BAB 3

Angga segera membawa Edward ke ruangannya. Edward selalu mengoceh ketika sedang bersama dengannya, membuat ruangan itu seperti hidup dengan kehadirannya. Ia merasa heran dengan wanita tadi yang bermain dengan anaknya, anaknya terlihat sangat menyukainya, apalagi mereka sepertinya baru bertemu.

"Papa-papa, Tante yang tadi cantik ya?" tanya Edward tiba-tiba sembari berlari-larian dengan di ikuti Angga di belakangnya.

"Hey, jangan lari-lari. Nanti jatuh...!" Angga berlari mengejar Edward yang sudah jauh darinya.

Sekilas Angga terdiam membisu sejenak dan mulai mencerna ucapan anaknya.

Edward bicara apa tadi? Tante itu cantik? Tante siapa? Apa wanita yang tadi bicara sama Edward?

Angga masih terus memikirkannya sampai-sampai ia lupa jika Edward sudah tak berada di sana. Angga tersadar kembali dan segera pergi.

"Edward... Di mana kamu, Nak? Jangan ngumpet, Papa masih banyak kerjaan...!" teriak Angga sembari berlari, mencari keberadaan Edward.

Angga mulai memasuki ruangannya,dan tampaklah Edward sedang mengambil buku-buku kesayangannya di rak. Rak itu cukup tinggi, dan membuatnya kesusahan saat mengambilnya. Angga mendekatinya, dan mengambil buku itu dan menyerahkan pada Edward.

"Nih, diam ya jangan lari-lari lagi, jangan ngoceh lagi. Tuh liat kerjaan Papa masih numpuk." Angga menunjuk berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Edward tak menghiraukannya, dan langsung duduk di sofa yang tak jauh.

"Hah...! Anak ini selalu saja bikin saya pusing. Kalau setiap hari seperti ini, bisa-bisa saya langsung gila karenanya...!" Angga mendengus kesal sembari menjambak rambutnya sendiri.

Angga pun segera duduk di kursi kebanggaannya. Ia memejamkan matanya sejenak dan mulai membuka berkas-berkas itu. Edward terlihat serius membuka satu per satu buku cerita yang menggambarkan seekor kelinci yang di kejar oleh buaya. Wajahnya sangat menggemaskan, pipi yang gembul, serta memonyongkan bibirnya dengan lucu.

Angga memperhatikan Edward sejenak, ia tersenyum kecil, sepertinya Edward bisa diam selama beberapa menit ke depan, dan itu ia bisa membuatnya berkonsentrasi dengan cepat.

"Papa... Celitain buku ini. Edwald mau dengel...!" Edward menyuruh Papanya untuk menceritakan cerita yang ada di dalam buku tersebut.

Aduh, baru saja tenang kerja, mulai lagi mulai lagi. Ceritain apalagi coba? Sepertinya saya membutuhkan seseorang untuk menceritakannya.

"Papa ihh, celitain cepet..." teriak Edward, Angga langsung beranjak dari duduknya dan segera mendekati Edward.

"Kamu ini, baru saja Papa mau kerja. Papa gak bisa ceritain sekarang, nanti saja kalau udah pulang ke rumah," ucap Angga dengan menyilangkan kedua tangannya. "Tuh lihat kerjaan, Papa...!" lanjutnya dengan menunjuk ke arah meja kerjanya.

"Enggak mau, huaa...!" Edward langsung menangis dengan keras.

"Drama apalagi ini?" Angga memalingkan wajahnya, lalu menarik nafasnya dalam-dalam. Ia segera menenangkannya kembali, namun Edward tetap saja menangis dengan keras.

Karena tidak bisa menenangkan Edward, akhirnya Angga menelpon Sekretarisnya untuk segera datang ke ruangannya di saat itu juga. Dalam panggilan ke tiga, Sekretarisnya pun mengangkat teleponnya.

"Fiii... Ke ruangan Saya sekarang. Terus jagain Edward, dia nangis gak reda-reda. Saya masih banyak kerjaan."

"Saya tidak bisa, Pak. Masih banyak kerjaan untuk meeting nanti. Saya suruh orang lain saja," ucap Fia, Sekretarisnya Angga.

"Ya udah, cepet jangan lama...!" titah Angga dengan tegas.

***

Di kerumunan itu, Dia segera menyuruh beberapa karyawan Perusahaan untuk menjaga Edward. Namun di karenakan karyawan yang lain juga masih banyak kerjaan, mereka semua menolaknya mentah-mentah. Tiba-tiba saja Alysa melewati kerumunan itu, dan di hadangnya oleh Fia.

"Eh, eh. Kamu sini..." Fia menghentikan langkah kaki Alysa.

"Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu? Mau di buatkan sesuatu? Kopi? Susu? Apa teh?" tanya Alysa segera menawari.

"Bukan itu, saya tidak menginginkannya. Kamu ke ruangannya Pak Angga ya sekarang. Jangan lama!"

Pak Angga? Siapa, Pak Angga? Mau ngapain dia nyuruh aku ke ruangannya.

"Maaf, Pak Angga siapa ya, Bu?" tanya Alysa dengan polos, karena ia tidak tahu nama-nama pegawai di sini.

"Itu lho, Pak Angga. Direktur Perusahaan ini, sikapnya yang dingin banget. Cepet kesana ya, anaknya nangis." Fia mendorong tubuh Alysa gara segera pergi menuju ruangan Direktur.

Mau ngapain Pak Angga? Apa dia marah karena tadi aku deket-deket sama anaknya?

Alysa masih terdiam, ia memikirkan apa yang terjadi dengannya. Bagaimana jika ia akan di keluarkan dari pekerjaannya saat ini. Mencari pekerjaan sangatlah susah karena keterbatasan pendidikannya.

Terpopuler

Comments

Mis Nia

Mis Nia

kata nya bos dingin galak..ko kariawan nya pada kaga ada takut nya y..disuruh pada nolak..

2022-05-22

0

Har Tini

Har Tini

lanjuttt aja alisya 😚

2021-12-20

0

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

jd baby sister dehh

2021-07-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!