“Silakan duduk pak barra.” Sambut kepala sekolah saat melihat kedatangan Barra.
“Terima kasih pak…”
Barra duduk dihadapan kepala sekolah. Ia disodori sebuah map berwarna biru dengan tulisan ekstrakulikuler.
“Pak barra, sekolah kita memiliki 6 esktrakulikuler. Salah satunya adalah kelompok remaja pecinta alam. Kebetulan, pak aris, guru olah raga sebelumnya adalah guru pembimbing untuk ekskul ini. Nah saya mau minta bantuan pak barra, bisa?” tanya kepala sekolah dengan penuh harap.
“Bantuan seperti apa yang bapak minta?” Barra balik bertanya.
“Begini, ekskul ini akan melaksanakan kemah bakti terakhirnya sabtu ini. Saya harap pak barra bisa menjadi guru pendamping untuk mereka. Apakah bapak bisa?”
Untuk beberapa saat Barra termenung. Menjadi guru pendamping tentu bukan hal yang mudah apalagi untuk kegiatan di luar sekolah. Tapi sepertinya kepala sekolah menaruh harapan besar padanya.
“Baik pak, saya bersedia.” Sahutnya.
“O syukurlah… Ini adalah daftar nama siswa yang ikut, sekitar 27 orang. Ketua ekskulnya bagas, siswa kelas 3 IPS 2. Rencananya, bu isma juga akan ikut untuk membantu akomodasi di sana.” Terang kepala sekolah yang membuat Barra terangguk.
Bagi Barra, ini adalah tanggung jawab pertamanya dan ini salah satu cara untuknya belajar mengurus para siswanya.
Barra kembali ke ruang guru, namun Samira sudah tidak ada di sana. Kaca ruangan pun sudah sangat bersih. Ia tersenyum pada dirinya sendiri, entah alasan apa yang membuat dia harus mencari gadis ini.
****
Bell penanda istirahat baru berbunyi dan para siswa berhamburan menuju kantin. Setelah tugas bersih-bersihnya selesai, Samira memang tidak kembali ke kelas. Ia perlu mengistirahatkan tubuhnya yang berkeringat.
Ia pergi ke taman belakang sekolah dan duduk di bangku panjang yang ada di sana. Ia tengah menyeruput minuman dingin seraya mendengarkan kembali suara Ariana Grande. Samira memejamkan matanya, menikmati setiap nada yang mengalun indah. Hatinya ikut bergumam namun tak lantas merubah air mukanya yang dingin.
Tanpa sengaja, Barra yang baru selesai bertelephone, melihat Samira di tempatnya. Ia berjalan mendekat dan duduk di samping Samira. Sepertinya Samira tidak menyadarinya. Barra tersenyum tipis memandangi wajah yang berada di sampingnya. Sedekat ini, Samira terlihat semakin cantik. Barra mengambil headset sebelah kiri Samira dan saat itu juga Samira membuka matanya. Ia menoleh orang di sampingnya yang begitu tidak sopan mengganggu ketenangannya.
“Lo, mau….” Kalimat Samira terhenti saat sadar siapa orang yang telah berani mengganggunya. Saat Samira menoleh, ternyata Barra pun sedang memandanginya membuat mata keduanya bertatapan dalam satu garis yang sama dan sangat dekat satu sama lain. Bahkan Samira bisa dengan jelas merasakan hembusan nafas Barra yang menerpa wajahnya.
Samira menelan ludahnya kasar lalu segera memalingkan wajahnya.
“Ada apa bapak ke sini? Masih mau meledek saya?” tanya Samira dengan ketus.
“I’m Stuck With You, Stuck With You, Stuck With You…” Barra mengutip salah satu bait syait lagu tersebut tanpa memperdulikan tatapan dingin Samira. Ia menyanyikannya dengan penuh kesungguhan. Samira berdecik, laki-laki di sampingnya benar-benar menyebalkan.
