BAB 16

Angga membawa Alysa pergi dari ruangannya. Hari ini ia akan menjemput Edward di sekolah. Setibanya di lobby, semua Staff dan Resepsionis menatap ke arah mereka berdua. Ketika mereka melangkahkan kakinya, Angga mendengar semuanya dan terdiam tepat di depan karyawannya, lalu menatap mereka dengan tatapan dingin dan menakutkan. Angga terlihat marah ketika karyawannya sedang bergosip ria mengenai dirinya dan juga Alysa.

"Ehh, pekerja cleaning services bisa-bisanya ngedeketin, Pak Angga. Gue tau, dia cuma pengen hartanya aja, secarakan Pak Angga banyak uangnya tuh. Gue juga maulah kalau sama Pak Angga," ucap salah satu karyawan Resepsionis.

"Iya, gue juga mikirnya kayak gitu, Din. Pak Angga kan tajir, uang juga sampai triliunan gitu mana mungkin ia menolak emas."

Angga menatap karyawannya satu per satu membuat semua karyawannya menundukkan wajahnya. Alysa yang berada di belakang Angga pun hanya bisa menunduk dan ketakutan jika Angga akan melakukan sesuatu pada karyawannya.

"Kerja yang benar, jangan ngegosip, apa kalian tidak ada pekerjaan hari ini? Percuma saya gaji kalian besar, kalo kerjanya gak bener. Cepet kerja, atau mau saya pecat?" tegas Angga, Alysa hanya menundukkan wajahnya.

"Sa-saya minta maaf, Pak. Kami semua tidak bermaksud begitu," ucap Dina menundukkan wajahnya.

"Iya Pak, kami minta maaf. Tolong Pak jangan pecat saya, saya tidak mau pengangguran," ucap Risa staff perusahaan.

"Maafkan kami semua Pak." ucap Adriana.

"Kalo waktunya kerja, ya kerja. Jangan ngegosip, kayak gak ada kerjaan aja kalian. Kenalin ini calon istri saya, namanya Alysa biar kalian semua tahu!" lanjut Angga dengan tatapan sinis.

Alysa hanya berdiam diri sembari menundukkan wajahnya. Ini pertama kalinya ia melihat Angga semarah ini pada karyawannya. Alysa berdiri tepat di belakang Angga. Sesekali ia mengangkat wajahnya dan memastikan Angga tidak melakukan sesuatu pada karyawannya.

Jadi ngeri.

"I-iya Pak, saya minta maaf."

"Pak, nanti pukul 1 siang dari pihak klien akan datang kesini untuk memastikan sistem yang masih belum kami kembangkan."

"Semuanya batalkan. Kalian kerjakan semua yang belum selesai. Ingat perusahaan kita adalah perusahaan Hardware terbesar, kalo kalian tidak bisa memaksimalkan, kita akan rugi besar."

"Ba-baik Pak, kami akan mengusahakannya semaksimal mungkin. Nanti kami akan membatalkan semuanya."

"Kalo ada tamu yang datang kesini kasih tau, Pak Angga sedang berkunjung ke saudaranya. Dimana Willy?" tanya Angga tegas.

"Itu Willy, Pak" ucap mereka menunjukkan keberadaan Willy yang sedang berjalan menuju keributan. Willy semakin mendekat.

"Ada apa, Pak?" tanya Willy.

"Will awasi mereka semua, saya akan keluar Kota beberapa hari. Dan kau yang akan memimpin perusahaan ini selama saya tidak ada. Kau harus mengecek kembali sistem yang mereka buat, dan kalau ada apa-apa dengan perusahaan ini, ingat kalian semua akan ada akibatnya," ucap Angga marah penuh penekanan, lalu menarik tangan Alysa dan membawanya keluar. Alysa sangat ketakutan dengan apa yang dialaminya barusan. Angga begitu sangat menakutkan.

Pak, jangan ditarik-tarik sakit nih. batin Alysa berusaha melepaskan cengkraman Angga dan terus mengikutinya dari belakang.

"Ya ampun Pak, tangan saya sakit nih, jangan ditarik-tarik," ucap Alysa mengaduh kesakitan membuat Angga segera melepaskannya dan menatap wajah Alysa yang sedang kesakitan akibat ulahnya.

"Ma-maaf saya tidak bermaksud begitu, sebelah mana yang sakitnya?" ucap Angga dengan nada melemah dan meniupkannya pada tangan Alysa yang kemerahan karenanya.

"Yang ini sakit. Pak, jangan marah-marah kasihan pegawai yang lain."

"Kenapa kamu terlihat kasihan dengan mereka? Jelas-jelas mereka sedang bergosip kayak gak ada kerjaan lain aja," lanjutnya sembari terus meniup tangan Alysa.

"Iya Pak Alysa tau, tapi Bapak jangan terlalu emosi kayak gini. Maafkan saja. Kalau Bapak terus marah kayak gini, yang ada nanti pegawai yang lain pada stres, Pak."

"Iya-iya. Ayo kita jemput Edward saja."

Angga segera membuka pintu mobilnya dan segera masuk, begitu juga dengan Alysa. Angga masih terlihat marah, Alysa segera menenangkannya.

"Pak, sudahlah jangan marah-marah terus, nanti cepat tua lho Pak hehe..." ucap Alysa membuat Angga mendonggakkan wajahnya dan tersenyum kecil dibibirnya.

