Apa ini namanya ciuman?
25
Urusan kita tidak sependek yang kamu kira
26
Sarapan pagi
27
Sangat manis
28
Gebetan
29
Bola basket
30
Ketemu produser
31
Sepiring nasi goreng
32
Gemintang
33
Ancaman
34
Lembutt...
35
Cup!
36
Baku hantam
37
Kue untuk Samy
38
Cukup!!!
39
Drama korea
40
Viral
41
Fitnah
42
Samira Alesya Putri
43
I love you
44
Masa lalu
45
Ulang tahun
46
Kado Selly
47
Menunggu....
48
Akan merindukanmu...
49
Bimbang
50
Pesta ulang tahun
51
Berbalik
52
Keyakinan
53
Bukan diriku
54
Haluuu Sesion
55
Kejutan besar
56
Refleksi Ananta
57
Tatap-tatapan
58
Kenangan masa kecil
59
Tebing pertahanan Samira
60
Astaga, mati gue!
61
Surprise no surprise
62
Mengikhlaskan
63
Hati yang terluka
64
Kegalauan Selly
65
Kencan
66
Para paparazi
67
Dalang paparazi
68
Terabaikan
69
Cookies terakhir
70
Berjarak
71
single mother
72
Semakin mendekat semakin menghindar
73
Tanpa titik temu
74
Kebencian
75
Jangan lagi peduli
76
Om Barra
77
Menyempurnakan kesalahan
78
Meninggalkan kesalahan
79
Pilihan Samira
80
Mulai peduli
81
Ancaman Selly
82
Inikah sesal?
83
Kamar 301
84
Kejutan di pagi hari
85
Kesempatan Barra
86
Kamu harus baik-baik saja
87
Meet dady
88
“Mommy, are you okey?”
89
kedekatan
90
Kepang by mommy
91
Dilema perpisahan
92
Mengenang
93
mendekat dan menjauh
94
Rapat manajemen
95
Pertemuan tidak diduga
96
Tidak bisa berpura-pura
97
Mimpi indah
98
Masih peduli
99
Om Chairil
100
I love her
101
Hari bersama Selly
102
Devia
103
Penyesalan Andreas
104
Kepastian
105
Jatuh cinta lagi
106
Salah orang
107
Peringatan Erik
108
Pertemuan
109
Keputusan Samira
110
Beranjak dari masa lalu
111
It's not goodbye
112
Aisyah
113
Waktu
114
Mimpi Barra
115
Menunggu atau mengejar
116
Makan malam
117
Kebanggan Handoko
118
Tamu tak di duga
119
Gardenia
120
Camping
121
Marigold cafe
122
Menikmati waktu berdua
123
Tersekap
124
Luka-luka Samira
125
Pulang
126
Pelukan mommy
127
Double date
128
Luka Ananta
129
Be Mine
130
Thank you
131
EP (Extra Part) 1
132
EP (Extra Part) 2
133
EP (Extra Part) 3
134
EP (Extra Part) 4
135
EP (Extra Part) 5
136
EP (Extra Part) 6
137
EP (Extra Part) 7
138
EP (Extra Part) 8
139
EP (Extra Part) 9
140
EP (Extra Part) 10
141
EP (Extra Part) 11
142
EP (Extra Part) 12
143
EP (Extra Part) 13
144
EP (Extra Part) 14
145
EP (Extra Part) 15
146
EP (Extra Part) 16
147
EP (Extra Part) 17
148
EP (Extra Part) 18
149
EP (Extra Part) 19
150
EP (Extra Part) 20
151
EP (Extra Part) 21
152
EP (Extra Part) 22
153
EP (Extra Part) 23
154
EP (Extra Part) 24
155
EP (Extra Part) 25
156
EP (Extra Part) 26
157
EP (Extra Part) 27
158
EP (Extra Part) 28
159
EP (Extra Part) 29
160
EP (Extra Part) 30
161
EP (Extra Part) 31
162
EP (Extra Part) 32
163
EP (Extra Part) 33
164
EP (Extra Part) 34
165
EP (Extra Part) 35
166
EP (Extra Part) 36
167
EP (Extra Part) 37
168
EP (Extra Part) 38
169
EP (Extra Part) 39
170
EP (Extra Part) 40
171
EP (Extra Part) 41
172
EP (Extra Part) 42
173
EP (Extra Part) 43
174
EP (Extra Part) 44
175
EP (Extra Part) 45
176
EP (Extra Part) 46
177
EP (Extra Part) 47
178
EP (Extra Part) 48
179
EP (Extra Part) 49
180
EP (Extra Part) 50
181
EP (Extra Part) 51
182
EP (Extra Part) 52
183
EP (Extra Part) 53
184
EP (Extra Part) 54
185
EP (Extra Part) 55
186
EP (Extra Part) 56
187
EP (Extra Part) 57

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!