Harus Samira akui, suara Barra memang cukup bagus dan terus terngiang di telinganya di banding rekan duet penyanyi aslinya, oopps!!
Samira segera menarik headset miliknya dengan kasar.
“Loh kenapa? Udah tinggal reff klimaks-nya loh.” Protes Barra dengan santai.
“Reff klimaks mata lo?!” ketus Samira tanpa peduli protesan Barra. Matanya membulat sempurna dan membuat Barra terkekeh di tempatnya.
“Kenapa, ada yang salah dengan kalimat saya? Atau kamu mengartikannya lain?” tanya Barra dengan tatapan tajamnya pada Samira.
“Otak lo yang mikirnya lain!” seru Samira dengan sinis. Ia segera beranjak dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan Barra.
“Hey, jangan kasar begitu. Saya guru kamu loh.” Seru Barra dengan suara cukup kencang.
Samira tak menjawabnya. Ia menunjukkan jari tengahnya ke arah Barra dan membuat Barra tergelak dengan renyah.
“Murid kurang ajar!” gumamnya saat tawanya terhenti. Untuk beberapa saat ia terdiam, memandangi Samira yang pergi meninggalkannya dengan langkah panjang dan tergesa-gesa.
Barra mengusap dada kirinya perlahan. Kenapa ia harus sesenang ini membuat sang gadis marah? Kenapa sangat menarik ketika ia berhasil menggoda Samira?
“Desiiwww!” Barra berlagak menembak kepalanya sendiri.
“Bener sam, otak gue yang mikirnya lain.” gumamnya seraya tersenyum. Entah lain untuk hal apa.
****
Bagas tengah duduk di hadapan Barra setelah beberapa menit lalu guru barunya meminta ia untuk menghadap.
“Kamu ketua ekskul ini?” tanya Barra memulai perbincangan.
“Iya pak, saya ketuanya.” Sahut Bagas singkat.
“Hemm okey… Saya menerima tugas sebagai guru pembimbing kalian di acara kemah bhakti nanti. Bisa kamu ceritakan rencana kegiatannya seperti apa?”
“Oh baik pak.. ini run down yang sudah saya buat, mungkin bisa bapak lihat dulu.” Bagas menyodorkan proposal singkat yang sudah di buatnya.
Barra mulai membaca dengan seksama proposal yang diberikan Bagas. Sesekali mereka tampak berdiskusi. Barra tersenyum tipis saat melihat siapa saja yang akan ikut dalam acara tersebut dan sepertinya akan cukup menarik.
“Kamu sudah konfirmasi ulang untuk masalah transportasinya?”
“Sudah pak. Jam 12 siang mereka sudah ready di depan parkiran sekolah jadi ada waktu sekitar 2 jam untuk kita bersiap-siap memasukkan semua barang bawaan.” Terang Bagas lagi.
“Okey, sepertinya persiapan sudah matang. Tolong bawakan saya perkiraan anggaran yang kamu buat.”
“Siap pak.” Bagas menyanggupi. Barra hanya mengacungkan ibu jarinya pada Bagas sebelum sang murid tersebut benar-benar pergi.
*****
“Sam, lo tau malik gag anak IPA 3?” tanya Selly dengan mata berbinar-binar.
“Nggak, kenapa emang?” Samira balik bertanya.
Terlihat Selly yang malu-malu sambil melirik ke salah satu anak laki-laki yang sedang berdiri di pintu kelasnya. Samira bisa membaca kode yang di berikan Selly.
“Astaga, calon ipar gue selanjutnya itu?” tanya Samira yang menahan tawanya.
Selly terangguk yakin. Ia pun melambaikan tangannya seraya tersenyum manis pada laki-laki bertubuh jangkung dan bermata sipit tersebut. Samira hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya. Seingat Samira, ada 57 laki-laki yang diketahui sebagai mantan pacar sahabatnya. Dan laki-laki Malik ini entah akan menjadi yang terakhir atau akan menjadi mantan berikutnya yang hanya bertahan dalam hitungan bulan.
