BAB 11

Angga segera memesan makanan. Alysa dan Edward tampak sedang bermain bersama. Setelah itu, Angga segera menghampiri mereka kembali. Diam-diam Angga memfoto mereka, terlihat senyum kecil dibibirnya.

Kenapa saya merasa nyaman ketika dekat dengannya? Masa iya saya mencintainya? saya suka dengan bawahan sendiri? Itu tidak mungkin. Saya tidak mencintainya, lagian itu semua karena Edward aja.

Seorang pelayan membuyarkan lamunan Angga dan segera meletakkan makanannya.

"Silahkah dinikmati. Kalau Bapak dan Ibu perlu sesuatu, bisa panggil saya," ucap pelayan berindentitas laki-laki. Tak berapa lama, ia langsung pergi.

"Ayo di makan," titah Angga. Alysa mengangguknya dan segera memakannya, perutnya sudah keroncongan dari tadi.

"Tante-tante Edwald mau disuapin," rengek Edward.

"Iya, tante suapin ya. Ayo buka mulutmu, anak tampan harus makan yang banyak biar sehat."

"Ammmm..."

"Jangan terlalu dimanja, biarkan saja dia makan sendiri," celetuk Angga sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tidak apa-apa, Pak. Kasihan dia masih kecil. Dia butuh kasih sayang orang tuanya, ya meskipun saya bukan orangtuanya sendiri, itu tidak masalah bagi saya," balas Alysa yang membuat Angga tertegun dengan ucapannya.

"Dewasa sekali kau. Apa kau sudah menikah? Udah punya anak?" tanya Angga penasaran dan menghentikan acara makannya demi mendengar apa yang akan diucapkan oleh Alysa.

"Belum, Pak. Saya masih lajang," ujar Alysa tanpa melirik Angga yang berada di depannya.

"Benarkah? Kok bisa sedewasa itu?" tanya Angga meyakinkan.

"Saya punya dua adik Pak, di kampung. Jadi saya tahu caranya mendidik anak kecil itu gimana. Karena anak kecil itu ya sukanya dimanja, Bapak tau sendirikan?"

"Iya, makasih udah jagain anak saya dari siang tadi."

"Iya Pak, sama-sama. Maaf Pak kalau boleh saya tahu, Mamanya Edward kemana ya? Kok dari tadi saya tidak melihatnya. Dikantor tidak ada, sekarang juga tidak ada."

"Istri saya udah meninggal empat tahun yang lalu setelah melahirkan Edward. Dan sekarang saya duda."

"Pak maaf, saya tidak bermaksud begitu."

"Tidak apa-apa. Eh iya, nama kau siapa?"

"Nama saya Alysa pak. Kenapa bapak gak nyari Mama buat Edward? Kwsihan lho Pak, Edward masih kecil dan butuh kasih sayang dari orangtuanya."

"Oh Alysa, nama yang bagus. Lagi nunggu yang pas dihati haha..."

"Bapak bisa aja."

Merekapun segera melanjutkan acara makannya. Edward begitu senang hari ini, ya mungkin karena ada Alysa kali ya? Setelah selesai makan, mereka pun segera pergi.

"Pulang ke arah mana? Biar saya antar."

"Dari sini lurus aja Pak, terus nanti ada belokan ke kanan disana ada kontrakan kecil."

"Oke. Kau sendirian kah?"

"Iya Pak, saya sendirian."

Angga pun melajukan mobilnya setelah Alysa memberitahunya. Diperjalanan tak ada suara apapun. Tak berapa lama Alysa tertidur dengan memeluk Edward. Angga fokus melajukan mobilnya dan sesekali ia melirik Alysa yang tertidur. Terlihat sangat cantik.

Kok dia cantik banget? Putih, tinggi, dewasa, mandiri, dan juga lesung pipinya. Mana ada perempuan lain seperti dia. Edward, apa kau menginginkan sosok ibu? Kalau kau menginginkannya, Papa akan segera mencarinya. Angga tersenyum dan tatapannya masih pada sosok wanita cantik yang berada di sampingnya. Selama ini ia tidak pernah sebahagia ini, namun entah ada apa hari ini ia ditakdirkan bertemu dengan wanita ini. Wanita yang selalu ceria dan juga masih terlihat polos.

Tak berapa lama Angga memberhentikan mobilnya tepat di depan kontrakan Alysa. Namun, Alysa masih belum juga bangun. Angga berfikir untuk membangunkannya, tapi ia terlihat kebingungan.

Gimana saya banguninnya? Kasihan sekali dia tidur pulas banget. Tapi saya harus membangunkannya.

Angga mulai membangunkan Alysa dengan menggoyangkan tangannya. Ia begitu gemetar, entah ada apa yang terjadi dengannya? Jantungnya berdetak dengan kencang. Keringat dingin mulai bercucuran.

"Hey...Ayo bangun, ini sudah sampai," ucap Angga lirih, tangannya menyentuh punggung tangan Alysa.

Perlahan-lahan Alysa mulai membuka matanya. Ia terkejut ketika wajah Angga sangat dekat dengan wajahnya. Alysa segera memalingkan wajahnya.

Aduh, kenapa pak Angga ngelihatin terus sih? Apa dari tadi dia ngelihatin aku terus?

Setelah adegan tatap-tatapan dengan Direkturnya, Alysa segera pergi, tak lupa ia berterima kasih pada Angga yang sudah mengantarkannya pulang dan juga sudah mentraktirnya makan malam untuk hari ini.

"Kalau gitu saya masuk ya, Pak. Terimakasih untuk semuanya pak, sebenarnya bapak tidak perlu repot-repot mengantarkan saya," ucap Alysa menunduk karena menahan kantuknya.

"Tidak apa-apa. Kau itu karyawan saya, saya berhak atas keselamatan kau. Ayo cepat tidur, kau terlihat capek sekali. Apa besok mau sekalian dijemput? Rumah saya gak terlalu jauh dari sini," ucap Angga membuat Alysa menatapnya tidak yakin.

"Ti-tidak usah, Pak. Saya tidak mau merepotkan Bapak. Saya masuk dulu Pak, Bapak hati-hati dijalannya." Alysa tersenyum kecil, setelah itu Angga segera melajukan mobilnya.

Aduh kenapa jadi deg-degan banget sih? Kenapa Pak Angga baik banget padaku? Apa dia mencintiku? Masa sih dia mencintaiku, jelas-jelas aku tidak layak bersanding dengannya. Lagian pak Angga tidak akan melihatku, aku cuma bekerja dengannya.

Terpopuler

Comments

yuce

yuce

othor prang batak kali ya .makanya dipanggil kau ketahuan nih asal darimana hahahahaa

2023-04-12

1

Silvalin Silvalin

Silvalin Silvalin

hahaa bnr atour Jangn pakai bhsa kau

2022-05-12

0

Har Tini

Har Tini

alisya masih polos

2021-12-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!