Mendengar suara pintu di ketuk, Angga langsung berdiri menghampiri Alysa yang masih terkejut sama seperti dirinya. Mereka berdua menatap satu sama lain.
"Angga buka pintunya. Ini Mama datang!" teriak Mamanya yang berada di ambang pintu.
"Aduh Mama kesini. Ka-kamu harus segera sembunyi," titah Angga dengan nada kebingungan. Raut wajahnya tidak bisa ia prediksi.
"Sembunyi dimana, Pak?" tanya Alysa lirih agar tak terdengar keluar.
"Dimana ya, sebentar," sahut Angga sembari memikirkan.
"Angga, kamu lagi ngapain sih? Kok lama, pintunya buka malah dikunci lagi," teriak Mamanya lagi.
"Aduh gimana ini, Pak. Saya harus sembunyi dimana?" Alysa semakin kebingungan.
Angga benar-benar kebingungan harus menyembunyikan Alysa di ruangan mana. Karena di ruangannya hanya ada ruangan kerja dan toilet saja. Akhirnya Angga mempunyai ide kalau Alysa sebaiknya di sembunyikan di toilet saja.
Aku sembunyikan dia di toilet saja. Lagian Mama gak akan lama disini. Batin Angga membuat Alysa mengernyitkan dahinya.
"Cepet, Pak. Saya harus sembunyi dimana?" tanya Alysa.
"Kamu sembunyi di toilet, gak apa-apa kan? Lagian Mama saya sebentar ke sininya."
"Ya udah, Pak. Saya sembunyi di toilet saja. Ayo Pak buka pintunya, kasihan Mamanya nungguin," ucap Alysa.
Alysa segera ke toilet, dan Angga menghela nafasnya dengan kasar lalu segera membukakan pintunya. Saat dibuka, tampak Mamanya sedang marah padanya sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Kenapa lama dibukanya? Hampir lima menit Mama nunggu!" ucap Mamanya membuat Angga menghela nafasnya kembali.
"Hehe...Maaf Ma, barusan Angga abis nyelesain kerjaan. Ayo masuk," sahut Angga mempersilahkan Mamanya masuk ke dalam.
Angga dan Mamanya segera masuk. Perasaan Angga sedikit tidak tenang dengan keberadaan Mama di ruangan pribadinya. Mamanya segera duduk di sofa sembari melihat setiap sudut ruangan, tampak sedikit berbeda dengan adanya beberapa lukisan dan juga foto-foto Angga dan Edward yang terpajang disana. Angga segera duduk di sampingnya sembari memainkan ponselnya.
"Sebenarnya, Mama mau ngapain kesini? Angga lagi sibuk banget!" tanya Angga tiba-tiba.
"Mama kesini mau membicarakan sesuatu padamu mengenai statusmu yang sekarang menduda. Dan Mama inisiatif memberikan calon Ibu untuk Edward," ucap Mama membuat Angga terlihat marah setelah mendengarnya.
Alysa yang berada di toilet mendengar semua percakapan antara Ibu dan Anak itu. Entah mengapa hatinya sakit ketika Mamanya Angga akan segera menjodohkan Angga dengan wanita lain. Tak terasa bulir-bulir air matanya mulai turun dari pelupuk. Hatinya sakit, sangat sakit. Alysa mencoba untuk tegar dan tidak berharap lebih dengan Angga. Ia hanyalah bawahan Angga dan ia tidak boleh berharap jika Angga akan mencintainya.
Gak apa-apa aku sakit, yang penting pak Angga bahagia dapat wanita pengganti istrinya yang akan ngurusin Edward nanti. Aku harus menjauhinya, karena aku tidak pantas untuk bersanding dengannya. Pak Angga dekat denganku karena ia menyuruhku untuk menjaga Edward saja. Aku tidak boleh berharap, tidak boleh. Alysa menangis.
"Nanti saja Ma, Angga gak mau nikah dulu. Angga mau fokus ngurusin Edward," ucap Angga dengan nada tidak suka.
"Ngurusin Edward aja kau masih nyuruh Mama? Gimana nanti kalau Edward sudah dewasa. Apa kau tidak kasihan dengannya yang masih kecil tanpa kasih sayang dari seorang Ibu. Fikirkan ,dia itu anakmu, jangan egois Angga. Mama sayang sama kalian. Kau itu anak Mama yang paling besar, dan Edward cucu Mama satu-satunya. Kalau dulu istrimu tidak meninggal, mungkin sekarang Edward akan terurus dan mendapat kasih sayang dari seorang Ibu. Makanya, Mama kesini untuk menjodohkanmu dengan Destia. Dia itu wanita cantik, baik, penyayang anak. Kau pernah lihatkan waktu dia ke rumah Mama? Dia begitu baik dengan Edward," Mamanya langsung marah.
"Iya, Angga memang egois gak pernah mikirim Edward. Tapi, Angga juga punya keinginan untuk ngurusin Edward sendirian Ma. Angga tidak mau berbagi kesempatan ini pada orang lain, yang jelas-jelas Angga tidak mengetahui sifat asli Destia gimana?" ucap Angga dengan memalingkan wajahnya.
"Iya Ga, Mama ngerti. Tapi ini juga untuk kebahagiaan kalian agar Edward ada yang jagain. Kau harus secepatnya menikahi Destia."
"Angga gak akan nikahi wanita itu!" ucap Angga membuat Mamanya terlihat marah lagi padanya.
"Kenapa? Apa dia masih kurang di mata kamu?" tanya Mamanya sedikit meninggi.
"Ya, dia punya kekurangan."
"Apa kekurangan dia, sebutkan?"
"Yang jelas Angga gak suka sama wanita itu. Angga gak akan menikahinya, karena Angga udah punya kekasih yang jauh lebih cantik, lebih sabar dan tentunya Edward pun sangat dekat dengannya."
Kekasihku yang ku sebut itu adalah Alysa. Ya dia Alysa yang sabar jagain dan nemenin Edward main. Walaupun aku baru mengenalnya, aku tidak akan melepaskannya. Dia yang akan menjadi Ibu sambung untuk Edward. Aku akan secepatnya menikahimu Alysa. Batin Angga.
"Siapa wanita yang menjadi kekasihmu itu? Katakan!" tanya Mama.
"Nanti malam juga Mama bakalan tahu. Angga akan membawanya ke rumah Mama."
"Secantik apa kekasihmu di banding Destia?"
"Destia juga kalah dengan kecantikan kekasih Angga."
Keduanya semakin memanas. Angga tidak mau kalah debat dengan Mamanya sendiri. Kalau ia kalah, maka yang harus ia tanggung adalah mengiyakan ucapan Mamanya dan menikah dengan Destia, si wanita yang sangat ia benci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Har Tini
lanjutt
2021-12-20
0
Wati Simangunsong
cieeee cieeee
2021-07-02
0
Pipit Sopiah
takutnya Mama nya ga setuju deh
2021-06-14
1