“Gue do’ain dia jadi yang terakhir ya buat lo, jangan galau-galau lagi, jangan mewek-mewek lagi dan jangan jomblo lagi. Cape otak gue ngafalin nama-nama mantan lo. Tiap pergi, pasti gue ketemu mantan lo yang entah keberapa.” Protes Samira.
“Hahahaha… tenang sam, dia tipe gue banget. Pinter tapi gag cupu.” Pujinya dengan sepenuh hati.
Padahal, mantan pacar sebelumnya pun ia bilang sebagai tipe dia banget. Haaahh Selly, memang sangat menghibur.
Di dalam kelas terlihat Bagas yang sedang duduk berdua bersama Intan. Mereka tampak serius, entah sedang membahas apa. Samira tidak ingin tau, karena ia memang tidak peduli. Ia segera duduk di kursinya, menunggu bell jam pelajaran berikutnya di mulai.
“Sam, lo tau gag, katanya si intan dateng ke rumah bagas. Dia ngajak bagas nonton tapi di tolak, jadi dia baik-baikin nyokapnya gitu.” Bisik Selly yang terkekeh di akhir kalimatnya.
“Terus urusannya sama gue apa sel?” tanya Samira dengan malas.
“Iihh lo gimana sih, ya berarti lo saingan sama si intan.” Sungut Selly dengan gemas.
“Saingan? Dalam hal apa? Rebutin bagas? Gue gag ada waktu selly.” Bantah Samira yang segera mengeluarkan buku-bukunya.
“Lo yakin gag ada perasaan gitu sama si bagas?”
“NGGAK! Udah ya, lo gag usah nanya-nanya lagi.” Tegas Samira.
Selly hanya terangguk. Pandangannya kembali terarah pada Bagas dan Indah. Ia berdecik sebal saat melihat Intan yang sok manis di hadapan Bagas.
“Ish! Busuk ya busuk aja! Munafik!” dengus Selly seraya membuka buku catatannya dengan kesal.
Samira yang mendengar kekesalan Selly hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Dalam beberapa saat ponsel Samira menyala, sebuah notifikasi pesan masuk. Samira menunjukkan pesannya pada Selly.
“Sam, boleh minta laporan persiapan kegiatan gag?” tulis Bagas.
“Gue samperin gag nih?” tanya Samira pada Selly.
“Ya samperin laahh… Biar mereka gag mesum di kelas.” Sahut Selly seraya mendelik.
“Intan pasti gag suka. Gue gag mau cari masalah.” Timpal Samira.
“Lo pasang muka dingin kayak biasanya. Ngomong seperlunya. Dan bukan lo banget ngehindar dari masalah.” Ujar Selly seraya menepuk-nepuk bahu kiri Samira.
Samira hanya terangguk. Ia segera beranjak menghampiri Bagas dengan membawa beberapa lembar kertas.
“Nih..” Samira memberikan kertas tersebut pada Bagas.
“Bisa nanti aja gag sih, lo gag liat gue sama bagas lagi serius? Kebiasaan deh ganggu banget!” seru Intan dengan wajah kesalnya.
“Gue cuma mau ngasih ini doang. Tenang aja, gue gag bakal ganggu.” Sahut Samira dingin.
“Makasih sam.” Bagas mencoba menengahi.
Terdengar decikan sebal dari mulut Intan yang diabaikan begitu saja oleh Samira. Samira segera kembali ke mejanya namun tidak lantas menghilangkan kekesalan Intan. Sudahlah, Samira tidak peduli.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Anonymous
samira bahasanya kurang sopan ke pak barra,,walaupun karakternya samira keras tapi paling gak tau tempat lah...masa ngomong ke guru bahasanya kasar bgitu sih
2023-05-14
1
Bunda dinna
Samira orangnya cuek dan dingin..ketemu Barra yg receh dan hangat
2023-02-19
1
Ratna Sari
visual nya thor
2021-03-12
1