Setelah selesai bersuapan-suapan dan Edward juga sudah tidur dengan lelap. Alysa segera pamit dari ruangan itu, wajahnya terlihat memerah menahan malu. Sebenarnya ia senang, namun karena ia hanya bekerja disini jadi ia tidak boleh berangan-angan terlalu tinggi.
"Pak, Edward sudah tidur. Apa saya boleh keluar dari ruangan ini?" tanya Alysa ingin sekali ia segera pergi dari ruangan itu.
"Ha...Iya, boleh," ujar Angga kebingungan. Alysa mengangguknya dan segera pergi, namun belum sempat membuka pintu Angga menghentikan langkah Alysa.
"Tunggu!" ucap Angga dengan lantang.
Alysa membalikkan tubuhnya dan menatap Angga dengan penasaran.
"Iya Pak, ada apa?" tanya Alysa mengernyitkan dahinya.
Angga segera bangkit dan menghampiri Alysa.
"Terima ini!" Angga memberikan amplop coklat yang berisikan uang.
"Apa ini, Pak? " tanya Alysa sembari mengambilnya.
"Buka saja."
Alysa sangat terkejut ketika ia melihat isi amplop tersebut. Uang itu berjumlah lima ratus ribu. Uang yang cukup banyak menurutnya.
"Uang ini untuk apa, Pak? Dan ini banyak sekali."
"Untukmu, karena sudah menemani Edward. Dan ya, seperti biasa kau harus menemaninya. Anggap saja uang ini adalah gaji mu."
"Tapi, Pak. Saya bekerja disini baru hari ini."
"Tidak apa-apa, ambillah. Dan jangan lupa besok," ucap Angga dengan lembut. Entah mengapa ia bisa berkata selembut itu, padahal ia adalah orang terkejam pada bawahannya.
Alysa menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih dan segera pergi.
Alhamdulillah. Ternyata, Pak Angga baik juga. Padahal ini hari pertamaku bekerja. Wajahnya tampan, baik hati pula. Ya walaupun, tadi pagi terlihat ketus.
***
Jam menunjukkan pukul 15.15 WIB. Angga membangunkan Edward yang masih tertidur, dan segera mengangkatnya. Ia bergegas untuk pulang, keadaan kantor sudah sepi, dan hanya ada pegawai cleaning services saja. Angga segera memasukan Edward kedalam mobil.
Satu jam perjalanan sudah terlewati, Angga segera menggendong Edward yang sudah terbangun dan pergi menuju kamarnya.
"Ayo ganti dulu pakaiannya," Angga melepaskan jasnya dan mengedarkan pandangannya pada Edward yang sedang memainkan iPadnya.
"Pengen di ganti sama tante cantik," rengek Edward.
"Tante cantiknya gak ada. Ayo ganti dulu hey...!" Edward langsung lari membuat Angga kelelahan.
"Pokoknya aku mau sama tante cantik."
Ini anak kenapa sih? Semua tentang tante cantik, memangnya dia gak peduli lagi sama Papanya sendiri? Lama-lama saya pusing. Mending telepon Mama aja, dan nyuruh kesini.
Angga: "Ma, kesini jagaian Edward. Dia gak mau ganti pakaian."
Mama: "Tuhkan, udah berapa kali Mama bilang. Sebaiknya kamu menikah aja, biar ada yang ngurusin kalian berdua. Mending kamu nikahin anaknya teman Mama, anaknya cantik dan baik. Sebentar lagi Mama kesana"
Angga: "Mendingan Angga cari calon istri sendiri daripada dijodohin sama anak teman Mama" dengan ketus. "Cepetan Ma, Angga baru pulang nih capek," lanjutnya.
Anak ini bisanya nyusahin terus. Gak dirumah, gak di kantor. Kalau setiap hari seperti ini, saya langsung stres.
Angga langsung membaringkan tubuhnya. Tanpa sengaja ia memikirkan wanita yang menjaga Edward ketika di kantor tadi. Siapa lagi kalau bukan Alysa? Ia mulai memikirkannya, tiba-tiba ia tersenyum kecil mengingat kejadian yang dialaminya tadi.
Cantik juga ya, dewasa lagi. Dan Edward juga lebih nyaman dengannya daripada dengan saya. Kenapa dia gak interview sama saya? Tapi, gak apa-apa lah, yang penting dia bekerja di perusahaan saya. Eh, tapi namanya siapa ya?
Angga masih terus melamun memikirkan wajah Alysa yang cantik. Baru kali ini ia memikirkan lagi wanita, setelah empat tahun yang lalu, biasanya ia enggan dan tidak terlalu memikirkan wanita. Tiba-tiba Edward datang dan memeluknya.
"Papa-papa...Papa lagi mikilin tante itu ya. Hayolooo ketahuan sama Edwald kan?"
"Ehh...Siapa juga yang mikirin tante itu." Angga berbohong, padahal ia jelas-jelas memikirkan Alysa. "Papa itu lagi mikirin nenek, nenek akan kesini sebentar lagi."
"Yeaa nenek kesini, nanti aku mau tidul sama nenek telus naik mobil baleng kakek." Edward sangat antusias. Karena sewaktu masih kecil, ia selalu dijaga sama nenek dan kakeknya. Tahu sendirikan kalau Angga orangnya dingin, dan tidak terlalu peduli.
"Kalau sama nenek seneng. Tapi, kalau sama Papa biasa aja tuh."
"Kalena nenek itu baik, enggak kayak Papa jahat," ucap Edward dengan memonyongkan bibirnya.
"Hey, bicaramu. Sini Nak, Papa mau bicara" Angga bangkit dari tidurnya sembari melambaikan tangannya pada Edward.
"Iya, bicala apa?"
"Edward suka sama tante cantik?" entah darimana jika Angga menanyakan pertanyaan seperti itu.
"Iya, Edwald sangat suka tante cantik. Papa mau itu." Edward menunjuk mobil-mobilan di atas lemari.
"Cuma itu doang?" Edward mengangguknya. Lalu Angga pun mengambilnya.
Kenapa tadi saya bicara seperti itu pada Edward. Astaga, nih mulut gak bisa di ajak kompromi. Kalau Edward kasih tau sama wanita itu gimana? Angga menepuk dahinya dengan keras sembari melihat Edward yang sedang asyik dengan mobil-mobilannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Mulriyanti
Hayoolooo angga wkkkk
2022-06-24
0
Har Tini
kasih visual ny dong thor
2021-12-20
0
vidio xxx Badriah
lanjytttt....
2021-09-04
0