BAB 4

Alysa melangkahkan kakinya dengan lambat. Sepertinya, ia akan mendapatkan hukuman dari Direkturnya. Perasaannya berkecamuk, badannya melemas, tatapannya kosong. Berkali-kali ia menabrak karyawan lain yang berlalu-lalang. Tak terasa air matanya mulai jatuh dari pelupuk mata. Ia segera memencet tombol lift khusus yang langsung menuju ke ruangan Direktur.

TING

Hanya butuh waktu dua menit, sampailah di lantai teratas dari gedung tersebut. Di mana gedung itu terdiri dari sepuluh lantai. Alysa segera pergi menuju ruangan yang akan menjadikannya seperti hewan. Ia bisa menduga jika Direkturnya akan marah padanya dan bisa saja dia memecatnya di saat itu juga. Alysa bingung, jika ia di keluarkan dari pekerjaannya saat ini, ia harus mencari pekerjaan kemana lagi.

Tepat di depan pintu, Alysa menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Di dalam ruangan itu terdengar suara anak kecil menangis, membuatnya semakin tidak tenang.

TOK TOK TOK

Mendengar suara pintu di ketuk, Angga segera menyuruhnya masuk.

"Masuk...!" titah Angga dengan suara lantang membuat Alysa semakin tak berdaya.

CEKLEK

Alysa membuka pintu dengan pelan, tampaklah di dalam ruangan itu si Tuan Direktur sedang sibuk dengan berkas-berkas yang berada di depannya, dan si kecil Edward sedang menangis dengan keras.

"Permisi, Pak. Maaf sebelumnya saya sudah lancang berbicara seperti ini. Saya mau minta maaf, semua ini salah saya, dan saya siap jika Bapak akan menghukum saya. Asalkan, saya masih bekerja di sini. Sekali lagi, maafkan saya, Pak." Alysa bersimpuh memohon-mohon sembari menundukkan kepalanya dengan rasa yang di selimuti kesalahan.

"Tante cantik. Edwald mau dekat telus sama Tante cantik, enggak mau sama, Papa," melihat kedatangan Alysa ke ruangan Papanya, Edward sangat antusias dengan kedatangannya. Ia beranjak dan berlari menuju Alysa, ia memeluk kakinya Alysa dengan sangat erat supaya tidak pergi jauh darinya.

Alysa terkejut dan segera berjongkok mengimbangi antara dirinya dengan Edward. Alysa mengusapi rambut Edward dengan lembut sembari menyeka air matanya. Edward tampak tenang dan mau berdiam di dekapan Alysa. Alysa tersenyum, lalu menyeka air mata Edward yang sedari tadi menangis dan membuat matanya sembab.

Angga tampak keheranan melihat seorang pegawai cleaning service memohon-mohon padanya dan yang lebih parahnya lagi mengapa anaknya bisa tenang dengan keberadaan wanita itu. Padahal wanita itu baru bertemu dengan anaknya. Ini sangatlah aneh menurutnya.

"Apa? Minta maaf? Maksud Anda, minta maaf untuk apa?" Angga mulai keheranan dengan Alysa.

"Kan semua ini salah saya, Pak. Anak Bapak menangis pasti gara-gara saya 'kan?" lanjut Alysa sembari terus menunduk.

"Saya menyuruh Anda kesini, untuk menenangkan dia (menunjuk ke arah Edward). Bacakan dia dongeng Si Kancil, karena saya masih banyak kerjaan. Ayo cepat ceritakan, saya masih banyak urusan. Anda tidak perlu meminta maaf," ucap Angga dengan tegas tanpa melihat Alysa yang saat itu masih di selimuti ketakutan.

"Ja-jadi, Ba-bapak tidak akan menghukum saya?" tanya Alysa dengan suara gemetaran, lalu menatap Angga yang masih fokus dengan benda di depannya.

"Buat apa saya menghukum, Anda? Cepat ceritain dongeng sampai dia tidak menangis lagi," ucap Angga dengan tegas.

Dasar Tuan dingin dan galak. Bikin orang ketakutan saja.

Alysa segera membawa Edward dan mendudukannya di salah satu sofa yang tidak jauh dari tempatnya berjongkok. Ia mulai menceritakan cerita yang ada di buku itu pada Edward dengan wajah ceria. Edward yang tadinya menangis, kini berhenti setelah Alysa menceritakannya.

Angga menyudahi tangannya sebentar dan melihat keceriaan dua orang yang berada di ruangannya. Edward tampak begitu senang dan juga ceria ketika mendengarkan cerita yang di bacakan oleh wanita itu. Ia masih heran dengan semua ini.

Edward tampak ceria kembali. Matanya berbinar seperti sedang bermain dengan Ibu kandungnya sendiri. Alysa hanya bisa tersenyum sembari melihat kelucuan anak Direkturnya yang kini tersenyum kembali.

"Jadi, Si Kancil di serang oleh beberapa binatang lain. Tau enggak siapa yang menyerangnya?" tanya Alysa.

"Edwald tau, Edwald tau. Yang menyelang Kancil adalah Buaya besal, Tante," Edward menjawab dengan kegirangan.

"Betul, anak Tante memang pinter ya?" ucap Alysa keceplosan, membuat dirinya terdiam sejenak.

Barusan aku bicara anak Tante? Anak Tante? Aduh nih mulut gak bisa di jaga. Bagaimana mungkin aku jadi Ibunya, lagi pula dia sudah memiliki Ibu yang jauh lebih pintar dariku. Eh tapi, Ibunya kemana ya? Kenapa dia tidak ada di sini menceritakan buku ini pada anaknya. Dan yang lebih anehnya lagi, kenapa cuma Pak Angga yang menjaganya dan membawanya ke Perusahaan. Ah, tidak usah berpikir terlalu panjang. Mungkin saja Ibunya sedang memiliki kepentingan yang lain, aku tidak perlu memikirkannya, dan semoga saja si Tuan dingin itu tidak mendengar apa yang aku katakan barusan.

Alysa kembali fokus membaca, hingga Edward pun tidur-tiduran di pahanya. Alysa tersenyum lalu mengusapi rambut Edward dengan lembut.

Terpopuler

Comments

Mis Nia

Mis Nia

alysa..di mana mana tu GX ada yang nama nya anak Tante..😤 yang ada ponakan Tante...itu baru bener..

2022-05-22

0

Meli Melinah

Meli Melinah

jadi keinget ama ank koala da buna 😥aq suka sedih thor klo baca kisah ke gini tp syuka🤗

2022-04-11

0

Har Tini

Har Tini

alisya keceplosan anak tante🤭

2021-12-20

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!