"Iya, makasih kamu yang telah membuat semuanya menjadi lebih baik," ucap Angga lalu mengecup tangan Alysa.

CUP

"Ih Pak, ayo sekarang kita jemput Edward," ucap Alysa memalingkan wajahnya membuat Angga tersenyum kembali dan segera melajukan mobilnya.

Setengah jam kemudian, sampailah mereka di sekolah Edward. Angga segera turun diikuti Alysa dibelakangnya. Ia mulai melihat situasi, namun Edward tak terlihat di sana. Siswa-siswi yang lain sudah berhamburan keluar dari area sekolah. Tapi, Edward kemana? Kenapa dia tidak terlihat disana?

"Kemana Edward ya? Biasanya dia suka duduk disini sambil nunggu jemputan," ucap Angga khawatir, matanya tah henti-henti melihat sekitaran area sekolah.

"Kita tanyakan aja sama security, Pak."

"Edward kamu dimana Nak, udah Papa jemput nih biasanya kamu suka kalau dijemput Papa," gumam Angga sembari terus berjalan ke area gerbang sekolah

Angga dan Alysa segera pergi menemui security sekolah yang berada di ambang pintu gerbang. Angga berlari kecil untuk segera sampai dan menanyakan keberadaan Edward.

"Pak permisi, mau tanya. Bapak lihat anak kecil usianya 4 tahun, biasanya suka duduk disini nunggu jemputan" tanya Angga menanyakan Edward pada seorang security.

"Edward bukan, Pak?" sahut security paruh baya.

"Nah iya, Pak. Edward, dia anak saya. Apa Bapak melihatnya tadi?" tanya Angga dengan wajah yang sangat khawatir.

"Bukannya udah ada yang jemput ya, Pak?" tanya security membuat Angga mengernyitkan dahinya. Siapa yang menjemput anaknya?

"Siapa yang jemputnya, Pak?" tanya Angga.

"Lho, itu kan pacar Bapak yang jemputnya, dan Edward juga sepertinya menyukainya," ucap security membuat Angga dan Alysa saling menatap keheranan.

"Pacar saya cuma yang ini, Pak," ucap Angga sembari menunjuk Alysa.

"Bukan yang ini Pak, katanya dia itu pacar Bapak dan akan segera menikah."

Destia. Berani-beraninya kau bawa Edward dan kau juga berbohong. Awas kau, akan ku habisi. Batin Angga mendengus kesal.

"Makasih, Pak. Ayo sekarang kita pergi!" Angga menarik tangan Alysa dengan sekuat tenaganya, ia benar-benar marah.

"Pergi kemana, Pak? Edwardnya ada dimana?" tanya Alysa keheranan.

"Nanti saja saya ceritakan."

Angga membuka pintu mobilnya dan segera masuk begitu juga dengan Alysa. Tak berapa lama, Angga melajukan mobilnya dengan cepat.

*Flashback on*

Sekitar pukul 10.45 WIB, seorang perempuan sedang berdiri tepat di dekat gerbang sekolah. Ia melihat kesana-kemari mencari keberadaan anak kecil. Lama ia menunggu, akhirnya anak kecil itu keluar dari gerbang dan duduk di kursi halte yang tak jauh dari gerbang sekolah. Perempuan itu tersenyum misterius dan langsung menghampirinya.

"Hai anak tampan, masih ingat sama tante, Tia?" sapa Destia dengan tersenyum.

"Iya, Tante. Papa Edwald mana? Kok gak jemput sih?" sahut Edward dengan tatapan memelas.

"Papa Angga lagi kerja, dan Papa yang nyuruh Tante buat jemput kamu. Ayo pulang, nanti kita main bareng lagi kayak dulu."

"Tapikan, Edwald maunya di jemput, Papa."

"Sayang, kan Papanya lagi kerja, yuk pulang yuk? Nanti kita makan ice cream lagi kayak dulu." Akhirnya Edward pun mengangguk setuju, Destia segeta membawa Edward kedalam mobilnya dan melajukan ke arah rumahnya.

Angga, Angga. Sekarang anakmu udah ada di tanganku, kalo kau mau anak ini kembali, kau harus punya dua pilihan. Yang pertama kau harus menikahiku dan yang kedua kau harus melepaskan Edward untukku jika kau menolak menikah denganku. Aku tau, jika kau sangat begitu menyayangi anakmu ini. Jika kau menginginkan anak ini kembali, kau harus menikahiku secepatnya. batin Destia sembari melirik Edward yang sudah berada di dalam mobilnya.

*Flashback off*

*

*

*

Jangan lupa vote, like dan rate bintang limanya ya kak. Aku usahain buat up tiap hari❤

Terpopuler

Comments

Mita Karolina

Mita Karolina

Ceritanya terlalu sat set sat set, 2 hari kenal ngajak nikah dan nyosor2 aja…

2023-04-19

0

Aqiyu

Aqiyu

kok pengurus/guru di sekolahnya membiarkan anak kecil nunggu di halte
biasanya kalau anak TK belum boleh keluar kelas sebelum ada yang jemput

2022-04-13

0

Har Tini

Har Tini

duhhh destia mau jd mak lampir ni

2021-12-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!